Berita Malang Raya
Seperti Ini Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak di Kabupaten Malang
Nurcahyo menyebut tingkat kesembuhan sapi di Kabupaten Malang dari PMK mencapai 20 persen.
Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, MALANG - Pemerintah Kabupaten Malang masih bersikukuh menyebut wilayahnya belum termasuk zona merah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
"Kabupaten Malang belum zona merah. Dari populasi ternak 243 ribu populasi, yang terindikasi (PMK) baru 122 ekor. Lalu, sapi yang sembuh sekitar 15 hingga 19 ekor sapi. Itu berdasarkan pantauan kami hari ini," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang, Nurcahyo ketika dikonfirmasi pada Jumat (13/5/2022).
Nurcahyo menyebut tingkat kesembuhan sapi di Kabupaten Malang dari PMK mencapai 20 persen.
"Kecamatan yang paling banyak hewan ternaknya terindikasi adalah Ngantang. Sisanya di Singosari, Wajak dan Gondanglegi. Yang lainnya belum ada laporan," sebut Nurcahyo.
Baca juga: Sejumlah Tokoh Hadir saat Upacara Ziarah HUT ke-57 Lemhannas di Makam Bung Karno Kota Blitar
Kendati belum ditemukan vaksin untuk mengatasi wabah PMK, Nurcahyo mengatakan metode pengobatan yang diterapkan sejauh ini cukup efektif.
"Obat vaksin belum ada. pengobatan sementara memakai antibiotik, vitamin dan disinfektan untuk menjaga kebersihin," beber Nurcahyo.
Menurut Nurcahyo, hingga saat ini belum ada pemusnahan sapi akibat PMK. Dirinya menuturkan jika pemusnahan sapi baru bisa dilakukan jika hewan telah terinfeksi PKM sangat kronis.
Baca juga: Kronologi Kecelakaan Beruntun di Jalan Raya Gadang Kota Malang, Haluan Menyalip Terlalu ke Kanan
'"Jika ada terjadi PMK kronis, hewan ternak akan dipotong paksa. Bagian yang terkena PMK saja yang dimusnahkan. Karena bagian dagingnya yang tidak terinfeksi tersebut masih bisa dikonsumsi," terang Nurcahyo.
Sementara itu, Nurcahyo menegaskan kasus kematian hewan ternak akibat terindikasi terjangkit PMK hingga kini masih nihil.
"Di Kabupaten Malang yang hewan ternak itu belum ada yang mati karena PMK. Karena pencegaha lewat pembinaan dan monitoring telah kami lakukan. Jika ada yang sakit kami langsung bergerak lakukan pengobatan," paparnya.
Nurcahyo menilai pencegahan PMK pada hewan ternak selebihnya pada kebersihan hewan ternak. Selain hewan, kebersihan pemilik hewan ternak juga tak kalah berpengaruh.
"Kandang harus steril, begitupun manusianya. Harus bersih ketika masuk kandang," kata Nurcahyo.
Terakhir, Nurcahyo menyebutkan jika distribu dan perdagangan sapi di Kabupaten Malang tidak terlalu terpengaruh wabah PMK.
"Distribusi daging tidak ada pengaruh. Setiap hari rutin Rumah Pemotongan Hewan melakukan penyembelihan," tutup Nurcahyo
Di sisi lain, harga sapi di pasaran Kabupaten Malang tetap tinggi meski kabar wabah penyakit mulut atau PMK telah menyebar di Jawa Timur.
Abu Bakar (40), pedagang sapi di Pasar Hewan Gondanglegi mengaku penjualan sapi sama sekali tidak terpengaruh adanya wabah penyakit.
"Harganya sekarang naik sejak H-7 lebaran. Sapi kecil harga antara Rp 6 juta hingga Rp 7 juta. Kalau sapi besar antara Rp 18 juta hingga Rp 19 juta. Saya sekarang punya 7 sapi dagangan. Sudah laku 5 sapi hari ini," ujar Abu.
Para pedagang berujar telah memahami ciri-ciri sapi yang terjangkit wabah PMK. Pedagang mengklaim sapi dagangannya bebas PMK karena telah menyeleksi kondisi sapi saat sedang kulakan ke petani.
"Ciri-cirinya sapi yang kena penyakit umumnya mulut berliur banyak dan di bagian kaki ada luka membusuk. Nah dari situ kami cek terus kondisi sapi kita sejak kulakan. Jadi yang dijual benar-benar sehat," sebutnya.
Pedagang menduga PMK bisa menjangkit sapi karena faktor kebersihan.
"Biasanya memang karena pengaruh kandang yang kotor. Jadi menurut saya untuk mencegahnya yang penting kebersihan kandang," tutupnya.
BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA