Berita Surabaya

Kasus DBD di Surabaya Capai 187 Kasus, Dinkes Bagi Strategi Antisipasi Gigitan Nyamuk Aedes Aegypti

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur menunjukkan peningkatan. Di Kota Surabaya, secara khusus melakukan berbagai antisipasi.

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Bobby Constantine Koloway
Pemantauan jentik nyamuk pada tempat penampungan air menjadi salah satu startegi mengantisipasi habitat nyamuk Aedes Aegypti, pembawa virus dengue yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur menunjukkan peningkatan. Di Kota Surabaya, secara khusus melakukan berbagai antisipasi.

Data Dinas Kesehatan (DinkesO Surabaya, jumlah kasus DB mencapai 187 kasus.

"Hingga saat ini, jumlah kasus tertinggi terjadi pada bulan Februari," kata Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina di Surabaya, Kamis (6/10/2022).

Dinkes Surabaya saat ini mewaspadai adanya potensi kenaikan kasus menjelang musim penghujan. Di antaranya, dengan mengantisipasi habitat Aedes Aegypti, nyamuk pembawa virus dengue yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah.

Mengingat, peralihan musim dari kemarau menuju musim penghujan membuat cuaca cukup ekstrim. Hujan bisa turun disertai dengan cuaca panas yang terik dan menyengat.

"Iklim seperti ini sangat berisiko meningkatkan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti," jelas Nanik.

Nyamuk aedes aegypti, lanjutnya, sangat agresif dengan suhu panas. Biasanya, nyamuk ini aktif di pagi dan sore hari dan mempunyai kecenderungan menggigit di dalam ruangan.

"Nyamuk ini aktif saat masyarakat, terutama anak-anak, sedang beraktivitas. Baik saat belajar di sekolah maupun saat bermain di rumah," ujar Nanik menerangkan.

"Nyamuk juga biasanya suka berada di tempat-tempat yang lembab dan gelap. Serta, pakaian yang digantung dan tumpukan barang lainnya," imbuhnya.

Pada musim penghujan, habitat nyamuk ini juga biasa muncul pada genangan air di sekitar rumah. Bahkan, memanfaatkan berbagai barang yang bisa menampung air.

Mulai bekas kaleng, ember, botol, bekas, cekungan pada batang kayu, tempurung kelapa ataupun talang yang tersumbat.

"Bahkan, hal kecil seperti air pada tutup botol yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti," ungkap Nanik.

Oleh karenanya, pihaknya mengajak peran serta masyarakat. Semua pihak harus bersinergi. Mulai sekadar mengingatkan hingga saling menjaga kebersihan di lingkungan tempat tinggal masing-masing.

"Ada berbagai upaya penting yang paling efektif, murah dan aman yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit DBD," Nanik menuturkan.

Di antaranya, gerakan 3M. Yakni, menguras/membersihkan penampungan air, menutup rapat penampungan air dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi habitat nyamuk.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved