Berita Bangkalan

Kantong Peternak Bangkalan Terperas Akibat Sapi-Sapinya Dikarantina, Tetapi Berkah Bagi Anak Kandang

ratusan ekor sapi itu terkungkung di kandang balai karantina tanpa diketahui kapan bisa dinyatakan bebas PMK

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya.co.id/ahmad faisol
Seorang anak kandang, Bebas (24), warga Desa Telaga Biru, Kecamatan Tanjung Bumi ketiban berkah setelah mendapatkan upah dari mencari hingga memberi makan rumput sapi-sapi yang tertahan di kandang UPT Balai Karantina Bangkalan, Kamis (19/5/2022). 

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Pengetatan distribusi atau arus lalu lintas sapi keluar Madura melalui Pelabuhan Telaga Biru, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, menjadi pukulan berat bagi para peternak dan pedagang. Sebanyak 141 ekor sapi milik mereka gagal diberangkatkan kepada para pemesan di Pontianak dan beberapa daerah di Kalimantan.

Tanpa adanya surat atau sertifikat sehat dari balai karantina, jangan harap sapi-sapi itu bisa diperjualbelikan. Praktis sampai sekarang ratusan ekor sapi itu terkungkung di kandang balai karantina tanpa diketahui kapan bisa dinyatakan bebas PMK (penyakit mulut dan kuku).

Saat SURYA meninjau kantor Badan Karantina Pertanian, Kamis (19/5/2022), pemandangan yang sama terlihat, yaitu kandang dengan sapi-sapi yang berjajar. Suara hempasan ombak terdengar jelas hingga ke setiap sudut 4 blok kandang di kantor Badan Karantina Pertanian, Kamis (19/5/2022).

Lokasi kandang-kandang sapi itu memang berbatasan dengan pesisir Laut Jawa bagian utara Bangkalan. Tampak seorang pria dengan penuh kesabaran, mengangkut, hingga ‘menghidangkan’ rumput segar berwarna hijau di hadapan sapi-sapi miliknya. Pria itu bernama Torimin (45), warga Desa Katol Timur, Kecamatan Geger, Bangkalan.

Di benak bapak dengan dua anak itu hanyalah segudang pertanyaan, kapan 4 ekor sapi miliknya dan 19 ekor sapi milik saudara sepupunya bisa diberangkatkan sehingga lekas sampai di tangan para pemesan di Pontianak, Kalimantan Barat.

“Sudah setengah bulan sapi-sapi saya dan milik sepupu di sini. Saya tidak tahu sampai kapan arus pengiriman kembali dibuka, sudah bosan menunggu. Padahal pihak pemesan di Pontianak sedang menunggu. Di sana (Pontianak) tetap menerima sapi dari Madura,” ungkapnya ketika ditemui SURYA di kandang UPT Balai Karantina.

Seharusnya, 141 ekor sapi di kandang UPT Balai Karantina Bangkalan tiba di Pontianak pada 22 April 2022. Namun karena kapasitas kapal pengangkut sapi tidak mencukupi, sapi-sapi tersebut akan diberangkatkan pada gelombang berikutnya.

Namun nahas, ratusan ekor sapi yang tiba dengan pemberangkatan gelombang pertama dinyatakan suspect atau diduga kuat terpapar virus PMK ketika tiba di Pontianak, Kalimantan Barat.

Kondisi itu kemudian memaksa pihak UPT Balai Karantina Bangkalan melakukan pengetatan dengan tidak menerbitkan dokumen lalu lintas pengiriman sapi-kambing ke luar Madura melalui Pelabuhan Telaga Biru per 6 Mei 2022, sebelum hasil uji pengambilan sampel darah diumumkan.

Torimin menuturkan, situasi ini tentu saja membuat biaya operasional semakin membengkak, Karena ia harus membayar upah para anak kandang yang mencari rumput hingga memberi makan sapi-sapi miliknya.

“Biaya operasional untuk bayar anak kandang Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per ekor per hari. Sejauh ini sapi saya belum ada yang ditarik keluar, biar disembuhkan. Alhamdulillah Sekarang sudah agak sehat, makan mulai lahap,” tuturnya.

Selain tekor dengan biaya operasional selama masa karantina, lanjut Torimin, masa panen raya pada momen menjelang lebaran Idul Qurban terancam gagal karena diberlakukan pengetatan arus pengiriman sapi ke luar Madura.

Di kandang Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bangkalan Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Telaga Biru Tanjung Bumi itu, terdapat sejumlah 141 ekor sapi Madura dan sisanya sejumlah 22 ekor adalah sapi crossing atau silangan.

Dari total sejumlah 22 ekor sapi silangan itu, 12 sapi di antaranya dinyatakan suspek PMK dengan tanda-tanda klinis seperti air liur mengalir, tidak mau makan, hingga melepuh di bagian kuku.

Ia menambahkan, sebelum tertahan di kandang UPT Balai Karantina, sapi-sapi itu dikulak dari Pasar Bringkoning Sampang, Pasar Kepo Pamekasan dengan harga mulai dari belasan juta untuk dijual kembali sebagai kebutuhan Idul Qurban.

“Setiap tahun menjelang Lebaran seperti ini, biasanya saya mengirimkan total hingga ratusan sapi ke Pontianak. Karena setiap pemberangkatan, saya rata-rata mengirim sapi hingga 50 ekor. Semoga PKM cepat berlalu sehingga sapi bisa lekas diberangkatkan,” ujar Tomirin.

Sementara salah seorang anak kandang, Bebas (24), warga Desa Telaga Biru, Kecamatan Tanjung Bumi mengungkapkan, ia sudah lama menjadi anak kandang ketika ada sapi-sapi yang gagal berangkat karena kapasitas kapal tidak mencukupi.

“Kami bagi menjadi dua tim; anak kandang pencari rumput beranggotakan 8-10 orang anak kandang khusus pemberi makan sapi. Saya mendapatkan upah Rp 10.000 per ekor sapi per hari,” ungkapnya kepada SURYA.

Bebas juga menjadi saksi hidup perkembangan sapi-sapi selama masa karantina, pemberian vitamin, hingga penyuntikan antibiotik. Awalnya ia merasa kebingungan karena beberapa sapi silangan kondisinya tidak sehat.

“Alhamdulilah sudah membaik daripada hari-hari kemarin, makan sudah lahap. Sebelum dilakukan penyuntikan pertama, beberapa sapi agak lemas, setelah disuntik sudah kelihatan berangsur pulih,” pungkas Bebas. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved