Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang

KASUS SUBANG TERBARU, Yosef Akui Terkatung-katung, Mimin Banyak Mengalah, Polisi Bantah Beri Janji

Sembilan bulan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang belum terungkap, Yosef Hidayah, suami dan ayah korban mengaku nasibnya terkatung-katung. 

Editor: Musahadah
youtube Liputan 6
Mimin Mintarsih, Yosef Hidayah dan Kombes Ibrahim Tompo mengungkapkan soal kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang. Ini kabar terbaru kasus subang! 

SURYA.CO.ID - Sembilan bulan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang belum terungkap, Yosef Hidayah, suami dan ayah korban mengaku nasibnya terkatung-katung. 

Hal ini beralasan karena rumah yang biasa ditempati bersama korban Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu kini dibiarkan tak berpenghuni karena menjadi tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan itu.  

"Hidup bapak terkatung-katung, dimana saja
Itu rumah tambah hanvcur, apa akan dibiarkan begitu saja," curhat Yosef dikutip dari tayangan Buser yang diunggah di channel youtube Liputan 6. 

Yosef yang di awal-awal kasus ini dituding sebagai pelaku, mengaku tak terima. 

"Orang yang bersalah berkeliaran enak, tapi orang yang gak bersalah dituduh sebagai pelaku," protes Yosef dengan suara lantang. 

Baca juga: UPDATE KASUS SUBANG, Yosef dan Mimin Kembali Dekat Meski Pembunuh Belum Terkuak, Temu Kangen di Sini

Curhat serupa diungkapkan Mimin MIntarsih, istri kedua Yosef yang di awal-awal kasus juga menjadi sasaran tudingan masyarakat. 

"Saya sadar istri kedua, tapi kan tidak semuanya seperti itu," kata Mimin dalam tayangan yang sama.

Mimin mengungkapkan selama menikah dengan Yosef, dia justru yang paling banyak mengalah.  

"Saya banyak mengalah pak, saya banyak mengalah
Mereka ini, mau kemana, mau apa, saya udah menerima, saya dukung," katanya. 

Mimin juga menerima berapapaun yang diberikan untuknya. 

"Segini, ya udah dijalani, disyukuri, dinikmati," katanya. 

Mimin bersumpah tidak tahu apa-apa tentang kasus pembunuhan yang menimpa istri muda dan anak suaminya. 

Dia justru berharap polisi segera mengungkap kasus ini demi masa depan anaknya. 

Hal ini beralasan karena kedua anaknya juga terseret dalam kasus ini. 

Bahkan keduanya menjadi saksi kasus tersebut.  

"Pak polisi semuaya tolong secepatnya, cepat terungkap, cepat ditangkap, cepat dihukum dengan setimpal.

Kasihan anak-anak di sini. Kami di sini mengambang, belum ada keputusan sampai mau 9 bulan

Tolonglah, masa depan anak-anak saya pak," serunya. 

Kriminolog UI Adrianus Meliala
Kriminolog UI Adrianus Meliala (kompas.TV)

Di bagian lain, kriminolog dari Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengungkapkan kalau sampai saat ini belum ada tersangka kasus ini justru lebih baik, dibandingkan polisi diburu-buru, dipaksa menetapkan tersangka.

Menurut Adrianus, kasus ini menarik karena korban dan kemungkinan pelaku bukan orang lain. 

Mereka memiliki lingkungan pergaulan yang sebetulnya kecil, bukan pejabat, pengusaha besar, bukan orang yang memiliki social hitam. 

"Lingkungan pergaulannya terbatas. Dapat digua pelaku 0rang-orang di sekitar korban saja," katanya. 

Meski lingkungan pergaulan terbatas, namun hingga kini polisi belum bisa menemukan link antara pelaku dan korban

"Menarik ini. Sebab biasanya yang sulit, pelaku tidak ketahuan siapa dia, misal orang yang kebetulan ewat, atau orang yang menjadi musuhnya," katanya.

"Korban hanya ibu rumah tangga yang sederhana, Sementara anaknya juga tidak memiliki pergaulan yang luas sehingga bisa dipastikan pelaku bukan orang jauh-jauh sebetulnya," katanya. 

Kalau sampai sekarang polisi belum menemukan tersangka, Adrianus menduga penyebabnya karena kualitas dokter forensik dalam rangka establish, sebab mati, kapan dan juga yang lain yang tidak baik sehingga korban harus diotopsi ulang. 

Bahkan, otopsi kedua ini menganulir pendapat dari otopsi pertama. 

Selain itu, saat pertama polisi datang ke TKP juga penanganannya jorok.

"Yang datang siapa saja, semaunya, megang-megang, masuk, ngacak-ngacak sehingga tIdak jelas mana jejak pembunuh dan jejak polisi," katanya. 

Saat disinggung apakah pelaku seorang profesional? 

Menurut Adrianus di kasus ini bisa saja dilakukan bukan oleh profesional, tetapi mereka yang menguasai betul situasi, pernah ke lokasi dan dikenal korban. Apalagi, mereka memiliki waktu yang panjang untuk melancarkan aksinya. 

"Profesional dapat ditutupi dengan perencanaan yang matang.
Perencanaan matang, sekaligus punya waktu yang panjang, waktu mengenal, BIsa berbuat sepeti seorang profesional," katanya. 

Di bagian lain, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Ibrahim Tompo mengatakan, perkara ini memang belum menunjukkan titik terang. 

Terkait janji pengungkapan yang sebelumnya akan dilakukan di bulan ramadhan lalu, Ibrahim Tompo mengatakan pihaknya cuma bisa memberikan harapan.

"Memang kita cuma bisa memberikan harapan saja, tetapi itu bukan sebuah janji

"Terkait pengungkapan kasus, kita pengen cepat terungkap, namun dengan kendala yang ada kita belum bisa menyelesaikan dan tetap jadi utang bagi kita," katanya. 

Dia berjanji jika kasus ini sudah terungkap pasti akan diinformasikan ke publik, 

"Penyidik sangat bekerja keras. TIdak berhenti update kejadian
Sampai ada 216 alat bukti yang sudah terkumpul, ini termasuk banyak.
Dan ada saksi 121 saksi yang di=BAP maupun yang diinterogasi di lapangan

Kita update terus, bilamana ada petunjuk kita telusuri," tegasnya. 

Lihat video selengkapnya

Sorotan Kompolnas

Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto mengungkap fakta sebenarnya penyelidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat.
Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto mengungkap fakta sebenarnya penyelidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat. (TVOne/tribun jabar)

Harapan agar kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat bakal diungkap dalam waktu dekat,  diperkirakan tidak akan terwujud. 

Pasalnya, hingga kini belum ada kemajuan yang signifikan mengenai penyelidikan kasus tewasnya Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu pada 18 Agustus 2021 silam. 

Meski Polda Jabar telah merilis sketsa wajah terduga pelaku, namun ternyata hal itu belum kuat membawa kasusnya ke penyidikan, apalagi menetapkan tersangka.  

Menurut Ketua Harian Kompolnas, Irjen Pol Benny Mamoto, sampai saat ini pihaknya selalu mengawal kasus yang menghebohkan warga Jalancagak, Subang tersebut. 

"Kami selalu menanyakan pihak Polda Jabar sejauhmana penyelidikan, perkembangan dan sebagainya," ujar Benny Mamoto dikutip dari tayangan Aiman di channel youtube Kompas TV, Jumat (13/5/2022). 

Terakhir beberapa hari lalu, kata Benny, pihaknya mengecek ke penyidik dan ternyata belum ada kemajuan yang signifikan. 

"Belum ada. Kalau pendekatan secara saintifik sudah dilakukan secara optimal," katanya. 

Dari hasil diskusi dengan Kapuslabfor dan jajarannya terungkap bahwa ditemukan adanya DNA di TKP yang dimungkinkan milik pelaku atau orang lain yang pernah berada di lokasi itu. 

Namun, kendalanya tidak ada pembanding yang bisa memastikan bahwa DNA itu milik pelaku. 

"Kalau kita punya dana pembanding, data base DNA, dengan mudah kita identifikasi siapa saja yang ada di situ. Mengaitkan alibi, hubungannya dengan korban sehingga bisa mengerucut ke orang yang diduga sebagai pelaku," katanya. 

Kendala lain, ada keterbatasan soal CCTV yang ada di jalan raya, jarak serta ketajaman kameranya.

"Belum lagi saksi peristiwa juga terbatas

Ini hal-hal yang membuat penyelidikan ini lambat," katanya. 

Di sisi lain, polri juga perlu hati-hati dalam menetapkan tersangka minimal ada dua alat bukti serta perlu melakukan gelar perkara di depan pengawas penyidik.

"Nanti dari gelar itu oke, yakin naik penyidikan, baru penetapan tersangka," tukasnya. 

Di sisi lain, panjangnya perkembangan kasus Subang tersebut menimbulkan berbagai opini.

Bahkan timbul berkurangnya rasa kepercayaan publik kepada penyidik dalam mengungkap kasus Subang tersebut.

Hingga kini mencuat isu kasus Subang bakal menjadi Cold Cases.

Adapun Cold Cases merupakan kasus yang penanganannya tertunda hingga pada akhirnya, kasus tersebut menjadi dingin, bahkan cenderung tidak diurus lagi.

Kini, isu Cold Cases dibahas dalam wawancara jurnalis Kompas TV, Aiman bersama seorang pakar kriminologi.

Lantas benarkah kasus Subang tersebut akan menjadi Cold Cases ?

Menanggapi kasus Subang bakal jadi Cold Cases tersebut, pakar kriminologi UI, Adrianus Meliala angkat bicara.

Adrianus Meliala, pakar kriminologi itu menilai kasus Subang tidak mengarah pada hal tersebut.

Menurutnya sebuah kasus menjadi dingin pun membutuhkan cara baru untuk mengungkapkannya.

“Jadi kalau kita bicara mengenai pengalaman di organisasi kepolisian di negara-negara barat sebagai contoh, di sana ada satu Direktorat yang disediakan untuk itu, Direktorat Cold Cases,” ujar pakar kriminologi UI, Adrianus Meliala, dikutip Tribunjabar.id dari Kompas TV, Kamis (12/5/2022).

Ia mencontohkan Cold Cases di negara-negara barat tetap ditangani dengan cara baru.

Adrianus menjelaskan kasus dingin dilakukan dengan proses kerja yang tidak dikejar-kejar waktu, ditangani oleh para penyidik terbaik dan dana yang unlimited.

Kemudian pakar kriminologi itu membandingkan dan menilai kepolisian dan penyidik yang menangani kasus Subang tersebut ada di bawah tekanan.

Ia berharap polisi pun belajar dari pengalaman masa lalu.

Menurutnya, ketika polisi berada di bawah tekanan, justru yang terjadi adanya penyimpangan.

“Jangan sampai salah tangkap ya, jangan sampai karena dikejar waktu lalu menangkan sembarangan, kurang lebih seperti itu?” tutur Aiman memastikan.

Demikian, menurut Adrianus Meliala, terkait isu kasus Subang jika benar menjadi Cold Cases maka perlu ditangani secara khusus.

Ia mengatakan kasus tersebut tak perlu dikejar waktu, tanpa batas anggaran, sehingga kepolisian sepenuhnya bekerja demi kesempurnaan terungkapnya kasus Subang tersebut. (berbagai sumber)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved