Depot Bu Rudi Kembangkan Toko Pusat Oleh-Oleh Khas Surabaya Gandeng 3600 UMKM
Toko Oleh-Oleh Bu Rudy berada di sekitar 100 meter dari Depot Bu Rudy yang sudah familiar dengan menu nasi udangnya, di kawasan Jalan Dharmahusada
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Rudy Hartono
SURYA.co.id | SURABAYA - Nama Sambal Bu Rudy sudah cukup identik dengan oleh oleh khas kota Surabaya. Begitu memasuki generasi kedua, Sambal dan Depot Bu Rudy merambah ke toko Pusat Oleh-Oleh, yang baru disoft opening, Minggu (13/12/2021).
Pandemi covid 19 telah membuat ekspansi Sambel Bu Rudi harus mundur. Namun rencana yang dikembangkan generasi kedua, anak-anak dari Lany Siswadi, nama asli Bu Rudy, inipun berhasil direalisasikan di bulan Desember 2021 ini.
"Rencana mengembangkan toko oleh-oleh ini sudah sejak 2019, dan mulai bangun 2020 sebelum pandemi, targetnya awal tahun 2021 sudah selesai dan buka, tapi begitu ada pandemi, jadi baru akhir 2021 ini," cerita Lany didampingi suaminya, Rudy Siswadi dan salah satu anaknya, Fery Siswadi.
Toko Oleh-Oleh Bu Rudy berada di sekitar 100 meter dari Depot Bu Rudy yang sudah familiar dengan menu nasi udangnya, di kawasan Jalan Dharmahusada, Gubeng. Terdiri empat lantai, namun baru terisi satu lantai di lantai 2, sementara lantai 1 atau lantai dasar, sebagai areal parkir, dan lantai 3 dan 4 disiapkan untuk produk lainnya.
"Tahun ini merupakan tahun ke-26 Sambal Bu Rudy dan Depotnya. Nah kini dengan dibantu anak-anak, saya diminta untuk menyediakan area oleh-oleh yang lebih luas, lebih bagus dan lebih nyaman," cerita Lany. Karena di Depot Bu Rudy, yang berada di kawasan Dharmahusada, area untuk jualan produk oleh-oleh sangat terbatas dan sempit.
Dengan hadirnya gedung pusat oleh-oleh Bu Rudy ini, konsumen menjadi lebih nyaman lagi untuk berbelanja. Apalagi di pusat oleh-oleh Bu Rudy ini, Lany tidak ingin maju sendiri. Dia menggandeng sekitar 3.600 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) khas Surabaya untuk memasarkan produknya.
"Dalam kondisi saat ini, kolaborasi penting. Saya tidak ingin maju sendiri, sesama warga Surabaya, saya ingin memberi manfaat dengan bisa membuat usaha lainnya ikut maju," ungkap Lany.
Pusat Oleh-Oleh Bu Rudy mulai buka tanggal 1 Desember. Rencananya akan grand launching pada 21 Desember mendatang, dengan mengundang Walikota Surabaya, Eri Cahyadi untuk hadir membuka.
"Kami sangat mendukung target pemerintah Surabaya untuk ikut memajukan UMKM. Begitu juga pemerintah pusat. Hal inilah yang membuat saya sediakan ruang untuk produk UMKM lainnya," lanjut Lany.
Saat Surya berkeliling di area toko, paling depan adalah meja kasir dan photo booth. Photo booth ini menampilkan latar belakang peta Indonesia. Kemudian kanan kiri rak meja bundar dengan bentuk piramida. Tampak dimeja berisi botol-botol khas sambel Bu Rudy.
Depan photo booth adalah area kasir. Di belakang kasir, terlihat tatanan aneka kue dan berlanjut ke belakang ke area produk camilan, dan tentunya sambal Bu Rudy.
Selain sambal, produk Bu Rudy lainnya tampak seperti udang krispi, serundeng krispi, teri kering dan lainnya. Sambal Bu Rudy sendiri ada banyak jenis, diantaranya sambal bawang, sambal terasi dan sambal hijau.

Siap ekspor
Yang terbaru, tampak ada produk sambal Bu Rudy dalam bentuk sachetan. "Ini produk sambal sachetan baru sekitar tiga bulan. Ini setelah sebelumnya banyak permintaan dari konsumen terutama orang yang pergi haji dan umroh, agar kalau sanchetan bisa habis langsung buang, tanpa harus buka tutup," ungkap Lany.
Dengan kemasan baru ini, diakui Lany, Sambal Bu Rudy siap untuk ke pasar ekspor. Sudah banyak permintaan untuk mengirimkan Sambal Bu Rudy di berbagai negara. Terutama negara-negara yang banyak Warga Negara Indonesia (WNI).
Kembali ke area oleh-oleh, ada lebih dari 7.000 jenis camilan baik yang basah maupun yang kering. Selanjutnya di ujung kanan, area minuman dingin dan area kanan, sebagai tempat untuk menampung produk UMKM jenis fashion. Tampak batik echo green, tas, sepatu, dan aneka jenis aksesoris.
Dalam kesempatan yang sama, salah satu anak Lany dan Rudy, Fery Siswadi menambahkan, kehadiran pusat oleh-oleh Bu Rudy ini merupakan upaya dari generasi kedua untuk melestarikan dan mengembangkan usaha sang ibu. "Kami melihat potensi yang besar pada produk buatan mama. Apalagi dengan melibatkan UMKM lainnya. Kami memberikan suasana baru yang up to date dengan kondisi pasar saat ini," ungkap Fery.
Selain photo booth, di toko Pusat Oleh-Oleh Bu Rudy ini, juga terdapat open kitchen. Ditempat itu, Fery berharap ibunya bisa menampilkan caranya memasak.
"Sehingga pengunjung bisa berinteraksi dengan mama dan tahu seperti apa mama saat memasak," ujar Fery.
Platform e-commerce
Kedepan, Lany dan Fery sepakat, mereka berharap pandemi bisa berakhir dan industri pariwisata kota Surabaya mengalami peningkatan. Kunjungan ke kota Surabaya kembali ramai dan industri oleh-oleh seperti yang mereka kerjakan ikut terdongkrak.
Selain membuka toko pusat oleh-oleh, Fery mengaku pihaknya telah melengkapi layanan penjualan melalui digital. Selain dengan website sendiri, produk Bu Rudy telah hadir di berbagai platform e-commerce.
"Dimana saja bisa beli dan dapatkan produk Bu Rudy. Tapi kalau mau lengkap dengan eksperience yang beda, bisa datang kesini," pungkas Fery.
Kilas balik usaha Lany diawali dari mulai menjajakan makanan dengan mobil yang menjadi etalase sekaligus depotnya. Dibantu keluarga terdekatnya, Bu Rudy mulai mengembangkan usaha kulinernya dan kemudian sanggup menyewa di daerah Dharmahusada yang menjadikan tempat tersebut sebagai pionir restoran Bu Rudy yang tersebar di berbagai tempat.
Selang beberapa tahun kemudian, dia mampu mengumpulkan modal dari hasil usaha yang telah ditekuninya, hingga kemudian rumah yang disewanya di Dharmahusada tersebut dibeli dan hingga saat ini rumah tersebut dikenal dengan Restoran Bu Rudy Dharmahusada.
Dengan berkembangnya usaha yang telah ditekuninya, Bu Rudy kemudian melebarkan sayap bisnisnya di Kupang Indah, Anjasmoro, Gresik, Pasar Atom dan Pusat Grosir Surabaya.
Khusus untuk sambal, setiap harinya memproduksi sekitar 3.000 sampai 5.000 botol dengan menggunakan bahan baku utama lombok seberat 400 kilogram.(rie/Sri Handi Lestari).