Cak Sapari Meninggal Dunia
BIODATA Cak Sapari Suhendra Legenda Ludruk Jawa Timur yang Meninggal Dunia, Ini Jasa-jasanya
Berikut profil dan biodata Cak Sapari atau Sapari Suhendra, Legenda Ludruk Jawa Timur yang meninggal dunia hari ini, Kamis (15/9/2022).
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Inilah profil dan biodata Cak Sapari atau Sapari Suhendra, salah satu tokoh Legenda Ludruk Jawa Timur yang meninggal dunia hari ini, Kamis (15/9/2022).
Berita duka tentang Cak Sapari meninggal dunia ini dibenarkan oleh Kartolo, sesama seniman Ludruk Jatim.
Cak Sapari lahir pada 5 Juli 1948.
Sebelum meninggal dunia, ia sempat menjalani pengobatan diabetes selama lima tahun terakhir.
Baca juga: BREAKING NEWS Cak Sapari, Legenda Ludruk Jawa Timur Meninggal
Cak Sapari awalnya terjun di dunia seni ludruk Surabaya sendirian.
Kemudian ia bertemu dengan Cak Kartolo di Jombang dan berkolaborasi bersama dalam program Pro4 di RRI.
Bertahun-tahun Kartolo CS yakni Kartolo, Basman, Sapari, Sokran, Blonthang, dan Tini (istri Kartolo), menghibur masyarakat Surabaya.
Seni Ludruk di Kota Surabaya Kian Menarik Berkat Cak Sapari
Kini, di era teknologi yang semakin maju, eksistensi Cak Kartolo dan Cak Sapari mulai berkurang karena usia mereka. Bahkan diberitakan, Cak Sapari sedang terbaring lemah melawan penyakit diabetes yang dideritanya di rumah sakit.
Bagi penasehat Ludruk Nom Noman Tjap Soeroboio (Luntas) Djadi Galajapo, berkat inovasi dari Cak Kartolo, dan Cak Sapari, mereka mengemas ludruk menjadi tontonan yang lebih menarik, dengan durasi 1 sampai 2 jam.
"Kami berbincang bincang soal ludruk zaman sekarang ini harus bagaimana. Dengan support dari Cak Kukuh, disimpulkan kalau ada Tari Remo dan Jula Juli, maka sudah bisa disebut Ludruk," terang Djadi Galajapo, Minggu (19/6/2022).
Lebih lanjut ia memaparkan, Ludruk yang pakem biasanya berdurasi 4 sampai 5 jam, bahkan bisa sampai Subuh. Otomatis dalam kondisi seperti saat ini, tidak akan bisa dinikmati oleh khalayak, apalagi anak muda.
"Penonton zaman sekarang cenderung ingin hiburan yang cepat selesai, puas, senang dan gembira. Zaman dulu, Ludruk itu seperti pentas wayang kulit," paparnya.
"Kalau diminta bermain Ludruk yang pakem di tengah zaman sekarang, maka tidak bisa dilakukan, masyarakat sekarang banyak aktivitas, atau setelah menonton, mereka mengambil tugas selanjutnya," imbuh Djadi Galajapo.
Meski begitu, Djadi memberikan apresiasi yang luar biasa kepada Luntas dan Barisan Ludruk Anak Muda Sidoarjo (Balada). Dua kelompok tersebut berkomitmen dan konsisten mempertahankan seni Ludruk.