Pemilu 2024
VIRAL Gambar 'Warga NU Kultural Wajib Ber-PKB Struktural Karepmu', Pengamat: Cak Imin dan PKB Panik
Gegara unggahan Ketum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin gambar 'Warga NU Kultural Wajib Ber-PKB Struktural Karepmu', tagar Panik Ya Min trending.
SURYA.co.id - Gara-gara unggahan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin gambar kaus 'Warga NU Kultural Wajib Ber-PKB Struktural Karepmu', tagar Panik Ya Min trending.
Cak Imin mengunggah gambar tersebut di akun Instagramnya. Terkait unggahan tersebut, banyak netizen yang menyebut Cak Imin dan PKB sedang panik.
Begitu pula analisis pengamat dari PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama.
Rizky menilai, dengan unggahan tersebut, Cak Imin ingin namanya dan PKB terus menjadi pembicaraan publik.
Baik itu dari sisi positif maupun negatif.
Kata "Panik Ya Min" dan tagar #PanikNihYee menjadi trending topik Twitter pada Rabu ((18/5/2022).
Penelusuran SURYA.co.id, Rabu siang pukul 16.45 WIB, kata "Panik Ya Min" sudah di tweet sebanyak 3.265 kali.
Sedangkan untuk tagar #PanikNihYee diposting sebanyak 3.660 kali.
Para netizen menggunakan tagar tersebut untuk membahas unggahan Cak Imin sebelumnya, di laman Instagram pribadinya @cakiminnow pada Senin, 16 Mei 2022
Dalam unggahannya, Muhaimin mengatakan kaus itu merupakan desain Imam Jazuli.
Tak ayal postingan kaos tersebut membuat heboh media sosial.
“Cak Imin butuh mendapatkan pembicaraan dan atensi dari publik. Baik yang ia dapat itu positif maupun negatif, politikus butuh sorotan itu,” papar Rizky kepada KOMPAS TV, Rabu (17/5/2022).
Ia pun menyebut, ada suatu kekhawatiran dengan Gus Yahya dan PBNU yang dinilai bisa jadi mempengaruhi PKB.
“Di sosial media beredar desain kaos bertuliskan, Warga NU kultural wajib ber-PKB, NU struktural- terserah. Ini sebenarnya menunjukan kekhawatiran PKB akan hilangnya suara NU kultural,” paparnya.
Kekhawatiran ini, menurut penulis buku kontroversial terkait pelengseran Presiden keempat, Abdurrahman Wahid oleh para politisi bertajuk Menjerat Gus Dur (2019) itu menjelaskan, dalam posisi ini ada sedikit kekhawatiran terkait suara PKB.
Bahkan, ia menyebut Cak Imin dan PKB sedang panik saat menyebut pengurus teras yang diduga merujuk pada Pengurus Pusat Nadhlatul Ulama (PBNU) yang dinilai terserah ikut PKB atau tidak.
“Cak Imin dan PKB panik,” paparnya.
Nama Kiai Imam Jazuli juga menjadi sorotan karena desain kaus yang menjadi polemik itu disebutkan Cak Imin berasal darinya.
Imam Jazuli adalah pria kelahiran Cirebon, 17 November 1976.
Mengutip dari laman resmi Pesantren BIMA, Imam Jazuli merupakan generasi ketiga pengasuh pesantren yang dulu bernama Pondok Pesantren Al Ikhlas Tegal Koneng.
Sang pendiri adalah kakek Imam Jazuli, yakni KH. Sirojuddin tahun 1942.
Sepeninggal KH. Siroj, pesantren diteruskan oleh putra sulungnya, yaitu KH. Anas Sirojuddin, alumnus Pondok Pesantren Kempek dan Pondok Pesantren Lasem.
Di masa kepemimpinan KH. Anas Sirojuddin, sistem dakwah dan pendidikan di pesantren diperluas dengan mendirikan lembaga formal, antara lain: Madrasah Diniyah dan Madrasah Tsanawiyah, PAUD, dan TK. Semua lembaga tersebut diberi nama Al-Ikhlas.
Atas restu KH. Anas Sirojuddin, pada tahun 2012 , Pondok Pesantren Al-Ikhlas diubah nama dan sistemnya secara total oleh putra bungsunya, yaitu KH. Imam Jazuli, Lc. MA, yang menjadi generasi ketiga dari KH.Sirojuddin.
Nama pesantrennya diganti menjadi Pesantren Bina Insan Mulia (Pesantren BIMA)
Riwayat Pendidikan
Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri;
Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy;
Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy;
Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies;
Baca juga: Pesta Miras Memanas Jadi Adu Bacot, Pemuda Cilincing Babi Buta Hajar Teman Pakai Celurit
Riwayat Karier
Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon;
Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia);
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.
Pengagas gerakan "Ngaku NU Wajib ber-PKB".
Kiai Imam Jazuli, Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon, sempat mengungkapkan pandangannya tentang relasi hubungan antara NU dan PKB.
“Dua hari lalu Ketua Fraksi PKB DPR RI, (saya memanggilnya) Kang Cucun bersilaturahim ke pesantren kami, ini adalah silaturahim kali kedua beliau setelah sebelumnya kesini dengan ketum PKB cak Imin, obrolan berlangsung hingga malam,” kata Kiai Imam, Rabu (2/2/2022).
Kiai Imam dalam kapasitasnya yang bukan pengurus PKB, bukan pula Pengurus NU, namun sebagai NU Kultural menyatakan kecintaannya terhadap NU yang kaafah alias total. Menurut Kiai Imam harus diakui dengan jelas bahwa PKB lahir dari rahim NU dan sebagai alat Politik NU.
“Jadi kalo mengaku cinta NU ya otomatis 'wajib' cinta PKB, ngaku NU tapi tidak ber-PKB, ya dipertanyakan ke NU annya, paling tidak seperti emas cuma 15 Karat,” kata Kiai Imam.
Alumni Pesantren Lirboyo ini lalu menceritakan kisah ayahanda “Dulu kyai Sanusi Gunung Puyuh Sukabumi itu secara ubudiah ( prilaku ibadah) ala NU total, tetapi secara politik tidak mau memilih NU tapi memilih Masyumi, maka lahirlah ormas PUI (Persatuan Umat Islam) yang didirikan bersama Kiai Abdul halim Majalengka. Jadi PUI itu bukan NU, karena belum kaffah dalam ber NU-nya,” katanya.
Padahal menurut Kiai Imam, semestinya sadar politik adalah aspek terpenting dalam membesarkan Jamaah dan Jamiyyah NU, itu yang dicontohkan oleh walisongo khususnya sunan Giri, sunan Gunung Djati, Jalur politik langkah yang paling cepat dan tepat untuk dakwah lebih luas, jadi kesimpulannya " ngaku NU wajib ber-PKB,” katanya.
Kiai Imam berpendapat penting rasanya untuk menyadarkan Nahdiyyin bahwa realitasnya hanya PKB alat politik NU saat ini, dan hanya PKB yang terbukti konsisten berjuang secara totalitas untuk Pesantren dan NU.
“Nahdiyyin berhutang banyak dengan PKB, bahkan saya lebih heran lagi Jika ada yang "ngaku gus durian" tapi membenci atau paling tidak antipati terhadap PKB, padahal gus Durlah yang mendirikan PKB untuk kepentingan Politik Nahdiyyin,” katanya.
Untuk itu Kiai Imam merasa perlu menjadi motor penggerak gerakan “Ngaku NU Wajib ber-PKB”. Gerakan ini diwujudkan dengan mencetak ribuan kaos bertuliskan jargon tersebut.
“Saya kadang membayangkan, jika warga Nahdiyyin yang konon berjumlah 80 juta itu, 30 % nya saja sadar politik yaitu dengan ber PKB, tentu PKB akan menjadi pemenang pemilu di 2024, dan itu akan menjadi kemenangan Nahdiyyin, tapi kesadaran politik seperti itu pasti itu tidak disenangi banyak pihak, bisa jadi ada pihak yang didorong untuk memisahkan NU dengan politik/PKB. Dengan mencairkan politik warga NU menjadi multi partai (bebas partai apa saja), tujuannya agar lemahnya partai politik milik NU sehingga secara politik NU lemah. Itu hanya dugaan saya saja sebagai orang yang awam politik,” kata Kiai Imam Jazuli.
Sebagian artikel ini disarikan dari Kompas TV berjudul Heboh Cak Imin Pamer Warga NU Kultural Wajib ber-PKB, Ini Kata Pengamat
di Tribunnews.com dengan judul Sosok KH Imam Jazuli, Kiai Pencetus Gerakan Ngaku NU Wajib Ber-PKB
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul ''Panik Ya Min'' Trending Topik, Ternyata Berawal dari Cuitan Kaos Muhaimin Iskandar: Apa Isinya?