Berita Surabaya

Jurus Regantris "Rebound" Lewati Masa Pandemi, Kini Dukung Surabaya Bangkitkan UMKM

Pandemi Covid-19 memukul seluruh sektor, terutama bidang pariwisata hingga usaha penginapan. Perlu kerja ekstra dan berbagai inovasi untuk menjaga eks

SURYA/Bobby Koloway
Royal Regantris Hospitality sebagai salah satu holding perhotelan dan pariwisata di Indonesia berkolaborasi dengan UMKM untuk bangkit usai melewati masa pandemi 

SURYA.co.id, Surabaya - Pandemi Covid-19 memukul seluruh sektor, terutama bidang pariwisata hingga usaha penginapan. Perlu kerja ekstra dan berbagai inovasi untuk menjaga eksistensi di masa sulit ini.

Royal Regantris Hospitality sebagai salah satu holding perhotelan dan pariwisata di Indonesia inipun merasakan ini. Perusahaan yang membawahi enam hotel, BAR dan fastboat di sejumlah kawasan di Indonesia tersebut harus melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan bisnis mereka.

Penginapan mereka tersebar di sejumlah kawasan. Mulai Hotel Royal Regantris Cendana dan Regantris Hotel di Surabaya; Hotel Royal Regantris Kute di Bali; Trizz Hotel, Semarang; Hotel Royal Regantris Villa Karang di Gili Air Lombok; dan Hotel Royal Regantris Trawangan di Gili Trawangan Lombok.

Untuk menjelaskan kondisi mereka saat itu, COO Royal Regantris Hospitality, Rudy Hermawan harus menarik nafas panjang. "Kalau mengingat masa itu, rasanya berat sekali," kata Rudy menjelaskan di Surabaya.

Sebelum pandemi, okupansi hotel di bawah holding mereka minimal 90 persen. Bahkan, musim liburan bisa penuh. "Terutama di Bali. Terutama, wisatawan asingnya," katanya.

Memasuki awal pandemi, sektor wisata mendapatkan pukulan paling awal. Berbanding terbalik dengan waktu normal, okupansi menurun tajam.

"(Okupansi) Paling tinggi, hanya terisi delapan kamar. Paling rendah? nol atau tidak terisi," katanya kembali menarik nafas panjang.

Bahkan, dua hotel di Surabaya juga harus tutup sementara di pertengahan 2021. Saat itu, ada aturan dari Pemda untuk menutup sejumlah hotel demi mengantisipasi laju penularan.

Tak hanya penginapan, layanan fastboat operator dengan brand Golden Queen tak luput ikut terimbas. Layanan yang menghubungkan wisatawan dari Padangbai, Bali ke Nusa Penida hingga tiga pulau Gili di Lombok sepi penumpang.

Sebagai gambaran, sebelum pandemi mereka bisa melayani 1.400 wisatawan dalam sehari. Saat pandemi, jumlahnya hanya sekitar 50 orang sebulan.

Adaptasi Kenormalan Baru

Untuk tetap bisa lepas di masa sulit, manajemen melakukan sejumlah inovasi. Langkah paling awal menggunakan dana darurat untuk menutup kekurangan omset akibat sepinya pengunjung. " Mau tidak mau, kami gunakan tabungan," katanya.

Langkah selanjutnya, manajemen memangkas harga menginap. "Harga yang kami berikan sekitar 30 persen dari harga normal," katanya.

Namun, hal tersebut tak lantas membuat jumlah pengunjung naik. Masa pandemi membuat pemerintah melakukan sejumlah pengetatan dan pengunjung masih kawatir untuk berlibur.

Halaman
123
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved