Berita Kota Batu

Relokasi PKL di Stadion Brantas Malah Gusur Pedagang Kecil, DPRD Kota Batu Sebut Tidak Manusiawi

Kini, ia menempati lokasi baru. Di tempat baru ini, kondisinya terbuka. Tidak ada langit-langit yang bisa menjadi peneduh.

Penulis: Benni Indo | Editor: Deddy Humana
surya/benni indo
Lokasi penutupan jalan di kawasan Stadion Brantas karena sedang ada pembangunan tempat relokasi pedagang Pasar Besar Kota Batu. Sejumlah pedagang kecil di sekitar lokasi harus berpindah karena lahannya beralih fungsi. 

SURYA.CO.ID, KOTA BATU - Pembangunan sekitar Stadion Brantas sebagai tempat relokasi pedagang Pasar Besar Kota Batu yang masih berlangsung saat ini, juga berdampak pada nasib para pedagang kecil. Para pedagang kecil yang ada sekitar Stadion Brantas malah tersingkir sebagai dampak pembangunan tempat relokasi itu.

Pembangunan kios dilakukan tidak hanya di lahan kosong yang biasanya dibuat parkir, namun juga memakan jalan di sisi Barat stadion. Akibatnya, jalan harus ditutup hingga masa relokasi pedagang selesai.

Indiyati, seorang pedagang kecil yang sudah berjualan selama delapan tahun di sekitar tempat relokasi harus berpindah tempat. Warungnya telah rata, berganti petak berukuran 2x2 meter yang akan menjadi kios semi permanen.

“Saya tidak tahu harus dipindah, tidak pernah ada pembicaraan di awal,” keluh Indiyati, saat ditemui di tempat baru yang tidak jauh dari warung lama, Minggu (3/10/2021).

Indiyati sudah pindah sejak Kamis (30/8/2021). Ketika pindah, ia harus mengurus sendiri barang-barang yang harus dibawa. Tidak ada kompensasi sepeserpun yang ia terima.

Justru ia harus mengeluarkan uang Rp 1 juta untuk membayar tukang yang membongkar warung. Bagi Indiyati, biaya Rp 1 juta itu cukup tinggi, namun tak ada pilihan lain demi menyelamatkan barang-barang yang bisa dibawa.

“Barang-barang mudah pecah dan asbes kan harus dipindah. Kalau saya sendiri tidak kuat. Saya bayar tukang untuk dua hari,” ujarnya.

Kini, ia menempati lokasi baru. Di tempat baru ini, kondisinya terbuka. Tidak ada langit-langit yang bisa menjadi peneduh.

Indiyati sendiri mengaku tidak mempersoalkan pemindahannya. Hanya saja ia meminta agar di lokasi yang baru ini ada fasilitas peneduh seperti terpal yang dipasang di atas warung.

“Itu yang saya harapkan. Saya khawatir kalau hujan pasti tidak ada tempat berteduh. Selain itu, saya juga harus membawa pulang barang-barang dagangan karena tidak memungkinkan disimpan di sini. Setiap hari saya bayar tukang ojek untuk mengantar barang,” paparnya.

Tidak banyak orang yang datang sekadar membeli kopi saat ini. Kata Indiyati, ia bisa menjual 7 gelas kopi seharga Rp 3000. Ia menyadari, kondisinya betul-betul belum normal.

“Jadi kemarin itu dapat Rp 21.000 sehari. Kalau pedagang nasi pecel di sebelah hanya laku tiga piring. Mungkin nanti kalau sudah ramai, yang beli juga ramai,” ujarnya.

Lusi, pedagang pecel yang juga harus pindah mengatakan hal serupa. Ia mengaku tidak mendapatkan pemberitahuan sejak awal akan ada penggusuran karena tempat relokasi berada di sekitar warungnya. “Kami tidak diberi tahu, jadi pindahannya mendadak,” paparnya.

Ketua Komisi B, DPRD Batu, Hari Danah Wahyono saat dihubungi melalui sambungan telefon mengatakan telah mengetahui informasi sejumlah pedagang yang harus pindah dari kawasan relokasi. Menurutnya, penggusuran terhadap pedagang kecil di kawasan relokasi seharusnya bisa lebih manusiawi.

“Jadi ada yang tidak benar dari dinas. Saya kira untuk memanusiakan orang kalau ingin dipindah, harus ditempatkan yang baik, jangan ditelantarkan. Memang belum ada pembicaraan, tiba-tiba main gusur saja,” ujar Hari.

Dikatakan Hari, para pedagang kecil yang berjualan di situ sudah lama berdagang di sekitar Stadion Brantas dan kantor KONI Batu. Meskipun lahan tersebut merupakan aset negara, menurut Hari, Pemkot Batu harus bisa melakukan pendekatan yang baik kepada para pedagang.

“Kalau mau dipindahkan, saya kira itu aset negara, mereka pasti mau. Tetapi ya manusiawi, tempatkan di tempat yang layak untuk berjualan. Jangan sampai menyengsarakan orang. Jangan asal main gusur tetapi tidak ditempatkan yang baik,” paparnya.

Komisi B berencana bertemu dengan Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Batu awal pekan depan. Pertemuan tersebut rencananya juga akan membahas mengenai nasib para pedagang kecil yang tergusur.

Kepala Diskoperindag, Eko Suhartono belum memberikan keterangan saat dikonfirmasi. Upaya menghubungi melalui pesan pendek dan menelepon langsung belum mendapatkan balasan hingga pukul 15.30 WIB, Minggu (3/10/2021). ****

Sumber: Surya
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved