Kecelakaan di Tol Surabaya Mojokerto
BENOWO BERDUKA, Jerit Tangis Anak Korban Meninggal Kecelakaan Maut di Tol Sumo: Ayah, Ayah
Tragedi Benowo Berduka, yakni meninggalnya 14 warga kampung Benowo Krajan Surabaya akibat kecelakaan maut di Tol Sumo, masih menyisakan cerita sedih.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id | SURABAYA - Tragedi Benowo Berduka, yakni meninggalnya 14 warga kampung Benowo Krajan Surabaya akibat kecelakaan maut di Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo), masih menyisakan cerita sedih.
Salah satunya dialami Sakila (4), anak almarhum Ainul Rofik (34) warga Benowo III Surabaya, yang terus memanggil-manggil nama ayahnya.
Rofik merupakan salah satu korban meninggal dunia dalam kecelakaan maut tersebut.
Sang anak hanya bisa menangis sambil memanggil-manggil ayahnya yang telah tiada.
Duka mendalam juga dirasakan Riski Dwi Laksono.
Ia harus ikhlas kehilangan dua anggota keluarganya akibat kecelakaan bus di Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo), Senin (16/5/2022).
Riski mengungkap, ada 6 orang anggota keluarganya yang berangkat bersama rombongan.
Baca juga: BENOWO BERDUKA, Anakku Sayang Ambil Saja Aku Ya Allah Jerit Ibu Korban Kecelakaan Maut di Tol Sumo
Dua di antaranya masuk dalam daftar korban meninggal dunia.
Berikut selengkapnya kisah mereka.
1. Panggil sang ayah
Sakila (4) anak almarhum Ainul Rofiq (34) warga Benowo III Surabaya, terus memanggil-manggil nama ayahnya.
Itu terjadi sesaat setelah kecelakaan maut di Tol Surabaya Mojokerto (Sumo), Senin (16/5/2022) pagi.
Hal itu dituturkan oleh pakde sepupu Sakila yang juga paman dari Ainul Rofik, Abdul Muid (42).
Saat kejadian, Muid ditelepon oleh keponakannya yang lain bernama Nanik Lestari (32), juga korban selamat dari kejadian nahas tersebut.

"Saya di video call, sama keponakan saya. wajahnya sudah penuh darah. sambil menangis kasih kabar kalau Rofik meninggal," kata Muid, Selasa (17/5/2022).
Saat menelpon, posisi Nanik berada di RS Citra Medika bersama Sakila.
"Anak Rofik itu panggil ayah, ayah. Pak poh ayah pak poh. Saya nangis dengar anak empat tahun cari ayahnya seperti itu. Gak tega saya," sambung Muid.
Ia pun lalu bergegas bersama sebagian keluarga menuju ke beberapa rumah sakit tempat korban dirawat.
"Ada yang di RSUD Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto, ada di RS Citra Medika Sidoarjo. Kami sekeluarga bagi tempat," terangnya.
Muid kemudian mendapat kabar jika ibu Sakila yang juga istri Rofik, Nailatul Istiada (28) dalam kondisi selamat dan dirawat di RS Gatoel Mojokerto.
"Ibunya selamat. Sakila sempat terpisah dengan ibunya karena dirawat di RS Citra Medika Sidoarjo. Akhirnya keluarga merujuknya ke RS Gatoel untuk menyatukan ibu dan anak ini dirawat di satu tempat," tambahnya.
Saat ini, dua korban selamat dari keluarga Ainul Rofik itu masih jalani perawatan.
Sakila dikabarkan hanya luka memar di mata dan tangan, sementara Nailatul mengalami tulang retak di tangan dan kaki.
2. Kehilangan 2 Keluarga
Riski Dwi Laksono harus ikhlas kehilangan dua anggota keluarganya akibat kecelakaan bus di Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo), Senin (16/5/2022).
Sebelum keberangkatan bus pariwisata ini, Riski menyebut sempat ragu dengan kondisi kru bus.
Riski terlihat lelah saat menyambut kedatangan Istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Rini Indriani, Selasa (17/5/2022) pagi.
Dalam kesempatan tersebut, Rini datang melayat sekaligus memberikan bingkisan dari Pemkot kepada keluarga.
Kepada Rini, Riski bercerita bahwa pihaknya baru saja pulang dari Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada (BDH) Surabaya.
Di RS tersebut, Ibunda Riski, Mujiana sedang dirawat.
Mujiana merupakan salah satu korban selamat dalam kecelakaan Tol Sumo.
Riski pun berterima kasih atas dukungan dan perhatian yang diberikan Pemkot.
"Kami sangat terbantu dengan perhatian Pemkot," katanya.
Riski mengungkap, ada 6 orang anggota keluarganya yang berangkat bersama rombongan wisata warga Benowo ke Dieng, Sabtu (14/5/2022) lalu.
Selain Mujiana, ada Nur Ra'i (ayah Riski), Septian Adi (adik Riski), dan Cipta Prayoga (keponakan Riski).
Kemudian, ada Nita Ning Agustin (Kakak Riski) dan Andik Suyanto (Kakak Ipar Riski yang juga suami Nita).
Kedua nama terakhir masuk dalam daftar korban tewas dari total 14 nama yang meninggal akibat kecelakaan ini.
"Saya empat bersaudara, dua saudara saya ikut wisata tersebut bersama keponakan. Saya tak ikut karena dari awal seakan ada perasaan tak enak," kata Riski.
Selain dua anggota keluarganya meninggal, dua anggota keluarga lain dalam keadaan belum sadar hingga Selasa pagi.
"Untuk ibu dan keponakan sadar, namun adik dan ayah belum. Ayah dalam kondisi kritis," katanya.
Selain Ayah yang dalam kondisi kritis, ada Septian Adi yang ada gangguan pada otak.
"Hari ini mau operasi dan kami membutuhkan tranfusi darah," katanya.
Lokasi perawatan pun terpencar. Mulai Nur Ra'i yang dirawat di RS Emma Mojokerto, Septian Adi di RS Mohamad Soewandhie Surabaya, Cipta Prayoga di RS Petrokimia Gresik, dan Mujiana yang dirawat di RS BDH.
"Begitu kejadian, saya langsung berangkat ke Mojokerto. Saya sampai berkeliling di 7 RS untuk mencari anggota keluarga kami. Mulai yang di Mojokerto hingga Gresik," katanya.
Sebelum kejadian, Riski mengaku kali terakhir berkomunikasi pada Minggu malam (15/5/2022).
"Sekitar pukul 23.00 WIB, saya tanya Ibu saya soal jam kepulangan. Waktu itu, Ibu mengaku masih di kawasan Malioboro," katanya.
Ia mengaku hampir tak memiliki firasat apapun sebelum insiden ini.
Apalagi, kegiatan berlibur bersama keluarga maupun tetangga menjadi agenda rutin yang digelar tiap tahun.
Bahkan, pekan lalu ia bersama rombongan keluarganya baru pulang dari Malang untuk wisata keluarga.
"Waktu itu, yang berangkat sekitar 65 orang dan Alhamdulillah tak ada kendala," katanya
Namun berbeda halnya dengan agenda wisata ke Dieng. Ia sempat ragu ketika melihat kru bus.
Menurutnya, kru bus terkesan tergesa-gesa.
"Mereka seakan mengejar jadwal. Sebab berdasarkan yang kami dengar, ada jadwal (Wisata Religi) Wali Limo pada Senin tersebut," katanya.
Hal ini pun diperkuat dengan kondisi bus yang seakan disiapkan untuk rombongan banyak bus.
"Ada simbol huruf 'D' ditempel di kaca yang sepertinya memang disiapkan untuk rombongan bus setelah dari Dieng. Sebab, kalau untuk rombongan ke Dieng cuma satu bus," katanya.
Dengan asumsi padatnya jadwal tersebut, ia menduga kru bus pun bisa mengalami kelelahan.
"Penumpang saja pada tidur kan," katanya.
Atas keanehan tersebut, Riski pun sempat mencegah keluarganya berangkat.
"Anak saya saja mau ikut akhirnya saya larang. Sebab, terkesan dipaksakan sejak awal," kata Bapak dua orang anak ini.
Namun, pada akhirnya sebagian anggota keluarganya berangkat bersama 25 tetangga lain.
Hingga akhirnya kejadian naas itu terjadi Senin pagi.
Saat ini, pihaknya fokus untuk memastikan kondisi keluarganya, termasuk, menjaga keponakannya, Cipta Prayoga yang kini menjadi yatim piatu setelah ayah dan ibu dia meninggal dalam peristiwa ini.
"Harapannya, keluarga kami bisa dirujuk ke satu tempat sehingga kami mudah untuk menjaganya. Untuk saat ini, kami membagi anggota keluarga untuk berjaga," katanya.(Putra Dewangga/Firman Rachmanudin/Bobby Constantine/SURYA.co.id)
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id