Bonekmania
Lelang Jersey Legenda Persebaya Surabaya Mat Halil guna "Aksi Bonek untuk Rakyat" Laku Rp 130,8 Juta
Lelang jersey bersejarah salah satu legenda Persebaya, Mat Halil, terjual cukup fantastis, yaitu Rp 130.888.888.
Penulis: Khairul Amin | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Lelang jersey bersejarah salah satu legenda Persebaya, Mat Halil, terjual cukup fantastis, yaitu Rp 130.888.888.
Lelang digelar di akun Instagram Green Nord sejak Senin (2/8/2021) lalu dimenangkan oleh akun @wahyukenzo88.
Detik-detik terakhir, waktu penutupan lelang pada Kamis (5/8/2021) pukul 19.27 Wib.
Bidding sempat terjadi kejar-kejaran dengan akun @tomliwafa. Bahkan sebelumnya akun pengusaha asal Surabaya itu mendominasi sejak dua hari jelang waktu tersisa untuk bidding di angka 110 juta.
Hasil lelang nantinya akan dimanfaatkan untuk mendukung aksi kemanusiaan "Aksi Bonek Untuk Rakyat" dilaksanakan Bonek sejak pertengahan bulan Juli lalu.
Aksi ini upaya bersama-sama memerangi Covid-19 dan dampaknya.
Aksi Bonek Untuk Rakyat yang salah satunya dilakukan oleh Green Nord 27 (komunitas suporter Persebaya) meliputi tiga aktivitas.
Pembagian bahan pangan untuk masyarakat sedang isolasi mandiri dan terdampak Covid-19, droping ambulans medis 24 jam dan penyediaan refill oksigen tabung 24 jam. Semua diberikan secara gratis.
Sebelumnya, legenda Persebaya, Mat Halil menyampaikan bahwa lelang jersey koleksi kesayangannya kali ini murni dilakukan untuk membantu sesama di tengah situasi sulit seperti ini imbas pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
"Intinya ini semua karena niat tulus untuk bantu sesama, apalagi ini situasi pandemi, butuh saling bergandengan tangan," ungkap Mat Halil pada surya.co.id.
"Pengen bantu sesama saja, gak ada niat yang lain," tambahnya.
Sejarah jersey yang dilelang, merupakan jersey dari legenda Persebaya, Mat Halil, pemain yang pernah membela Persebaya selama 14 tahun musim 1999 hingga 2013.
Ini merupakan jersey ke-4 Persebaya pada era LPI, jersey away ini belum pernah digunakan pertandingan resmi karena LPI kala itu hanya berjalan setengah musim.
Menjadi sejarah karena kala itu Persebaya sedang berjuang keluar dari dualisme.