Hari Peduli Sampah Nasional

Hari Peduli Sampah Nasional, Masyarakat Peduli Lingkungan Kirim Balik Sampah Sachet ke Produsen

Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional aktivis lingkungan mengirim balik sampah plastik ke sejumlah produsen ternama.

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Rudy Hartono
tangkapan layar video
Sejumlah sampah plastik dari berbagai produsen ternama dikemas dalam kardus berusaha dikirim balik ke tempat asalnya lewat Kantor Pos, Taman Apsari, Surabaya, Senin (21/2/2022). 

SURYA.co.id|SURABAYA – Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada Senin (21/2/2022), Nol Sampah Surabaya bersama Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengirim balik sampah plastik ke sejumlah produsen ternama.

Sampah tersebut diperoleh setelah melakukan susur Sungai Avour Wonorejo, Rungkut, Minggu (20/2/2022), melibatkan 50 orang dari beberapa komunitas penduli lingkungan di Surabaya.

Mereka berasal dari Trashbag Community, Petani Tambak Truno Djoyo Wonorejo, fasilitator Lingkungan dan bank sampah, serta dari beberapa sekolah Adiwiyata di Surabaya.

Hani Ismail, ommunity Organizer, mengatakan, melalui aksi ini untuk mengingatkan bahwa produsen punya tanggung jawab terhadap kemasannya, baik perusahaan besar atau kecil.

"Mereka harus bertanggung jawab terhadap kemasannya, itu sudah tertuang dalam peraturan pemerintah bahwa perusahaan harus mengambil kemasannya atau mengubah kemasannya menjadi ramah lingkungan," ujarnya.

Dirinya mengungkapkan, untuk saat ini pihaknya mengirimkan sampah dari  sembilan perusahaan. Namun pada saat penyisiran sampah di sungai, ada 35 perusahaan mendominasi Mangrove.

Relawan memilah sampah plastik  berdasarkan produsen lalu mengemasnya dalam kotak kardus untuk dikirim ke produsen.  Ini momentum Hari Peduli Sampah Nasional, Senin (21/2/2022).
Relawan memilah sampah plastik berdasarkan produsen lalu mengemasnya dalam kotak kardus untuk dikirim ke produsen. Ini momentum Hari Peduli Sampah Nasional, Senin (21/2/2022). (tangkapan layar video)

"Kami rutin setiap tahun melakukannya. Ini sebagai evaluasi atau monitoring ketika ada laporan buat brand audit. Ada beberapa respon dari produsen. Jadi ini juga bisa sebagai mencari jalan," jelasnya.

"Kebanyakan sampah plastik dalam bentuk sachet. Karena kami tahu sampah tersebut susah didaur ulang dan bahaya sekali. Pada saat surut atau pasang masih terlihat sekali keberadaanya," lanjutnya.

Disatu sisi, kata Hani, sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun agar terurai. Serta mengancam ekosistem laut lantaran jumlahnya yang banyak.

"Sampah plastik berbahaya bagi ekosistem pesisir dan laut. Ribuan anak mangrove yang ditanam di pantai timur Surabaya mati karena terlilit sampah plastik, akibat menutupi akar mangrove," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved