Biodata Jenderal M Jusuf Panglima TNI Era Soeharto yang Sempat Latihan Baris Sebelum Pelantikan
Jenderal M Jusuf, Panglima ABRI (TNI) era Soeharto yang sempat latihan berbaris sebelum pelantikan. Simak profil dan biodatanya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Seperti dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'Jenderal M Jusuf Latihan Baris Berbaris Selama 3 Hari Sebelum Jadi Panglima ABRI'
Meski ditugaskan di lembaga sipil, tapi karier Jusuf di militer sebelumnya cukup moncer.
Pada saat itu ia berhasil mengakhiri pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Keberhasilan Jusuf dalam memadamkan pemberontakan itu menarik perhatian Presiden Soekarno (Bung Karno) sehingga ia kemudian dipromosikan sebagai Menteri Perindustrian Ringan pada 1965, dan menjabat hingga 14 tahun kemudian.
Nasib mujur dinikmati Jusuf lewat perannya dalam mendapatkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966 dari Bung Karno yang menjadi pintu masuk bagi Soeharto untuk meniti kekuasaan.
“Jangan-jangan Pak Jusuf sudah tidak tahu aturan baris berbaris,” bisik Salim Said kepada Letjen TNI Wijono Suyono, saat ia meliput pelantikan M Jusuf di Istana Negara, Jakarta, Maret 1978.
Selama 14 tahun Jusuf berada di luar organisasi militer, telah terjadi perubahan tata baris berbaris ABRI.
Di kemudian hari, dari Atmadji Sumarkidjo, wartawan dan penulis biografi M Jusuf, Salim Said mendapat informasi sang jenderal meluangkan waktu tiga hari untuk berlatih baris berbaris di ruang tamu rumahnya, sebelum pelantikan.
“Pengawas latihan adalah Elly Jusuf, istri M Jusuf,” tulis Salim Said.
M Jusuf kabarnya terkejut ketika ditunjuk Soeharto sebagai Penglima ABRI.
“Pak Jusuf tidak pernah bermimpi apalagi membayangkan dirinya menjadi jenderal berbintang empat dan memimpin ABRI,” ujar seorang keponakannya di Makassar kepada Salim Said setelah M Jusuf wafat.
Setelah menjabat Panglima ABRI, M Jusuf cepat menjadi populer.
Meski semua kegiatan publiknya selalu atas nama Soeharto (selalu menyampaikan salam dari Soeharto kepada para prajurit yang didatangi), kunjungan dan perhatiannya, menarik perhatian masyarakat luas.
Ketika cerita buruk mengenai Soeharto dan keluarganya mulai menyebar ke masyarakat, fokus harapan berangsur tertuju kepada M Jusuf.
Akibatnya Soeharto dikabarkan mulai agak cemas.