Berita Pendidikan Surabaya

Sekolah di Surabaya Minta Evaluasi SOP terkait Asesmen Siswa Inklusi sama dengan Siswa Reguler

Asesmen nasional berbasis Komputer (ANBK)  jenjang SMA dan Madrasah Aliyah (MA), termasuk SMA Luar Biasa dilakukan serentak dalam dua hari.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Parmin
surya.co.id/sulvi sofiana
Pelaksanaan ANBK di SMA Muhammadiyah X Surabaya yang diikuti siswa inklusi, Kamis (30/9/2021). 

SURYA.co.id | SURABAYA -  Pelaksanaan asesmen nasional berbasis Komputer (ANBK)  jenjang SMA dan Madrasah Aliyah (MA), termasuk SMA Luar Biasa dilakukan serentak dalam dua hari, Rabu-Kamis (29-30/9/2021).

Seluruh peserta yang ditunjuk melalui data pokok pendidikan (dapodik) sekolah oleh pemerintah pusat harus mengikuti ujian dengan soal yang serupa.

Termasuk siswa inklusi harus menyelesaikan soal yang tingkat nalarnya sama dengan siswa reguler, termasuk siswa di SMA Muhammadiyah 10 Surabaya.

Melihat hal ini, Kepala SMA Muhammadiyah X Surabaya, Sudarusman menilai ANBK sesuai dengan konsep sekolah.

Sebab, tidak lagi tes kemampuan personal siswa, tetapi pada penilaian kualitas sekolah.

"Sayangnya, SOP-nya masih belum terlalu jelas. Karenanya tidak semua siswa bisa menguasai kompetensi dasar seperti tiga perwakilan siswa kami yang inklusi," ujar Sudarusman,  Kamis (30/9/2021).

Kompetensi dasar yang dimaksud yakni materi soal yang dikerjakan terlalu sulit bagi siswa inklusi.

Sementara untuk evaluasi siswa,  kata Sudarusman pihaknya cenderung melakukan penilaian per individu, bukan memposisikan siswa secara keseluruhan atau kelas bersama.

"Jadi bukan hanya ranah pikir saja, tetapi ranah lain juga harus mendapatkan penilaian," katanya.

Sedangkan untuk persiapan ANBK, pihaknya lebih memfokuskan pada sosialisasi untuk orang tua agar bisa mendukung persiapan siswa untuk mengikuti ujian. Tidak ada target tertentu siswa harus menyelesaikan sesuatu.

"Jadi biarkan ada variasi hasilnya dan bisa menjadi hasil murni sekolah yang beragam," imbuh dia. 

Sementara itu, Waka Humas SMAM 10 Surabaya, Suardi menjelaskan ANBK di sekolahnya diikuti 50 siswa.

Empat di antaranya merupakan siswa inklusi dengan keterbatasan tuna rungu dan slow learner, dengan satu siswa cadangan.

Meski begitu, Suardi mengaku para siswa inklusi ini cukup kondusif di kelas saat mengikuti maupun mengerjakan soal-soal.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved