Berita Surabaya

Penilaian Pengamat Politik Soal Ramainya Pimpinan Parpol Bersafari ke Jatim Jelang Pemilu 2024

Selama ini, Jatim itu menjadi barometer dan sentrum rebutan pengaruh politik baik secara faktual maupun simbolik

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Cak Sur
Istimewa
Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Kunjungan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di Jawa Timur selama sepekan terakhir menambah daftar elit partai poltik yang mulai bersafari ke Jatim. 

Sebelumnya, dalam beberapa waktu terakhir tercatat banyak para pimpinan partai politik (Parpol) ramai-ramai menggencarkan kegiatan di Jatim. 

Mulai dari Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani

Lalu, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani termasuk Presiden PKS Ahmad Syaikhu

Terlepas dari posisi mereka di luar jabatan parpol, kedatangan para elit politik ini dinilai sebagai bukti Jawa Timur masih sangat 'seksi' bagi perpolitikan tanah air utamanya menjelang perhelatan akbar Pemilu 2024 mendatang. 

Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam menilai wajar jika sudah banyak elit politik yang turun ke Jawa Timur, sekalipun kontestasi masih akan berlangsung dua tahun lagi. 

Namun belajar dari pengalaman kontestasi, Jawa Timur menjadi barometer penting.  

"Jawa Timur memang seksi secara politik dan wajar kalau banyak tokoh berkunjung. Jatim itu strategis dan maha penting untuk geopolitik nasional," kata Surokim kepada SURYA.CO.ID pada Selasa (22/3/2022) kemarin. 

Secara geopolitik, Jawa Timur termasuk yang strategis. Selain 16 persen secara kuantitatif dengan pemilih terbesar setelah Jawa Barat, tokoh-tokoh nasional relatif banyak yang memiliki ikatan kultural dengan Jawa Timur. 

Sehingga menurut Surokim, tak berlebihan jika ada anggapan siapa yang dapat menguasai Jatim sudah seperempat menguasai Indonesia. Jawa Timur sebagai barometer politik, tak perlu diragukan lagi. 

"Selama ini, Jatim itu menjadi barometer dan sentrum rebutan pengaruh politik baik secara faktual maupun simbolik," jelas peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) tersebut. 

Menurut Surokim yang juga Dekan Fisib UTM itu, secara simbolik  Jawa Timur juga menjadi sentrum dan punya kehormatan sendiri dalam konstelasi politik nasional. Ada gengsi tersendiri jika bisa memenangkan kontestasi di wilayah Jatim. 

Sehingga, kunjungan ke Jawa Timur, tidak saja sebagai upaya membidik pemilih semata. Tetapi juga kuasa simbolik, pasalnya Jawa Timur banyak memiliki punjer kultural. 

"Hal itu yang menyebabkan Jatim selalu dijadikan jujukan dalam meraih dukungan politik nasional," ungkapnya. 

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved