3 Tantangan Besar Calon Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa atau Laksamana Yudo yang Mampu?

Menurut Pengamat militer dari ISESS, Khairul Fahmi, setidaknya ada 3 tantangan besar untuk calon Panglima TNI.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Dinas Penerangan TNI AD, KOMPAS.com/AHAMD DZULVIQOR
Jenderal Andika Perkasa dan Laksamana Yudo Margono. Dua calon kuat Panglima TNI. 

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi

SURYA.co.id - Menurut Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, setidaknya ada 3 tantangan besar untuk calon Panglima TNI.

Jenderal Andika Perkasa ataupun Laksamana Yudo Margono yang nantinya terpilih, diharapkan bisa menyelesaikan ketiga tantangan tersebut.

Seperti diketahui, Bursa Calon Panglima TNI semakin ramai diperbincangkan seiring dengan masa pensiun Marsekal Hadi Tjahjanto yang semakin dekat.

Dua calon kuat Panglima TNI saat ini adalah Jenderal Andika Perkasa sebagai pimpinan matra darat, dan Laksamana Yudo Margono dari matra laut.

Fahmi menyebut, ada beberapa tantangan besar yang harus dijalankan oleh Panglima TNI secara konsisten dan berkesinambungan.

Baca juga: Profil dan Biodata Letjen Eko Margiyono, Kuda Hitam Calon Panglima TNI Pesaing Andika dan Yudo

Berikut ketiga tantangan besar tersebut melansir dari Kompas.com dalam artikel 'Calon Panglima TNI, Siapa Sosok Terkuat Pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto?'

1. Menjadikan TNI profesional

Yang pertama adalah menjadikan TNI sebagai alat negara yang profesional dan mumpuni dalam menegakkan kedaulatan dan keamanan nasional.

Namun dengan catatan, TNI harus membatasi peran dan pelibatannya di luar agenda politik negara, apalagi dalam urusan-urusan politik sektoral bahkan elektoral.

Menurut dia, postur pertahanan satu negara dilihat setidaknya melalui tiga aspek utama, yaitu aspek kekuatan, kemampuan, dan penggunaan kekuatan.

Panglima TNI bertanggung jawab secara langsung dalam pembinaannya.

Terkait organisasi, salah satu yang penting untuk dilakukan adalah pembinaan sumber daya manusia (SDM) dan karir.

"Promosi dan mutasi sebaiknya lebih bersandar pada merit system supaya prinsip the right man on the right place dapat ditegakkan, problem penumpukan personel di level perwira tinggi benar-benar terkendali tanpa efek samping," ucapnya.

2. Modernisasi alutsista

Dikatakan Fahmi, dominasi isu modernisasi alutsista membuat isu kompetensi prajurit cenderung terabaikan.

Sehingga, pembangunan karakter, kesadaran, dan kepatuhan pada hukum serta pengembangan spesialisasi mestinya mendapat perhatian serius dan proporsional jika ingin membangun kekuatan militer yang disegani.

Pun bagus jika Panglima TNI yang baru mampu menghadirkan solusi bagi pemenuhan kebutuhan dana taktis yang selama ini sulit terakomodir dalam sistem keuangan negara.

Hal itu menyulitkan pergerakan dan pengerahan kekuatan TNI yang bersifat segera, terbatas, dan rahasia maupun yang berkaitan dengan isu kesejahteraan prajurit.

"Ini akan membantu meminimalkan peran TNI dalam banyak aktivitas yang tidak relevan dan berpotensi tak sesuai aturan perundangan," ungkap Fahmi.

3. Penanganan pandemi Covid-19

Selain itu, menurut dia, keterlibatan TNI dalam penanganan kedaruratan terutama yang menyangkut keselamatan negara memang tak terhindarkan, termasuk dalam penanganan pandemi Covid-19 Terlebih, militer memang didesain salah satunya adalah untuk penanganan keadaan darurat.

"Makanya sejak awal mereka dilibatkan. Semisal dalam pengelolaan rumah sakit darurat, evakuasi korban dan pelacakan orang berpotensi terpapar maupun penegakan disiplin protokol kesehatan," jelasnya.

Kendati demikian, pemerintah perlu diingatkan, pelibatan TNI harus tetap berada dalam konteks kedaruratan.

Pelibatan yang berlebihan justru dapat berimplikasi pada peningkatan keraguan publik atas kemampuan dan efektivitas kerja lembaga-lembaga pemerintahan.

Bahkan lebih jauh, kata Fahmi, seolah ingin menunjukkan kegagalan dan kelemahan kepemimpinan sipil dalam pengelolaan negara.

Prediksi Pengamat

Sejumlah pengamat memprediksi Kepala Staf Angkatan Laut  ( KSAL) Laksamana Yudo Margono bakal menjabat Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto.

Sementara, pesaing kuatnya, yakni Jenderal Andika Perkasa akan menempati posisi sebagai Kepala Badan Intelejen Negara (BIN). 

Jika prediksi para pengamat ini benar, maka Jenderal Andika Perkasa menempati posisi yang pernah dijabat oleh mertuanya, AH Hendropriyono. Sedangkan Yudo Margono akan diasosiasikan sebagai 'Jokowi's man' karena tanpa kehadiran tokoh lain seperti Hendropriyono terhadap Andika.

Berikut analisis dan prediksi para pengamat terkait peluang Jenderal Andika Perkasa menipis sebagai calon Panglima TNI

  • Pengamat militer ISESS

Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengungkap, dari sisi profesionalisme, setidaknya dua hal yang harus dipertimbangkan Presiden Jokowi untuk menentukan sosok yang akan menggantikan Panglima TNI saat ini, yaitu masa aktif dan kebutuhan organisasi.

Dari sisi masa aktif, Jenderal Andika Perkasa lebih singkat dibandingkan Yudo Margono.

"Andika Perkasa sekitar 1 tahun lebih sedikit. Sementara Yudo Margono memiliki masa aktif 2 tahunan lebih. Dari sisi organisasi, kata dia, masa yang singkat jelas akan mengurangi efektivitas kepemimpinan dan pengelolaan organisasi," kata Fahmi ketika dihubungi Tribunnews.com kala itu.

Secara politik, kata Fahmi, kebutuhan presiden hari ini adalah para pembantu dengan loyalitas tanpa syarat terutama untuk memuluskan agenda-agenda politik dan pemerintahan. Dari hal itu, kata Fahmi, akan terlihat tidak ada perintang dalam relasi antara Presiden Jokowi dan Yudo Margono.

Namun, kata dia, hal itu sekaligus menunjukkan bahwa Yudo Margono tidak punya penyokong yang sangat kuat untuk menggaransi dirinya.

Sementara Andika Perkasa, kata Fahmi, memiliki penyokong kuat sekaligus perintang yakni melalui sosok ayah mertuanya yaitu AM Hendropriyono.

"Dari kedua hal di atas, saya berpendapat bahwa peluang Andika akan lebih besar jika pergantian Panglima TNI dilakukan dalam waktu dekat. Penundaan akan sangat berdampak pada peluang keterpilihan Andika," kata Fahmi.

Namun demikian, kata Fahmi, ia melihat peluang Yudo Margono cenderung terus menguat seiring waktu.

Menurutnya tak ada masalah bagi Yudo pribadi dan bagi organisasi TNI jika pergantian dilakukan dalam waktu dekat ataupun menjelang masa pensiun Hadi Tjahjanto.

Ketiadaan penyokong kuat, kata dia, justru lebih membuka peluang bagi Yudo Margono untuk diasosiasikan sebagai 'Jokowi's man' tanpa hadirnya tokoh lain seperti Hendropriyono terhadap Andika.

"Jadi, mempertimbangkan pergiliran matra atau tidak, peluang Yudo Margono tampaknya makin besar," kata Fahmi.

  • Pengamat politik Untag Jakarta

Pengamat politik dari Universitas 17 Agustus 45 (Untag) Jakarta, Fernando Ersento Maraden Sitorus meyakini Laksamana Yudo Margono bakal menjadi Panglima TNI menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan purna tugas pada November 2021 ini.

Dia mengatakan, jika dipilih jadi Panglima TNI, pelantikan Yudo Margono sebagai Panglima TNI tidak satu paket dengan reshuffle kabinet.

"Karena tahapan fit and proper test di DPR belum berlangsung, kemungkinan pelantikan Panglima TNI akan dilakukan tersendiri tidak berbarengan dengan pelantikan para menteri," ujar Fernando saat dikonfirmasi, Kamis (16/9/2021).

Fernando memaparkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai orang yang taat kepada UU tentu akan tunduk pada ketentuan yang diatur dalam UU TNI.

"Berdasarkan UU TNI, kali ini matra AL berkesempatan mengisi posisi Panglima TNI. Selain itu Presiden Jokowi juga berkepentingan untuk menjaga soliditas dukungan TNI," jelasnya.

Jenderal Andika Perkasa yang sangat memahami UU, diyakini Fernando, juga akan menerima matra AL untuk mengisi posisi Panglima TNI.

Dia memprediksi Presiden Jokowi akan mempercayakan kepada Jenderal Andika untuk memimpin BIN. Sementara Budi Gunawan, yang memiliki peran penting terhadap pemerintahan Jokowi diprediksi akan memimpin Menkopolhukam menggantikan Mahfud MD.

"Saya yakin Presiden Jokowi akan taat kepada konstitusi dalam hal ini UU TNI. Selain itu Jokowi tidak ingin dianggap gagal membangun soliditas di TNI karena menganakemaskan matra AD dan menganaktirikan matra lain," tegasnya.

Direktur Rumah Politik (RoI) Indonesia ini menegaskan optimistis dirinya Yudo Margono bakal terpilih karena pemerintahan Jokowi yang menghadapi banyak tantangan sangat menginginkan dukungan yang solid dari TNI.

Apalagi Presiden Jokowi juga tentunya sudah memiliki rekam jejak Yudo Margono secara utuh sejak diajukan oleh Panglima TNI menjadi KSAL.

"Jadi Presiden Jokowi memiliki alasan yang kuat untuk memilih Yudo sebagai prajurit yang loyal terhadap pemerintah dan negara," tegasnya.

Baca berita terkait bursa calon Panglima TNI lainnya di SURYA.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved