Ritual Maut di Pantai Payangan Jember
Firasat Sebelum Wafat Bersama Suami, Sri Wahyuni Bersihkan Rumah dan Bermimpi Lihat Keranda Jenazah
"Kemarin ia kan bersih-bersih rumah, saya tanya mengapa bersih-bersih rumah. Ia menjawab kalau akan ada banyak tamu ke rumahnya
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, JEMBER - Kegiatan ritual kelompok Tunggal Jati Nusantara yang diadakan di Pantai Payangan, Kecamatan Ambulu Jember, Sabtu (12/2/2022) malam, menyisakan trauma bagi Painah dan Maid.
Pasutri asal Dusun Krajan Desa/Kecamatan Ajung itu juga kehilangan anak dan menantunya, yaitu Syaiful Bahri dan Sri Wahyuni Komariyah, yang terseret ombak bersama 9 orang peserta ritual lainnya di pesisir Laut Selatan itu.
Setelah mendapat kabar duka kalau anak dan menantunya meninggal dunia, Painah teringat percakapannya dengan sang menantu, Wahyuni sehari sebelumnya.
"Kemarin ia kan bersih-bersih rumah, saya tanya mengapa bersih-bersih rumah. Ia menjawab kalau akan ada banyak tamu ke rumahnya. Katanya, teman-temannya mau mengaji di rumah," tutur ar Painah kepada SURYA saat ditemui di rumahnya, Minggu (13/2/2022).
Selain itu, Sri juga bercerita kepada Painah, kalau ia bermimpi.
Dalam mimpinya, Sri mengaku melihat orang membawa keranda mayat di samping rumahnya.
"Mungkin itu jadi firasat menantu saya. Ternyata kejadiannya begini," sesal Painah.
Painah, dan suaminya, Maid tidak pernah tahu keterlibatan Syaiful dan menantunya dalam Kelompok Tunggal Jati Nusantara.
Sebab keduanya tidak pernah bercerita tentang kegiatan pengajian di kelompok tersebut.
"Ya katanya, pengajian. Kami tidak tahu apa-apa," imbuhnya.
Sehari-hari sang anak bekerja sebagai sales.
Sedang menantunya ibu rumah tangga.
Sementara anak sulung pasangan Syaiful-Sri, Siti Amelia Malik menuturkan, sebenarnya sang ibu sudah tidak mau ikut ritual itu.
"Ibu saya sedang tidak enak badan, tetapi diajak terus sama ayah, akhirnya ikut," tutur Amel.
Dalam keluarga itu, hanya anak-anak Syaiful yang mengetahui kegiatan pengajian kelompok tersebut.
Sebab sang anak kerap diajak ikut pertemuan, juga beberapa kali ritual.
"Ada pengajiannya gitu, mengajari tentang istiqamah, juga ada ritual itu. Tujuannya saya tidak tahu. Bacaannya ada syahadat, Al-Fatihah, surat-surat pendek, dan Bahasa Jawa. Saya tidak tahu bacaan Bahasa Jawanya," terang Amel.
Dari informasi yang dihimpun SURYA, lirik bacaan Bahasa Jawanya antara lain 'pingin sugih tanpa kerja, tanpa banda' atau ingin kaya tanpa kerja, tanpa modal.
Seperti diberitakan, kelompok Tunggal Jati Nusantara menggelar ritual di Pantai Payangan.
Ada 23 orang anggota kelompok yang mengikutinya, dan satu orang sopir.
Ritual itu berakhir duka, karena 11 orang meninggal dunia dan 12 orang selamat. ****