Wawancara Eksklusif

Wagub Emil Dardak Optimistis Ekonomi Jatim Tumbuh Positif: Kuncinya Menjaga Covid-19 Melandai

Pemprov Jawa Timur optimis pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua ini bakal menunjukkan hasil positif.

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Parmin
surya.co.id/habibur rohman
DISKUSI GAYENG - Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak disambut Wakil Pemimpin Redaksi Harian Surya Triu Mulyono saat berkunjung di Kantor Harian Surya Jl Rungkut Industri III nomor 68 & 70 Surabaya, Rabu (9/6/2021). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II diyakini dapat tumbuh positif di angka 7 hingga 8 persen. Pemerintah meyakini, segala upaya pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 ini bakal terus menunjukkan hasil.

Lalu, bagaimana dengan Jawa Timur? Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan hal serupa. Pemprov Jawa Timur optimis pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua ini bakal menunjukkan hasil positif.

"Jadi, ada optimisme yang tinggi bahwa di kuartal II ini insya Allah bisa mencatatkan pertumbuhan positif," kata Emil saat berbincang dalam kunjungan ke Kantor Harian Surya Jalan Rungkut Industri III, Surabaya, Rabu (9/6/2021).

Optimisme itu lantaran beberapa hal. Emil menjelaskan berbagai macam upaya yang dilakukan. Termasuk bagaimana optimisme itu di tengah lonjakan kasus beberapa hari ini.

Selengkapnya simak wawancara eksklusif Pemimpin Redaksi TribunJatim Network/Wakil Pemimpin Redaksi Harian Surya Tri Mulyono bersama Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.

Pemerintah optimis di kuartal kedua saat pandemi, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7 persen. Lalu, bagaimana Jawa Timur?

Kita optimis. Saya sering menyampaikan bahwa kuartal 1 2020 itu Indonesia belum terlalu merasakan Covid-19. Makanya, ekonomi masih tumbuh positif di atas 2 persen. Memang sudah turun, itu menunjukkan juga betapa terpengaruhnya kita pada ekonomi global. Walaupun kita negara besar, punya banyak potensi ekonomi. Tapi kita tetap kena pertumbuhan ekonomi kita kuartalnya turun.

Tapi di sisi lain, di kuartal kedua 2020 lalu, ekonomi kita sudah merasakan dampak betul. Maka perbandingannya lebih fair lah dengan sekarang untuk melihat apakah kita sudah naik apa belum. Kuartal I kita kebandingan dengan situasi belum ada Covid-19. Tapi di kuartal II sudah apple to apple.

Kami optimis ini akan positif karena pada kenyataannya kondisi ekonomi kita dibandingkan dengan awal pandemi. Ini pun sudah ditunjang juga dengan ada studi oleh Universitas Negeri Malang, kami waktu itu lebih banyak mengevaluasi bansos.

Dan, dari evaluasi bansos itu, kita menemukan bahwa tiga bulan pertama yang paling sulit. Setelah itu, ekonomi mulai pulih. Untuk masyarakat di Jawa Timur sudah terasa lebih baik. Pertumbuhan kuartal dibeberapa sektor yang terpukul di kuartal III 2020 mencapai 7,5 persen. Jadi, ada optimisme yang tinggi bahwa di kuartal II ini Insyaallah bisa mencatatkan pertumbuhan positif.

Prediksi angkanya berapa?

Targetnya Pak Presiden 7 persen. Kita tetap berharap memenuhi target itu dengan berbagai upaya. Kalau masalah prediksi kita serahkan kepada ekonom-ekonom.

Karena Bank Indonesia pun merevisi, pertumbuhan yang tadinya 5,3 persen misalnya untuk annual diperkirakan akan terkoreksi.

Apa upaya yang dilakukan di Jawa Timur agar pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh positif?

Prasyarat dari semua upaya pemulihan ekonomi adalah menjaga kondisi Covid-19. Menjaga supaya kondisinya itu tidak melonjak. Landai. Bersyukur bisa turun.

Dan itu adalah seni menurut saya, bukan artinya dengan ngerem. Karena kalau ngerem ya sama saja bisa dicapai tapi kemudian kesejahteraan terdampak. Kesejahteraan ini masalah penghidupan. Masyarakat loh yang terpukul. Bahkan pada saat kita membatasi perhotelan, yang merasakan dampaknya itu bukan hanya hotel-hotel saja. Tapi supliernya, vendornya, kita bicara petani hortikultura, permintaannya turun. Peternak ayam, daging, permintaannya turun. Perajin camilan turun omzetnya.

Jadi, kalau orang bilang wisata itu urusan tidak penting, tersier. Tersier bagi yang mengunjungi tapi primer bagi yang hidup dari wisata. Jadi itulah sebabnya kemudian upaya kita adalah menjaga balance.

Sudah ada format yang dibuat oleh pemerintah pusat. Dulu kita punya kampung tangguh sekarang namanya PPKM mikro. Di tingkat makronya awalnya ada PPKM. Di dua sisi inilah kita melihat ada upaya simultan yang kita lakukan. Kalau ekonomi memang ingin bergerak tentu ini gak bisa terlalu direm terus. Makanya jam buka restoran mulai dibuka, tetapi harus dilandasi kondisi kurva penyebaran Covid-19 yang kondusif.

Yang mikro, dalam kondisi apapun, wajar kalau ada satu RT lebih dari 10 rumah disaat yang sama aktif kasus positif. Ya memang harus ada pembatasan dulu. Jadi, yang mikro ini gak usah khawatir PPKM Mikro mau berlanjut terus, memang itu adalah satu langkah logis.

Di tengah optimisme, kemudian di Jawa Timur ada kenaikan angka Covid-19, terutama di Bangkalan. Bagaimana Pak Wagub?

Optimis penting, apalagi seorang pemimpin harus optimis. Tapi saya juga lebih senang lagi manakala saya bisa empiris. Secara empiris kita sudah melalui beberapa masa sulit. Lebaran 2020, penghujung tahun 2020, masa kasus bahkan melonjak tiga kali lipat. Dengan kerja sama seluruh elemen kita bisa turunkan kasusnya.

Artinya, kita pernah berhasil. Dan kita harus optimis kita bisa berhasil kali ini. Jadi, masa-masa setelah Lebaran 2021 ini, memang sudah terjadi kenaikan kasus. Dari kasus aktif 1479 sekarang sudah 2.131. Dan ini tidak boleh dianggap enteng.

Oleh karena itu, pada segenap masyarakat, kita tidak nyuruh diam di rumah, tapi berhati-hatilah. Kita gak bilang orang, jangan bikin hajatan. Boleh tapi ada aturannya. Kenapa sampai ada penertiban, itu juga harus ada transparansi kepada publik.  (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved