G30S
5 FAKTA Lukman Njoto Wakil Ketua PKI yang Bernasib Tragis Setelah G30S: Diculik dan Dieksekusi
Inilah Rangkuman Fakta Lukman Njoto, Wakil Ketua PKI yang Bernasib Tragis Diculik dan Dieksekusi Setelah G30S.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Setelah lulus, Njoto melanjutkan sekolahnya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Jember.
Namun, pendidikan Njoto harus terhenti setelah Jepang membubarkan sekolahnya pada 1942, bersamaan dengan kedatangan Jepang ke Indonesia.
2. Kiprah
Ketika Njoto berusia 17 tahun, dia tergabung sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Berawal dari situ, kiprah Njoto dalam bidang politik terus mengalami perkembangan.
Berbagai jabatan dia sandang mulai dari DPRD, menteri, hingga lembaga kebudayaan.
Di tengah kesibukannya, Njoto menikah dengan seorang putri bangsawan Keraton Solo bernama Soetarni. Pernikahan keduanya dikaruniai tujuh orang anak.
Awalnya, pernikahan Njoto dan Soetarni berjalan sangat harmonis. Akan tetapi, setelah peristiwa G30S terjadi, hubungan keduanya mulai mengalami keretakan.
3. Bergabung dengan PKI
Selama bergabung dalam KNIP di Yogyakarta, Njoto tinggal di Hotel Merdeka, kawasan Malioboro.
Di kota inilah Njoto bertemu dengan Aidit dan MH Lukman satu tahun setelahnya.
Hubungan Aidit, Lukman, dan Njoto kemudian semakin dekat setelah keduanya bersama-sama menghidupkan majalah Bintang Merah.
Sejak saat itu, Njoto, Lukman, dan Aidit bersama-sama berkiprah dalam PKI.
Ketiganya sering disebut sebagai Tiga Serangkai atau Three Musketeers.
Njoto dan Aidit kemudian masuk Komisi Penerjemah PKI pada awal 1948.