Berita Trenggalek
Kualitas Kerajinan Barongan Trenggalek Diakui di Mancanegara, Pesanan Bisa Antre Sampai Setahun
Dua kawan sekolah itu merupakan satu dari sekian perajin barongan di Trenggalek yang masih bertahan hingga kini.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Barongan merupakan sebutan yang lekat dengan kegiatan berkesenian, dan ditemukan di beberapa daerah di Jawa dengan sebutan tari barongan atau barongan saja. Tetapi jangan kaget kalau kelak kita melihat kesenian barongan itu malah dimainkan di negara lain, di Malaysia misalnya, meski kerajinan membuat kepala barongan itu dibuat di tanah air.
Kerajinan barongan itu masih bisa ditemukan di Trenggalek, tepatnya di galeri Kucur Tanjung di Desa Prambon, Kecamatan Tugu. Di sanalah sejumlah perajin tradisi mencoba tetap bertahan dengan memenuhi pesanan kepala barongan dari berbagai daerah, bahkan dari berbagai negara.
Selasa (8/2/2022) siang itu, Purnomo (36) dan Dwi Santoso (36) terlihat tidak pernah lepas dari kayu, alat tatahan, kulit kerbau, dan aneka cat. Di galeri itu, mereka sibuk membuat barongan sebagaimana kegiatannya setiap hari.
Dua kawan sekolah itu merupakan satu dari sekian perajin barongan di Trenggalek yang masih bertahan hingga kini. "Dalam sebulan, maksimal kami bisa bikin dua barongan," kata Purnomo.
Dua barongan dalam sebulan, tentu merupakan produktivitas yang rendah. Tetapi dengan kualitas pengerjaan yang detail, memang butuh waktu lama untuk membuat barongan, apapun jenisnya. Sebab proses pembuatannya dilakukan secara manual. Dari awal hingga akhir atau dari hulu sampai hilir.
Untuk membuat barongan, Purnomo dan Dwi harus bekerja sama. Mereka berbagi kerja sesuai dengan keahlian masing-masing. Dwi yang ahli dalam pahat-memahat mengerjakan proses awal hingga setengah jadi.
Sementara Purnomo bertugas pada bagian akhir. Ia bagian mengecat dan menyelesaikan barongan hingga jadi dan siap kirim. "Mayoritas barongan yang kami buat adalah pesanan," sambung Purnomo.
Pemesan barongan Purnomo tidak terbatas dari Pulau Jawa. Justru pesanan paling banyak berasal dari luar pulau. Mulai Kalimantan, Sumatera, bahkan hingga Papua. "Kami juga sering mendapat pesanan dari luar negeri. Mulai dari Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, Jepang, hingga Korea Selatan," sambung Purnomo.
Pandemi Covid-19 sempat membuat usaha kerajinan itu tersendat. Banyak pemesan yang meminta pembuatan barongan ditunda. "Waktu Covid-19 puncak-puncaknya sekitar Juli lalu, kami sempat berhenti selama sebulan. Setelah itu Alhamdulillah mulai lancar kembali," ujarnya.
Saat sebelum pandemi, lama antrean pemesanan barongan bisa mencapai 1 tahun. Soal lamanya proses pembuatan barongan, Dwi menjelaskan, butuh ketelatenan untuk membuat barongan yang sempurna.
Proses yang membutuhkan waktu paling lama adalah pemahatan. Karena itu kerajinan barongan tidak bisa dikerjakan borongan alias serentak. "Kalau santai-santai, 10 hari selesai," terang Dwi.
Soal pahat-memahat, keahlian Dwi tak perlu diragukan. Sebelum membuat barongan, ia sudah lama terjun di dunia mebel dan ukiran kayu. Untuk satu unit barongan, mereka membanderol harga antara Rp 3 juta hingga Rp 3,7 juta. Harga ditentukan dari jenis barongan dan kesulitan tingkat pembuatannya. ****