Surya Militer

Profil Dudung Abdurachman Pekerja Keras Sejak Kecil, Jual Kue Tampah, Loper Koran Hingga Jabat KSAD

Nama Dudung Abdurachman baru dikenal masyarakat luas setelah memerintahkan anggotanya menurunkan baliho Rizieq Shihab akhir tahun lalu.

Editor: Iksan Fauzi
Cover Youtube
Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman disebut berpeluang jabat KSAD gantikan Jenderal Andika Perkasa. Bahkan seorang pengamat menyebut Dudung Abdurachman berpeluang kuat duduk di kursi KSAD. 

SURYA.co.id - Nama Dudung Abdurachman baru dikenal masyarakat luas setelah memerintahkan anggotanya menurunkan baliho Rizieq Shihab akhir tahun lalu.

Tak banyak yang tahu, sosok mantan Pandam Jaya itu adalah pekerja keras sejak kecil, khususnya setelah ditinggal ayahnya.

Kala itu, Dudung masih duduk di bangku SMP. Untuk membantu ibunya memenuhi kebutuhan hidup 8 anaknya, Dudung pun menjual kue tampah hingga loper koran.

Kini, sosok Dudung akan dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu akan menggantikan Jenderal Andika Perkasa yang dipilih Jokowi menjabat Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto.

Berikut cerita masa kecil Dudung Abdurachman yang penuh dengan keprihatinan, kini bebruah manis di militer.

Baca juga: Biodata Letjen TNI Dudung Abdurachman, Dilantik Jadi KSAD Bareng Pelantikan Jenderal Andika Perkasa

Pada tahun 1981, Dudung duduk di bangku kelas 2 SMP. Di usia masih dini itu, Dudung ditinggal ayahnya yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi karena meninggal dunia.

Sepeninggal ayahnya itu, hidup Dudung pun berubah. Dia harus membantu ibunya dalam segi memenuhi ekonomi keluarga.

Berbagai pekerjaan pernah dilakukan Dudung  untuk membantu ibundanya. Semasa SMP, Dudung menjual kue tampah di perempatan Jalan Belitung di sekitar Kodam III/Siliwangi.

Dia juga pernah menjadi loper koran ketika duduk di bangku SMA Negeri 9 Bandung. Dudung melakukan pekerjaan itu di sebelum berangkat sekolah.

Sejak kecil dia sudah membulatkan tekad ingin menjadi tentara. Profesi itu selalu memanggil karena dia hidup dan tinggal di barak.

Profesi itu didambakan sebagai upaya meringankan beban ibunya untuk membiayai pendidikan delapan saudara kandungnya.

Dalam usia belia, dia sadar hidup itu juga berisi kerja keras, tekad dan upaya yang tanggap untuk mengejar mimpi.

Apa yang tampak sebagai keberhasilan saat ini, sebetulnya hasil jatuh-bangun yang lama dan dalam, yang orang lain tak pernah melihatnya.

Halaman
123
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved