Sambut G20, Unair Jadi Tuan Rumah Konferensi Internasional Bandung-Belgrade-Havana Konsep Roadshow

Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menjadi tuan rumah konferensi internasional Bandung-Belgrade-Havana (BBH) berkonsep roadshow.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
Humas FIB UNAIR
Konferensi Internasional Bandung-Belgrade-Havana yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair 

SURYA.CO.ID - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menjadi tuan rumah konferensi internasional Bandung-Belgrade-Havana (BBH).

Konferensi BBH berkonsep roadshow ini diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair pada Senin (711/2022) hingga Senin (14/11/2022).

Namun, Unair berkesempatan menjadi tuan rumah selama dua hari saja, tepatnya pada Kamis (10/11/2022) hingga Sabtu (12/11/2022). 

Sebanyak lebih dari 150 peserta dari seluruh dunia diajak berkeliling mulai dari Jakarta, kemudian berkeliling ke Bandung, Blitar, Surabaya, dan berakhir di Pulau Dewata Bali.

Ini berkat kerja sama Unair dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Jakarta, Universitas Padjadjaran (Bandung), dan Universitas Udayana (Bali).

Mengusung tema “Bandung-Belgrade-Havana (BBH) in Global History and Perspective: What Dreams, What Challenges, What Projects for a Global Future?”, BBH digelar sebagai langkah Unair menyambut Konferensi Group Twenty (G20).

Peserta Konferensi Internasional BBH
Peserta Konferensi Internasional BBH hari pertama, Kamis (10/11/2022)

Seperti disampaikan Ketua konferensi BBH dari UNAIR Lina Puryanti dalam keterangan resmi yang diterima SURYA.CO.ID.

“Selain terinspirasi dari KTT Asia-Afrika, kami menyelenggarakan kegiatan ini untuk mengimplementasikan amanat Bapak Presiden Indonesia dalam Asian-African Summit, 2015."

"Kita harus bekerja sama untuk menghadapi tantangan kekerasan, konflik, dan radikalisme di masyarakat kita, serta menghormati dan melindungi hak-hak masyarakat."

"Konferensi BBH ini adalah salah satu upaya untuk mengantisipasi tantangan-tantangan tersebut,” terang Lina.

Terselenggaranya konferensi BBH tidak lepas dari ide diskusi saat UNAIR menjadi salah satu panitia The Rise of Asia, sebuah seri konferensi di Prancis.

Lina, yang juga Wakil Dekan III FIB Unair itu, mengatakan bahwa BBH merupakan hasil kesepakatan panitia dari Jakarta, Bandung, dan Bali.

“Konferensi BBH mendorong partisipasi para scholars dari berbagai disiplin ilmu, mulai studi budaya, ekologi, ekonomi, geografi, sejarah, humaniora, bahasa, hingga manajemen. Konferensi ini juga dihadiri praktisi dari berbagai bidang professional dengan peserta di berbagai wilayah geografis, seperti Afrika, Amerika Utara dan Selatan, Australia, Asia, dan Eropa,” lanjut perempuan yang sekaligus menjadi Wakil Dekan III FIB UNAIR tersebut.

Dalam kegiatan ini, Universitas Airlangga berusaha menyiapkan wacana yang menyeimbangkan bagi masyarakat global.

Diskusi yang tercipta dalam BBH ini nantinya tidak berhenti sebagai final statement di ruang konferensi, melainkan juga menjadi rekomendasi bagi pemerintah Indonesia, negara-negara GNB, dan negara-negara BRICS pada KTT G20.

Perlu diketahui, BBH merupakan bagian dari Bandung Spirit Conference Series, konferensi berbasis komunitas yang diselenggarakan di sekitar Bandung Spirit Ideals.

Konferensi ini disusun sebagai ruang berbagi berdasarkan keprihatinan bersama tentang isu-isu global di antara para scholars internasional, aktivis gerakan sosial, lembaga akademik dan layanan publik yang diilhami oleh Bandung Spirit.

Tanggapan Komisi I DPR RI 

Anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Farhan yang menjadi pembicara pada plenary session, Sabtu (12/11) mengatakan, kearifan lokal memungkinkan masyarakatn untuk beradaptasi dengan inovasi teknologi dalam membentuk masa depan dunia yang nyaman bagi semua.

Kearifan lokal melengkapi dinamika ilmu pengetahuan yang hakiki.

“Local wisdom enables all countries to find solution for global issues such as commitment to protect the environment, disaster mitigation through risk management, ending all conflicts in the name of humanity, implementing equality, eradicating poverty, and economic gap as well as championing humanity in building a more peaceful world for all,” terangnya.

Oleh karenanya, yang harus diperjuangkan oleh semua elemen adalah mendorong bakat manusia, meningkatkan ilmu pengetahuan dengan keterampilan teknis, membangun infrastruktur, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemampuan bela negara berdasarkan nilai-nilai negara dan budaya.

“Shaping the future rooted on local wisdom should be implemented based on environment friendly and humanly development, such as green energy project, humanity values oriented, sustainability life cycle, disaster resilience, gender equality, food security, live-ability, and well-being,” lanjutnya.

Sementara itu, pada hari terakhir BBH di Surabaya, FIB dan FISIP UNAIR membahas tentang gender and women’s issues serta ecology-health-urban/rural issues-sustainability

Kaarina Kailo, pembicara dari Oulu University, sempat menyampaikan bahwa setelah isolasi Covid-19, kekerasan terhadap perempuan meningkat secara signifikan.

Masyarakat egaliter yang damai, menurutnya dapat menjadi sebuah solusi dari permasalahan ini.

“In Minangkabau men identify with mothering values and in many matriarchies women trade, are shamans, spiritual leaders unlike in patriarchy. Egalitarian cultures mean no gendered violence, no economic, physical, psychic or religious demonization of women, no trafficing in women and children, no pornography or sexual domination, no reproductive technology but ecosocially sustainable life ways,” tutur perempuan di English Department/Women’s Studies ini.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved