Berita Trenggalek

Kisah UMKM Minuman Herbal Buatan Warga Trenggalek Laris Manis saat Pandemi Covid-19

Sejak pandemi covid-19, bisnis yang geluti warga Desa Karangsoko, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek itu makin berkembang

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Fatkhul Alami
Surabaya.Tribunnews.com/Aflahul Abidin
Usfatul Khasanah bersama produk minuman herbal instan yang ia produksi. Usaha UMKM nya berkembang dan laris selama masa pandemi Covid-19 

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Fatkhul Alami

SURYA.co.id | TRENGGALEK – Pandemi Covid-19 membuat banyak usaha, termasuk usaha mikro kecil menengah (UMKM), kelimpungan.

Tapi, lain cerita dengan usaha minuman rempah herbal instan buatan warga Usfatul Khasanah. Sejak pandemi covid-19, bisnis yang geluti warga Desa Karangsoko, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek itu makin berkembang.

Hal itu seiring dengan meningkatnya minat masyarakat untuk meminum minuman herbal peningkat imun.

“Produksi saya naik dua kali lipat lebih saat pandemi ini,” kata wanita yang akrab disapa Usfa itu, kepada Tribunmataraman.com, Kamis (28/10/2021).

Wanita 39 tahun itu memproduksi beberapa jenis minuman herbal instan, antara lain jahe merah, kunyit, kunir putih, dan temulawak.

Sejak virus corona merebak, Usfa rata-rata memproduksi sekitar 30 kilogram (kg) bahan herbal setiap hari. Jumlah itu naik lebih dari dua kali lipat dibanding sebelum corona.

Produk yang ia mereki dengan nama Zulfa itu dipasarkan tak hanya di Trenggalek. Tapi juga luar kota, luar pulau, hingga luar negeri.

“Mulai dari Magetan, Surabaya, Kalimantan, bahkan saya juga mengirim ke Hongkong dan Taiwan. Beberapa TKI (Tenaga Kerja Indonesia) memesan ke saya produk ini rutin hampir setiap bulan,” ujar dia.

Menjual produk minuman herbal instan saat pandemi bukan tanpa halangan. Ulfa sempat kaget saat harga salah satu bahan, yakni jahe merah, melonjak drastis ketika pandemi.

“Saya pernah beli di harga Rp 75 ribu per kilogram (kg). Itu beli langsung ke petani. Sebelumnya, harganya antara Rp 25-30 ribu per kg,” kisah dia.

Harga bahan yang naik sempat membuat Ulfa galau memilih untuk menaikkan harga jual agar tetap untung atau tak menaikkan harga agar pelanggan terus setia.

Dengan beberapa pertimbangan, ia memutuskan untuk mengambil opsi kedua. Harga produk minuman herbal instan jahe merahnya tak naik. Tapi untuk yang didapat pun menipis.

“Tapi tidak apa-apa. Karena pesanan banyak, meski untung tipis, tapi penjualannya lebih tinggi. Untuk produk jahe merah juga hampir tidak untung, tapi produk yang lainnya tetap untung,” sambung Ulfa.

Di pasaran, produk minuman herbal instan buatan Ulfa dibandrol dengan harga antara Rp 14 ribu hingga Rp 17 ribu per kemasan ukuran 200 gram. Harga tertinggi untuk produk minuman instan dari jahe merah.

Setelah hampir dua tahun Covid-19 menerpa, penjualan minuman herbal buatan Ulfa juga mulai melandai.

“Tapi penurunannya tak signifikan. Masih lebih tinggi dibandingkan sebelum Covid-19,” ujar dia.

Ulfa menjelaskan, kualitas bahan minuman menjadi salah satu penentu produknya laris-manis di pasaran. Tapi di luar itu, persoalan kemasan tak bisa diabaikan.

Tujuh tahun lalu, ketika memulai berjualan minuman herbal instan, Ulfa memakai bungkus plastik ala kadarnya.

“Masih lugu banget bungkusnya,” celetuk Ulfa.

Pasar produk itu pun masih berkutat di daerah Trenggalek dan sekitarnya.

Tiga tahun kemudian, ia mulai belajar soal mengemas produk yang bagus. Ia riwa-riwi ke dinas di Pemkab Trenggalek untuk belajar soal ini. Juga soal produksi hingga pemasaran.

Sejak saat itu, Ulfa memakai bungkus produk yang lebih modern. Alhasil, penjualan produknya kini merambah kota-kota besar, bahkan hingga luar negeri. Tak hanya itu, produk buatan Ulfa juga dijual di minimarket berjejaring bersama beberapa produk UMKM Trenggalek lainnya.

Dengan hasil jerih payahnya, Ulfa bersyukur produknya bisa memberi hasil yang dinilai lebih dari cukup.

“Dari berjualan ini, saya sampai bisa renovasi rumah,” celetuk Ulfa, bangga.

Ia menjelaskan, ide membuat minuman herbal instan bermula dari ketidaksengajaan. Cerita awalnya, Ulfa iseng membuat minuman herbal untuk sang suami yang menderita penyakit lambung.

Tak disangka, cita rasa minuman herbal yang ia buat saat itu cukup lumayan. Ia pun tertarik untuk memproduksi lebih banyak untuk dijual.

“Saya saat itu sampai datang ke Dinas Perdagangan Trenggalek untuk belajar. Ternyata tim dari sana sampai datang ke rumah untuk mengajari cara membuat dan pengemasannya,” kisah dia.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved