Geliat UMKM di Bekas Dolly Surabaya

Dosen Universitas Negeri Surabaya: Perlu Pelatihan Ekonomi Kreatif Berkelanjutan di Eks Dolly

Puluhan UMKM yang aktif beroperasi di lokasi tersebut. Saat saya menyusuri kawasan ini, orang akan banyak menjumpai berbagai macam produk UMKM buatan

Editor: Adrianus Adhi
SURYA/Arifin Zainal
Rosa PRAFITRI JUNIARTI SE MSM, Dosen PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 

Tulisan ini merupakan hasil wawancara Rosa PRAFITRI JUNIARTI SE MSM, Dosen PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

DOLLY pernah mendapat julukan sebagai kawasan ”merah” terbesar se-Asia Tenggara. Seperti yang diketahui, bahwa kawasan tersebut dikenal publik sebagai eks lokalisasi prostitusi.

Pascapenutupan pada 18 Juni 2014 silam. Kawasan yang berada di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan kini dialihkan menjadi pusat kreativitas warga setempat dengan mendirikan sejumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Sampai saat ini, terlihat puluhan UMKM yang aktif beroperasi di lokasi tersebut. Saat saya menyusuri kawasan ini, orang akan banyak menjumpai berbagai macam produk UMKM buatan warga setempat.

Mulai dari olahan makanan/minuman, kerajinan tangan, batik, minyak rambut, sandal/sepatu, sablon, udeng, dan lain sebagainya.

Beberapa bahkan telah berhasil menjadi supplier rutin kebutuhan industri di Kota Surabaya. Seperti sandal dan tas hotel yang diproduksi di bekas Wisma Barbara. Kemudian ada juga batik Jarak Arum yang tengah banjir orderan melalui aplikasi Peken Surabaya.

Hal itu tak terlepas dari peran serta dari berbagai pihak saat melakukan pendampingan. Pendampingan sendiri, harus disesuaikan pada besar atau kecilnya UMKM milik warga.

UMKM besar biasanya memiliki kemampuan dan kemauan di atas rata-rata sehingga pendampingan akan lebih mudah. Hanya perlu diberikan pengembangan yang dibutuhkan, UMKM besar sudah dapat mengeksplore diri.

Sedangkan untuk UMKM kecil, perlu pendampingan yang lebih ekstra karena adanya mental block yang menghambat perkembangan UMKM.

Pelaku UMKM perlu mendapatkan motivasi secara berkelanjutan agar warga tidak hanya puas dengan usahanya sekarang tapi mau mengembangkan UMKM-nya lebih besar lagi.

Untuk itu, warga perlu mengasah kemampuan untuk terus berinovasi agar usahanya diminati banyak kalangan.

Anak-anak muda yang paham teknologi seharusnya bisa membantu para UMKM untuk mempercepat tranformasi kearah yang lebih maju.

Kalau kualitas produk sudah baik harus dipertahankan. Pelaku UMKM harus mulai memaksimalkan promosi melalui media sosial dan platform digital jual beli.

Oleh karena itu, pelatihan ekonomi kreatif sangat diperlukan warga Dolly untuk mengembangkan produk UMKMnya supaya dapat bersaing dengan produk serupa diluar sana. Tidak hanya di tingkat lokal, namun juga tingkat nasional, bahkan internasional.

Pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas dan media harus berkolaborasi menciptakan sekaligus memasarkan produk UMKM Dolly.

Keberhasilan kolaborasi ini sangat memungkinkan membangun citra baru yang positif yakni Dolly sebagai pusat kawasan ekonomi kreatif di Surabaya. (zia)

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved