Berita Lumajang

BPBD Lumajang Terus Evaluasi Status Gunung Semeru

Pamkab Lumajang ingin siaga menghadapi bencana, oleh karena itu aktivitas Gunung Semeru setiap minggu dilakukan pembahasan.

Penulis: Tony Hermawan | Editor: irwan sy
BPBD Lumajang
Visual Gunung Semeru saat mengeluarkan lava pijar, Kamis (27/10/2022). 

Berita Lumajang

SURYA.co.id | LUMAJANG - Erupsi Gunung Semeru awal Desember 2021 lalu, benar-benar dijadikan bahan evaluasi.

Pamkab Lumajang ingin siaga menghadapi bencana, oleh karena itu aktivitas Gunung Semeru setiap minggu dilakukan pembahasan.

Berdasarkan pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara pengamatan visual dan instrumental sepekan terakhir Gunung Semeru mengalami gempa letusan, dan gempa hembusan.

Selama periode 17– 23 Oktober terjadi 619 kali mengalami letusan alias erupsi.

Bahkan, saat malam hari, dari Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo, terpantau jelas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu mengeluarkan lava pijar.

Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Patria Dwi Hastiadi, mengatakan Gunung Semeru memang memiliki karakteristik fluktuatif.

Artinya, sewaktu-waktu aktivitas vulkanik Gunung Semeru bisa turun atau meningkat.

Akan tetapi, sejauh ini masih terbilang aman.

"Kalau kondisi cuaca cerah kecil maupun besar lava pijar bisa terlihat tampak jelas. Hanya saja, saat kondisi ekstrem seperti ini yang musti diwaspadai saat hujan deras, atau kadang-kadang kabut. Makannya, imbauan sekecil mohon masyarakat memperhatikan," katanya.

Hasil pengamatan selama sepekan terakhir menunjukkan bahwa ada indikasi suplai lava ke Gunung Semeru lumayan signifikan.

Material ini bisa kapan saja dimuntahkan ke Puncak Jonggring Saloko.

Nah, endapan lava ini bisa turun ke lereng jika terkena interaksi hujan deras.

Oleh karena itu, PVMBG masih menetapkan status Gunung Semeru siaga level IIl.

"Dalam status siaga Level III masyarakat  mohon tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terdampak awan panas," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved