Berita Bisnis

Siantar Top Optimis Penjualan Tahun 2022 Naik Double Digit Meski Dibayangi Kenaikan Harga Bahan Baku

PT Siantar Top Tbk, optimis tahun ini penjualannya naik double digit. Selain memperkuat pasar ekspor, juga fokus menggarap pasar domestik

surya.co.id
Dirut PT Siantar Top Tbk, Armin (kanan), saat memaparkan kinerja Perseroan usai RUPST 2021 di Surabaya. 

SURYA.CO.ID|SURABAYA - Produsen makanan ringan PT Siantar Top Tbk, optimis tahun ini penjualannya akan naik double digit.

Selain akan memperkuat pasar ekspor, emiten dengan kode STTS ini juga tetap fokus menggarap pasar domestik.

Direktur Utama PT Siantar Top Tbk, Armin, mengatakan secara umum pasar makanan ringan masih tetap bagus.

"Hal ini terlihat dari kinerja kami selama kuartal I tahun 2022 dimana penjualannya masih tumbuh 15,29 persen dari tahun 2021 periode yang sama," kata Amril dalam paparan publik, Jumat (1/7/2022) lalu.

Sebab itu, dirinya tetap yakin tahun ini target pertumbuhan penjualan double digit akan tercapai. Berbagai langkah strategis pun telah dilakukan.

Di antaranya memproduksi beberapa produk untuk menyasar kelas high level daripada yang ada sekarang. Selain itu juga terus melakukan inovasi produk.

“Kami masih optimis target pertumbuhan double digit akan tercapai. Hanya saja tahun ini kendalanya lebih berat karena ada perang Rusia Ukraina,” jelas Armin.

Untuk kinerja tahun 2021 lalu, Perseroan berhasil mencapai penjualan sebesar Rp 4,24 triliun naik sekitar 10,28 persen dibandingkan pencapaian tahun 2020 periode yang sama (yoy).

Dari jumlah tersebut sekitar 90 persen berasal dari market domestik dan sisanya dari pasar ekspor. Sementara laba bersihnya Rp 617 miliar.

Tahun ini, Armin mengaku kondisinya lebih berat, akibat perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada pasokan bahan baku khususnya gandum yang jadi terhambat.

"Selain itu harga bahan baku juga semakin melambung. Saat ini harga gandum di pasar internasional sudah naik sekitar 30-40 persen," ungkap Armin.

Hal yang sama juga diikuti harga bahan baku dari dalam negeri seperti minyak goeng, tepung, gula dan banyak lagi lainnya. Sehingga pihaknya terpaksa harus melakukan review harga produk.

Ada beberapa produk yang terpaksa dinaikan harganya karena biaya produksinya naik luar biasa.

“Kami masih mereview produk apa saja yang harus kami naikan harganya karena komponen produksinya sudah naik semua,” beber Armin.

Meskipun begitu, pihaknya tetap yakin target penjualan tahun ini akan tercapai. Sebab itu, selain fokus menggarap market yang sudah baik di pasar domestik maupun ekspor, pihaknya juga berencana menambah kapasitas produksi untuk semua produk baik biskuit, crackers dan noodle.

"Utilitas semua mesin produksi saat ini sudah mencapai 80 persen. Untuk itu, kami akan belanja modal senilai Rp 350 miliar," papar Armin.

Dana tersebut sekitar Rp 175 miliar akan digunakan untuk keperluan biaya proyek baik di pabrik yang sudah ada maupun di pabrik baru.

Sedangkan sekitar Rp 75 miliar akan digunakan untuk modal kerja. Dan sisanya rencana untuk deviden.

“Tapi kami masih lihat dulu perkembangannya nanti. Apakah cukup perlu meningkatkan kapasitas dari yang ada sekarang atau perlu membangun pabrik baru. Tapi prinsipnya kami optimis target tahun ini akan tercapai,” pungkas Armin.

Sumber: Surya
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved