Benarkah Megawati Mantapkan Duet Prabowo-Puan untuk Pilpres 2024?

Kunjungan ini disebut sebagai pertemuan untuk membahas duet Prabowo Subianto-Puan Maharani pada Pilpres 2024 mendatang.

Penulis: Erlangga Satya Darmawan | Editor: APS
Humas DPR RI
Ketua DPR RI Puan Maharani. 

SURYA.CO.ID - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menerima kunjungan Ketua Umum (Ketum) DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto, Senin (2/5/2022). 

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, kunjungan silaturahmi itu disebut-sebut sebagai pertemuan untuk membahas Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

"Pasti dikaitkan dengan pilpres. Kalau cuma silaturahmi biasa kan bisa lewat telepon atau video call. Pasti ada kaitannya dengan 2024," ujar Adi melalui keterangan persnya, Minggu (8/5/2022).

Adi menambahkan, kendati pertemuan tersebut tidak diakui sebagai persiapan Pilpres 2024, tetapi tidak bisa ditampik bahwa ada kedekatan antara Prabowo dan Megawati.

Baca juga: Resmikan Penataan Kawasan Gunung Kemukus, Puan: Salah Satu Ciri Daerah Maju

"Memang tidak ada (obrolan) Pilpres. Tapi, silaturahmi tersebut kan semakin menegaskan bahwa Prabowo cukup lengket dengan Megawati," jelas Adi.

Silaturahmi politik tersebut, lanjut Adi, juga bisa dinilai sebagai pencanangan duet Prabowo-Puan yang mendapatkan hasil positif berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) beberapa waktu lalu.

"Artinya, duet Prabowo-Puan itu relatif leading. Setidaknya, mereka sudah mulai dikenal oleh publik terkait 2024. Jadi, silaturahmi politik itu kemarin seakan-akan menambah amunisi supaya publik terus bicara tentang kemungkinan Prabowo-Puan bisa duet bareng," tegasnya.

Sebagai informasi, survei SMRC menunjukkan bahwa jika hanya ada dua pasangan yang bertarung pada Pilpres 2024, pasangan Prabowo-Puan memiliki peluang untuk memenangkan pemilihan.

Baca juga: Bakal Maju Jadi Capres 2024, Puan Diminta SMRC Menangkan Hati Pemilih PDIP Dahulu

Berdasarkan survei tersebut, pasangan Prabowo-Puan mendapatkan suara sebanyak 41 persen, Anies-AHY 37,9 persen, dan 21 persen belum menentukan pilihan.

Sementara, dalam simulasi Prabowo-Puan melawan Ganjar-Airlangga, pasangan Prabowo-Puan memperoleh suara sebanyak 39,3 persen, Ganjar-Airlangga 40,3 persen, dan 20,5 persen yang belum menentukan pilihan.

Sulit tentukan Capres

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Widjaja mengatakan, ‘perkawinan’ dua partai antara pemenang pemilu dan runner-up akan membuat penentuan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menjadi sulit ditentukan.

Baca juga: Sambut Lebaran, Puan Maharani Resmikan The New Kemukus, Ikon Baru Kabupaten Sragen

“Kemungkinan itu bisa saja terjadi. Apalagi, PDI-P surveinya jauh diatas Gerindra. Sulit buat saya membayangkan partai pemenang pertama itu hanya mau menjadi cawapres. Begitu pun dengan Pak Prabowo yang menyadari partainya di peringkat kedua mau mengalah sebagai cawapres. Prabowo itu kapasitasnya sebagai capres,” ucap Toto.

Toto menambahkan, dengan menggunakan analisis pendekatan kepentingan politik, kerja sama antara kedua partai tersebut terjadi karena posisi PDIP berada di atas Gerindra.

“Di sisi lain, elektabilitas Puan dibawah Prabowo. Duet PDIP dan Gerindra pernah terjadi pada 2009, yakni antara Megawati Soekarno Putri dan Prabowo. Bahkan, diseremonikan dengan Perjanjian Batu Tulis. Namun, pada pemilihan umum (Pemilu) 2014, PDIP malah mengusung Jokowi dan Jusuf Kalla,” terang Toto.

Baca juga: Bukan Hanya Popularitas, Puan Minta Kader PDI-P Pilih Pemimpin yang Berkualitas

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved