Berita Surabaya
Gangguan Pendengaran pada Anak Bisa Dideteksi Sejak Usia Dua Hari
Jika gangguan pendengaran ini terjadi sejak bayi atau balita, perkembangan kemampuan anak dalam hal berbicara, sosial, dan emosional bisa ikut tergang
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Gangguan pendengaran bisa terjadi semenjak lahir, bayi, balita, dan dewasa.
Jika gangguan pendengaran ini telah terjadi sejak bayi atau balita, perkembangan kemampuan anak dalam hal berbicara, sosial, dan emosional bisa ikut terganggu.
Hal ini dikarenakan indera pendengaran menjadi salah satu sumber anak mempelajari banyak hal dari mendengar.
Untuk itu deteksi sejak dini diperlukan agar tumbuh kembang anak tidak tertinggal ataupun terganggu.
Dr Rosa falerina Sp THT KL K mengungkapkan pemeriksaan dini perlu dilakukan agar tidak ada lose case. Apalagi kasus masalah pendengaran pada anak memang cukup memprihatinkan.
Setiap 1 sampai 3 dari 1000 kelahiran bayi, selalu ada yang terkena kasus gangguan pendengaran.
Menurutnya, bayi sehat dan sakit bisa di skrining sejak 2 hari kelahiran. Sayangnya selama ini hanya bayi sakit saja diperiksa.
"Pemeriksaan pada bayi diperlukan sehingga kita bisa secepatnya tahu fungsi rumah siputnya. Dan orang tua tidak menunda pemeriksaan usai kelahuran anak, karena deteksi dini memerlukan peralatan khusus,"lanjutnya.
Tes pendengaran pada bayi baru lahir biasanya hanya berlangsung selama 5-10 menit dan tidak menyakitkan atau mengganggu kenyamanan bayi.
"Tes pendengaran bayi bisa menggunakan Tes Otoacoustic Emissions (OAE), tes pendengaran ini dilakukan untuk mengukur gelombang suara di telinga bagian dalam,"urainya.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan perangkat kecil di telinga bayi untuk menghasilkan bunyi yang lembut dan merekam respons telinga bayi terhadap bunyi tersebut.
"Dan ini belum semua layanan kesehatan memiliki pemerikaaan ini. Untuk bayi baru lahir pemeriksaannya OAE untuk memeriksa rumah siputnya," lanjutnya.
Selain bawaan lahir, ada juga gangguan pendengaran yang diawali penyakit ringan.
"Seperti cacar, gondong hingga flu juga bisa menyebabkan gangguan pendengaran,” jelas wanita yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
Kemudian untuk gangguan pendengaran pada lansia dapat menyebabkan depresi. Apalagi gangguan pendengaran pada lansia itu pasti terjadi, karena setiap organ tubuh mengalami penurunan fungsi.
Termasuk beberapa penyakit tertentu yang akan mempercepat terjadinya gangguan pendengaran.
“Usianya beda-beda, biasanya di atas 60 tahun. Ada yang di atas 70 tahun. Pengaruh sistem metabolisme tubuh. Seperti kencing manis, darah tinggi akan mempercepat gangguan pendengaran lansia,” jelasnya.
Untuk mendukung pemeriksaan masalah gangguan pendengran dengan One Stop Solution, Kasoem Hearing Center bekerja sama dengan National Hospital Surabaya untuk layanan Hearing Excellent Center yang lengkap dan komprehensif.
Sehingga memudahkan masyarakat mengetahui gangguan pendengaran baik pada bayi, anak-anak, hingga lansia
CEO National Hospital Surabaya, Ang Hoey Tiong mengatakan dengan layanan Hearing Excellent Center, arek-arek Suroboyo tak perlu ke luar kota atau bahkan luar negeri untuk melakukan pemeriksaan pendengaran.
Karena, di Hearing Excellent Center sudah tersedia fasilitas lengkap dan komperhensif.
“Hearing Excellent Center ini merupakan jawaban Kami dari banyak pertanyaan dari pasien Kapan ada layanan untuk orang dengan gangguan pendengaran? Maka kami memutuskan bekerja sama dengan Kasoem Hearing Center, agar dapat mengatasi masalah gangguan dengar di Surabaya," ungkapnya.
Layanan Hearing Excellent Center bertempat di National Hospital Surabaya, di Jalan Boelevard family 1 Surabaya didukung sejumlah dokter spesialis telinga hidung tenggorokan THT yang mumpuni.