Persebaya Surabaya

Analisis Persebaya, Oryza A Wirawan : Kuncinya Mentalitas Bajul Ijo Lawan Semua Orang

Dalam 4 pertandingan terakhir, Persebaya Surabaya meraih satu kali kemenangan, satu kali imbang, dua kekalahan

Penulis: Khairul Amin | Editor: Fatkhul Alami
dok Oryza A Wirawan
Analisis Persebaya, Pengamat Persbeaya : Kuncinya Mentalitas Bajul Ijo vs Semua Orang 

Oleh : Oryza A Wirawan, Pengamat Persebaya

SURYA.co.id | SURABAYA - Dalam 4 pertandingan terakhir, Persebaya Surabaya meraih satu kali kemenangan, satu kali imbang, dua kekalahan.

Sementara Persela 4 pertandingan terakhir tidak pernah memetik poin sempurna. Mereka hanya menuai tiga kali hasil imbang dan satu kekalahan.

Persebaya saat ini di posisi keempat dengan 43 poin dan persela di zona degradasi dengan 18 poin. Di atas kertas, tak ada alasan bagi Persebaya untuk kalah. Namun ada dua yang harus diperhatikan.

Pertama, kesiapan tim. Saat melawan PSIS dan Persipura, Persebaya mengalami kondisi luar biasa, kehilangan pemain-pemain penting karena Covid. Hasil tes PCR yang digelar PT LIB membuat Persebaya hanya punya 15 pemain yang siap bertanding melawan PSIS. Sementara saat melawan Persipura, sejumlah pemain inti seperti Marukawa, Bruno, Kambuaya, dan Alwi Slamat harus absen.

Tak tampilnya pemain-pemain inti itu sangat mempengaruhi permainan Persebaya. Apalagi Marukawa adalah pencetak gol tersubur dengan 12 kali menggetarkan jala gawang lawan. Namun kalau hasil tes PCR jelang laga bersahabat dengan Persebaya, maka susah untuk menaklukkan Bajul Ijo yang sudah menemukan performa gaya permainan di bawah asuhan Aji Santoso.

Kedua, mentalitas. Hasil buruk dalam dua laga terakhir bisa saja mempengaruhi mental pemain Persebaya. Apalagi tim ini diperkuat pemain-pemain muda. Statsrawon, statistik khusus Persebaya, mencatat usia rata-rata pemain saat menghadapi Persipura adalah 20 tahun. Saya kira ini usia termuda skuat senior Persebaya di sebuah laga kompetisi resmi.

Mental pemain muda seringkali dianggap tidak stabil. Itulah kenapa Alan Hansen, pandit Inggris, sempat menyindir skuat Manchester United pada era Alex Ferguson dengan kata-kata: 'You can't WIN with the kids'

Namun masalah mental bisa diatasi jika pelatih memiliki kemampuan memotivasi. Modal untuk memotivasi anak-anak muda di Persebaya sangat besar, terutama setelah kontroversi 'dualisme hasil tes PCR' sebelum melawan Persipura.

Terlepas dari masalah regulasi dan sebagainya, perasaan dicurangi dan dikerjai pada diri pemain dalam urusan tes PCR ini membentuk mentalitas yang disukai pelatih sekaliber Ferguson dan Jurgen Klopp: 'Team Against The World atau Team Against Everybody'.

Dalam konteks Persebaya: 'Persebaya melawan semua orang'. Anggapan bahwa tim ini tengah dikeroyok membentuk mentalitas pemberani, seperti yang terjadi pada 300 serdadu Sparta yang berhadapan dengan ratusan ribu tentara Persia.

Ferguson dan Klopp berhasil menggunakan mentalitas itu untuk mendaratkan kesuksesan di klub masing-masing. Hal serupa juga akan memotivasi Persebaya.

Dari aspek taktik, mungkin Persebaya harus memperkuat lini tengah dan memberikan motivasi lebih kepada Rahmat Irianto. Level Permainan Rian di Persebaya jauh menurun dibandingkan saat berada di tim nasional. Ada baiknya Rian diistirahatkan dulu agar lebih segar.

Semoga Alwi Slamat, M. Hidayat, dan Marselino Ferdinan bisa diturunkan untuk menjaga stabilitas permainan. Memenangi pertarungan di lini tengah adalah kunci. Apalagi jika Marukawa dan Bruno bisa diturunkan, semakin kompletlah tim ini.

Namun harus diingat, Persela kini sedang berjuang dari zona degradasi. Dalam teori psikologi, mereka yang sedang terancam bisa lebih berbahaya dan memiliki motivasi kuat untuk selamat.

Terakhir, bagaimana peluang Persebaya untuk menjadi juara? Apapun bisa terjadi. Titik awal mengembalikan stabilitas performa ada pada saat melawan Persela. Kemenangan atas Persela mengembalikan Bajul Ijo di jalur perebutan trofi.

Sumber: Surya Cetak
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved