Preman Pensiun
Sinopsis Preman Pensiun 6 Hari ini 13 Oktober: Didu Terpaksa Jujur, Rahasia Besar Cecep Terbongkar
Sinetron Preman Pensiun 6 hari ini (13/10/2022) menceritakan rahasia besar Kang Cecep, Kang Murad dan Ujang, yang akhirnya terbongkar. Ini sinopsisnya
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Sinetron Preman Pensiun 6 hari ini (13/10/2022) menceritakan rahasia besar Kang Cecep, Kang Murad, dan Ujang, yang akhirnya terbongkar karena Didu.
Di episode kemarin, Rabu (12/10/2022), Didu tiba-tiba dihadang dan dikeroyok anak buah Reymon.
Mereka memaksa Didu mengungkap siapa orang-orang di balik penjaga parkiran, terminal, dan pasar.
"Siapa yang backing parkiran, pasar, dan terminal?" tanya anak buah Reymon kepada Didu.
Karena ketakutan, Didu hanya diam dan menerima pukulan bertubi-tubi dari anak buah Reymon.
Sementara pada episode Preman Pensiun 6 hari ini, ternyata Didu mengungkap identitas backingan orang di terminal, pasar, dan parkiran.
"Kemarin saya terpaksa buka mulut, soalnya takut," ujar Didu ketika Kang Cecep, Kang Ujang, dan juga Kang Murad mendatanginya.
"Siapa saja yang kamu sebut?" tanya Kang Cecep.
"Kang Cecep, Kang Ujang, dan juga Kang Murad," jawab Didu.
Setelah terbongkarnya identitas Kang Murad Cs, apakah akan ada salam olahraga dari Kang Cecep?
Simak kelanjutan sinetron Preman Pensiun 6 hari ini pukul 19.00 WIB, di RCTI.
Selain bisa disaksikan di televisi, Preman Pensiun 6 juga dapat Anda saksikan melalui link live streaming berikut ini.
TONTON PREMAN PENSIUN 6 >>> DI SINI
Sinetron Preman Pensiun
Melansir Wikipedia, Preman Pensiun adalah sinetron bergenre drama komedi yang ditayangkan di RCTI dan diproduksi oleh MNC Pictures.
Mulanya sinetron Preman Pensiun menceritakan kehidupan Bahar yang hanya preman “kecil”, tetapi wilayahnya cukup luas, selain menjadi “backing” para pedagang kaki lima, juga menguasai sebuah pasar dan terminal.
Kisah yang akan dituturkan dalam serial ini bukanlah perjalanan hidupnya sejak awal, meskipun dalam beberapa dialog terceritakan juga, melainkan kisah di masa tuanya ketika dia memutuskan untuk pensiun.
Masa lalu yang terceritakan dalam dialog adalah Bahar dan temannya, Bagja merantau dari Garut ke Bandung sekitar tahun 1972, ketika dia remaja dan pergi merantau karena keluarganya di kampung sangat miskin.
Di Bandung, Bahar remaja mencari nafkah sebagai penjual tahu, leupeut dan telur asin di bus sebelum keluar terminal.
Penghasilan Bahar kala itu tidaklah besar, hanya pas-pasan, cenderung minim.
Dia menerima itu sebagai rezekinya, tetapi yang tidak bisa dia terima adalah bahwa dia harus membayar pajak pada para preman.
Bahar kemudian berpikir bahwa daripada dipungut “pajak” lebih baik dia yang memungut pajak.
Kemampuan beladiri yang dipelajarinya karena tradisi di kampung dan tekad yang kemudian muncul untuk bertahan dan berjaya di perantauan, membuat dia kemudian nekad perlahan-lahan masuk jaringan premanisme yang menguasai terminal.
Bermula dari hanya sekadar “keset”, lama kelamaan, tahun demi tahun, perlahan-lahan, Bahar kemudian mencapai puncak kekuasaan.
Sepuluh tahun pertama, Bahar hanya menjadi bagian dari kekuasaan sebuah jaringan premanisme, dua puluh tahun selebihnya, Bahar adalah pemegang kekuasaan yang mencengkram jalanan, pasar dan terminal.
Tangan kanannya adalah Muslihat, maling amatir yang masuk ke rumahnya sekitar dua puluh tahun silam.
Muslihat berhasil ditaklukkan hingga tidak sadarkan diri dan baru sadar tiga hari kemudian, di hadapan Bahar dan polisi.
Setelah tahu bahwa Muslihat mencuri demi untuk membiayai ibunya masuk rumah sakit, Bahar meminta polisi untuk tidak memproses kasusnya secara hukum, mengakui Muslihat sebagai saudaranya dan persoalan akan diselesaikan secara kekeluargaan.
Lalu Muslihat diberi uang satu juta yang pada waktu itu merupakan jumlah yang cukup besar.
Setelah seminggu, Muslihat kembali pada Bahar dengan uang yang masih utuh. Muslihat bermaksud mengembalikan uang itu karena sudah tidak membutuhkannya lagi. Ketika dia pulang ke kampung dengan membawa uang, ibunya sudah terlanjur meninggal.
Bahar kemudian meminta Muslihat untuk bekerja padanya. Rasa hormat Muslihat dan kepercayaan Bahar, membuat mereka tidak terpisahkan hingga dua puluh tahun kemudian. Muslihat kemudian merekrut Komar di terminal yang sebelumnya pengamen yang ditolong Muslihat bekerja padanya karena gitar Komar hilang.
Sementara itu, masa yang akan datang, copet kelas kakap, Junaedi merekrut dua orang sebagai partner yaitu Saep dan Ubed. Sementara anak buah Bahar semakin bertambah.
Pemegang terminal, Jamal melakukan kekerasan di Dago, kemudian dia digerebek, tetapi Bahar dan Muslihat membiarkan ia ditahan di penjara, hingga Jamal balas dendam pada Muslihat, walaupun pada Bahar hanya setengah-setengah.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id