Surya Militer
Kolaborasi Pasukan Baret Ungu dan Kostrad di Wilayah Rawan KKB Papua, Masyarakat Sangat Terbantu
Pasukan Baret ungu marinir TNI AL melakukan kolaborasi dengan pasukan kostrad dari Yonif Para Raider 431/SSP di wilayah rawan KKB Papua.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Pasukan Baret ungu marinir TNI AL melakukan kolaborasi dengan pasukan kostrad dari Yonif Para Raider 431/SSP.
Para prajurit dari marinir dan kostrad berkolaborasi untuk memberi pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Nduga.
Wilayah Nduga dulunya merupakan wilayah rawan aksi KKB Papua, namun kini semakin kondusif berkat kerja keras TNI-Polri.
Satgas Kodim Pegunungan Bintang Yonif Para Raider 431/SSP berkolaborasi dengan Satgas Muara dan Perairan Papua (Mupe) Marinir TNI AL wujudkan masyarakat Kabupaten Nduga Sehat.
Dalam siaran pers yang diteriam Wartakotalive.com, "Mobil Sehat" turun langsung di pusat keramaian pasar Kota Kenyam Kab. Nduga dalam rangka melayani masyarakat yang ingin melaksanakan pengecekan kesehatan Gratis.
Hal tersebut disampaikan Dansatgas Kodim Pegunungan Bintang Yonif Para Raider 431/SSP Letkol Inf Kemas Muhammad Nauval dalam rilis tertulisnya di Distrik Kenyam, Kab. Nduga, Papua, Senin (14/3/2022).
Seperti dilansir dari WartaKotalive.com dalam artikel 'Satgas Kodim Pegunungan Bintang dan Marinir Layani Kesehatan Masyarakat'.
Dansatgas menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk sinergitas serta kolaborasi antara Satgas Kodim Pegunungan Bintang Yonif Para Raider 431/SSP dengan Satgas Muara dan Perairan Papua (Mupe) Marinir TNI AL untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Nduga yang Sehat.
”Kami beserta prajurit Marinir TNI AL terjun langsung ke lapangan melayani masyarakat yang datang ke Mobil sehat untuk mengecek kondisi kesehatannya.
Alhamdulillah masyarakat sangat antusias dan kehadiran kami disambut baik,” ucap Dansatgas.
Di tempat terpisah, Pasintel beserta Dokter Satgas Yonif PR 431/SSP yang langsung turun di lapangan menyampaikan bahwa antusias masyarakat sangat baik menyambut kegiatan pengobatan lapangan ini.
“Awalnya masyarakat malu untuk datang ke mobil sehat, namun setelah anak-anak disekitar mobil sehat berinteraksi dengan prajurit Satgas masyarakat mulai berdatangan karena diajak oleh anak-anak mereka untuk berobat” imbuh Rifhan.
Di sela-sela ketika melayani pengobatan, Dokter Satgas pun mengimbau warga agar tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar tercipta kondisi sehat ditengah-tengah Masyarakat Papua khususnya Masyarakat Distrik Kenyam Kabupaten Nduga.
KKB Papua Merajalela Tapi TNI Belum Bisa Lakukan Pemberantasan
KKB Papua semakin merajalela tapi TNI belum bisa lakukan pemberantasan, mengapa bisa demikian?
Menurut anggota Komisi I DPR RI Dede Indra Permana Soediro, alasannya adalah belum ada payung hukum terhadap operasi pemberantasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Payung hukum belum ada yang disahkan oleh pemerintah.
Hal inilah yang membuat TNI belum bisa menggelar operasi pemberantasan KKB Papua.
Politikus PDI-P itu menilai, KKB Papua masih berulah karena mereka ingin menunjukkan eksistensinya.
Sebenarnya KKB Papua tidak ingin TNI masuk, namun payung hukumnya memang belum ada kecuali ada R Perpres yang disahkan oleh pemerintah untuk memberikan payung hukum terhadap operasi pemberantasan KKB Papua.
"TNI tidak dapat melakukan operasi militer karena bukan dalam situasi darurat militer/tertib sipil, jadi sifatnya hanya membantu operasi penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri.
Sudah ada rapat Menkopolhukam dengan Mabes TNI, Kementerian Luar Negeri, Kapolri, dan PPATK pada 22 April 2001 untuk mengganti istilah KKB menjadi Kelompok Separatis Papua (KSPT), menjadi tugas kami untuk mendeclare KSPT," ujar Dede, melansir dari Tribunnews dalam artikel 'DPR Minta Pemerintah Segera Berikan Payung Hukum Terhadap Operasi Pemberantasan KKB di Papua'.
Menurutnya, TNI bisa masuk, namun menunggu Perpres tentang TNI dalam penanganan terorisme.
Telah ditandatangani presiden berkaitan dengan terorisme namun Polri belum menandatangani, karena di UU TNI sendiri belum ada perpres tentang tindak pidana.
"Antisipasi ada, tapi aturannya belum boleh masuk karena aturan belum disahkan melalui diskresi presiden," ucapnya.
Hingga saat ini, kata Dede, Indonesia belum mempunyai wilayah khusus yang didedikasikan untuk latihan peperangan TNI (daerah latihan).
Padahal, negara dengan luas wilayah yang sangat kecil seperti Singapura sudah memilikinya dengan nama Singapore Armed Forces Training Institute (SAFTI City).
"Dengan lokasi yang strategis di tengah-tengah Pulau Jawa bisa diakses dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah mempunyai kawasan Gunung Lawu dengan luas lahan 437,8 hektar bisa dijadikan alternatif untuk daerah latihan TNI yang membutuhkan lahan sekitar 45,1 hektar.
Dengan landscape berbukitan lengkap dengan wilayah Gunung Lawu, sangat pas untuk simulasi perang hutan," ungkapnya.
Sedangkan untuk simulasi perang perkotaan, ia menyebut ada alternatif di wilayah Meteseh, di wilayah dengan luas sekitar 250 hektar tersebut.
Tinggal selanjutnya dibangun simulasi perang seperti gedung, puskesmas, kereta api, dan sungai buatan disesuaikan dengan kebutuhan latihan serta ditambah fasilitas-fasilitas penunjang untuk latihan militer.
"Dengan adanya daerah latihan yang mutakhir, tentunya akan menunjang kemampuan prajurit TNI.
Sehingga, kapanpun dan dalam situasi apapun pasukan-pasukan TNI bisa menunjukkan kualitas terbaiknya," tuturnya.
KKB Papua Semakin Merajalela
Sementara itu, para KKB Papua semakin merajalela setelah insiden penyerangan delapan pekerja PT Palapa Ring Timur Telematika (PTT) di Kabupaten Puncak.
KKB Papua di wilayah lain seperti Intan Jaya dan Yahukimo seolah seperti tersulut untuk ikut melakukan aksi teror.
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) melakukan penghadangan disertai penyerangan terhadap warga di Terminal Kali Ei, Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Papua, pada Sabtu (5/3/2022).
Akibatnya, seorang warga sipil berinisial AT tewas.
"Kejadian pengadangan dan penganiayaan yang dilakukan oleh KKB Papua tersebut terjadi pada hari Sabtu yang mengakibatkan korban AT meninggal dunia," ujar Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal, Selasa (8/3/2022) malam.
Seperti dilansir dari Tribun-Papua.com dalam artikel 'Seorang Pendulang Tewas Usai Diadang KKB di Pedalaman Yahukimo Papua'.
Korban diduga bekerja sebagai pendulang emas tradisional di Distrik Seradala.
Jauhnya lokasi kejadian membuat polisi tidak mengetahui aksi penyerangan tersebut.
Polisi baru mengetahui insiden itu setelah ada masyarakat yang melaporkan pada Senin (7/3/2022).
Masyarakat itu mengaku menemukan korban dalam keadaan tidak bernyawa.
"Korban penyerangan yang dilakukan oleh KKB tersebut ditemukan oleh masyarakat pada Senin sekitar pukul 14.40 WIT di Kali Ei sekitar 1 Km dari TKP," kata Kamal.
Usai dievakuasi ke RSUD Yahukimo, jenazah AT dimakamkan di pemakaman umum Kilo 6, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo.
Selanjutnya, Seorang pekerja bangunan berinisial AK diserang oleh orang tak dikenal di Kampung Kumbalgupa, Distrik Sugapa, Intan Jaya.
Pelakunya diduga adalah anggota KKB Papua.
Insiden penyerangan itu terjadi pada Selasa (8/3/2022).
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri mengatakan pihak kepolisian telah mengantongi identitas para pelaku penyerangan tersebut.
"Kedua pelaku yakni NU dan AN tergabung dalam kelompok PB di Kodap VIII," kata Kapolda Papua, Rabu (9/3/2022).
Fakhiri mengatakan korban AK akibat penyerangan tersebut mengalami luka sabetan benda tajam di bagian leher belakang sepanjang 16 sentimeter.
Saat ini, kata Fakhiri, korban AK telah dievakuasi ke RSUD Nabire untuk mendapatkan perawatan secara intensif.
Fakhiri menjelaskan, pihaknya mengetahui identitas para pelaku karena saat kejadian korban tidak sendirian. Rekan korban sempat melihat kedua pelaku.
"SB yang bersama korban melakukan pengecekan rumah bansos di Kampung Kumbalagupa dan sempat bertemu dengan kedua pelaku yang membacok korban dari belakang," ujar Fakhiri.(*)