Ramadan 2022
Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur: Dari Puasa Kelas Syariat Menuju Hakikat
Puasa yang artinya pencegahan dan pengendalian mestinya bisa mengahtar adanya kesadaran otomastis lebih banyak untuk berbuat baik terhadap sesama
SURYA.CO.ID|SURABAYA - Secara syariat tata cara fiqiyah, puasa ialah kewajiban bagi muslimin muslimat yang memenuhi syarat.
Di antaranya, muslim, suci dari hadast besar, badan sehat, sudah baligh, berakal sehat.
Untuk mencegah makan dan minum selama beberapa waktu yang ditentukan, dengan diawali niat dan ditutup dengan berbuka puasa pada waktu yang ditentukan.
Di luar ketentuan itu ibadah puasa dianggap tidak syah atau batal.
Puasa syariat itu sudah kita lakukan bertahun tahun bahkan sejak kecil.
Setelah puluhan tahun, apakah kita tetap berpuasa pada kelas syariat uaitu puasanya kebanyakan anak kecil. Setelah berpuluh puluh tahun, sudahkan kita bisa naik kelas.
Bisakah kita mendorong diri untuk berpuasa secara lebih filsafati, dimana kita mengajak dasn memaksa diri untuk lebih spiritual.
Secara substansial, puasa yang baik harus bisa mengantar diri kita lebih spititual dalam makna bahwa situasi lapar dan dahaga itu dapat mempercepat proses kedekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Puasa seharusnya bisa mengantar kita untuk lebih sensitive terhadap penjagaan diri akan dosa.
Puasa kita adalah puasa lingkungan, bukan puasa untuk memperhatikan diri sendiri.
Puasa yang artinya pencegahan dan pengendalian mestinya bisa mengahtar adanya kesadaran otomastis lebih banyak untuk berbuat baik terhadap sesama, lebih bermanfaat kepada lingkungan terkecil dalam keluarga serta tak mendholimi diri dan tak mendholimi masyarakat sekitarnya.
Hakikat tertinggi ibadah puasa adalah capaian spiritual yang lebih bebas, lebih open, tak terikat fiqih ibadah.
Sedangkan puasa dalam tataran syariat lebih dekat dengan istilah relegiusitas itu lebih terikat pada aturan atau fiqih seperti misalnya tata aturan shalat, syarat rukun wudhu, ikatan aturan main yang yang harus dilafalkan atau dilakukan seseorang dalam ibadah agar dianggap syah adanya.
Kita melihat bahwa seringkali kita terjebak pada tata aturan puasa, namun tak terlalu perduli dengan hasil atau impact puasa.
Memang dalam al Qur’an Allah SWT mewajibkan kita berpuasa agar kita menjadi Muttaqin yaitu orang orang yang taat kepada Nya, namun jangan lupa dalam banyak hal Allah SWT meletakkan orang orang yang muchsinan yaitu orang yang selalu berbuat baik dalam maqam atau derajat yang lebih mulia daripada orang bertaqwa.