Wawancara Eksklusif

Wagub Emil Dardak Optimistis Ekonomi Jatim Tumbuh Positif: Jangan Sumbu Pendek dan Termakan Hoax

Menurut Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto kesabaran adalah salah satu kunci keberhasilan dan kesuksesan dalam menghadapi pandemi Covid-19. 

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Parmin
surya.co.id/habibur rohman
Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak foto bersama manajemen dan jajaran redaksi Surya-Tribun Jatim Network saat berkunjung di Kantor Harian Surya Jl Rungkut Industri III nomor 68 & 70 Surabaya, Rabu (9/6/2021). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengajak masyarakat untuk bersabar. Menurutnya ini adalah salah satu kunci keberhasilan dan kesuksesan dalam menghadapi pandemi Covid-19. 

"Jangan sumbu pendek dan jangan gampang kemakan hoax, selalu kroscek kalau ada video (seputar Covid-19). Karena hoax ini bisa memancing emosi jika kita terlalu sumbu pendek," katanya saat berkunjung ke Kantor Redaksi Harian Surya dan Tibun jatim network, di Jalan Rungkut Industri III, Surabaya, Rabu (9/6/2021).

Selengkapnya simak lanjutan wawancara Eksklusif Pemimpin Redaksi Tribun Jatim Network/Wakil Pemimpin Harian Surya Tri Mulyono dengan Wagub Emil dardak berikut ini.

Baca juga: Wagub Emil Dardak Optimistis Ekonomi Jatim Tumbuh Positif: Kuncinya Menjaga Covid-19 Melandai

Anda jadi kepala daerah saat pandemi melanda, tentu ada suka dukanya. Bisa diceritakan?

Tentunya, orang Jawa selalu bilang untungnya, kita harus tetap bersyukur. Ada hikmah yang bisa dipetik juga. Bahwa saat ini lebih sadar kesehatan. Karena banyak sekali kegiatan bisa melalui vidcon, maka waktu kita lebih produktif. Bisa juga meluangkan waktu dengan keluarga. Jadi, ada hikmahnya di balik ini semua.

Apa pesan Anda kepada masyarakat, di situasi pandemi seperti sekarang?

Di situasi seperti ini gampang sekali kita tersulut emosi. Ada yang tersulut emosi karena melihat dan menganggap orang abai terhadap protokol kesehatan. Ada yang tersulut emosi karena justru merasa bahwa aturan protokol kesehatan terlalu menyulitkan.

Tentunya, di situasi seperti ini kita mudah-mudahan bisa tetap memiliki kesabaran, keteguhan, karena pada akhirnya yang menentukan keberhasilan kita melawan pandemi ini adalah kebersamaan dan kekokohan kerja sama kita.

Jangan sumbu pendek, dan jangan gampang kemakan hoax selalu kroscek kalau ada video, apa betul itu video baru atau video lama. apakah itu di lokasi A atau di lokasi lain. Karena hoax ini bisa memancing emosi jika kita terlalu sumbu pendek

Ngomong-ngomong masalah enak tidak enaknya jadi kepala daerah. Di Indonesia ini kan sudah ada 300 kepala daerah yang terjerat kasus KPK. Yang terbaru malah di Nganjuk. Mereka juga muda. Anda sebagai kepala daerah yang mewakili pemuda, kira-kira apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi lagi?

Masalahnya saya sebagai seorang yang lagi jabat, klise kalau ngomong. Karena di antara yang kena itu, gak sedikit juga yang aktif melakukan gerakan antikorupsi juga. Walaupun di antara kami, jujur, ada yang ngomong pas lagi apes. Sebenarnya gak ngambil buat dirinya. Tapi kita harus menghormati hukum. Bahwa itu perbuatan yang tidak dibenarkan secara hukum dan etika.

Ya semua kembali ke diri sendiri. Artinya, keteladanan yang diberikan juga penting bagi diri sendiri. Sebenarnya serba salah ngomong begini.

Banyak yang bicara soal gaji tidak diambil itu oke, hebat. Dan saya salut dengan mereka. Tapi saya juga menghormati mereka yang tetap ngambil gaji. Tapi menunjukkan gaya hidup yang proporsional dengan gaji itu. Karena misalnya gak ngambil gaji, tapi dia punya bisnis besar kemudian gaji itu tidak seberapa dibanding bisnisnya, orang jadi berpikir jadi pejabat hanya status saja.

Jadi, menurut saya ini dimensi yang kompleks. Tetapi mencoba untuk hidup proporsional terhadap fasilitas yang diperoleh. Artinya, seorang pejabat gak bisa hidup terlalu mewah. Itu adalah salah satu bentuk menjaga stabilitas.

Satu lagi yang penting yaitu politik. Banyak sekali yang mengatakan, dalam politik ini juga tidak lepas dari pentingnya hal-hal yang berkaitan dengan finansial. Di sinilah kita juga kadang-kadang agak pasrah juga.

Artinya terlalu ngoyo mikirin masa depan, sampai akhirnya terlalu mikirin itu, bisa jadi berisiko. Kadang saya bilang, kita selalu nata, nanti berikutnya gimana caranya. Kita lupa umur saja besok belum tentu masih hidup. Mending kita maksimalkan amanah yang kita punya hari ini.

Kalau ada skala 1-10, enaknya jadi wagub apa, di tengah tantangannya yang luar biasa ini.

Tergantung perspektif. Saya gak ngerasa hebat-hebat amat, bahwa mungkin alhamdulillah dalam keadaan yang selamat itu karena kebutuhan juga gak tinggi. Ya happy-happy aja kok. Jadi, kalau ngomong enak gak enaknya sih ya kita tentu masih ngerasa baiklah, kita syukuri bahwa apa yang dianugerahkan oleh Allah Swt sudah memberikan sesuatu yang baik.

Banyak yang menyebut Mas Emil sosok sempurna. Muda, pinter, ganteng, pintar nyanyi dan punya istri cantik dan artis. Kira-kira apa yang kurang di hidup Mas Emil, sehingga butuh terus diperjuangkan?

Percaya, setiap orang pasti ngerasa kurang. Ada misalnya, orang sudah hebat tapi belum merasa dia number one. Jadi, di dunia ini akan selalu ada yang kurang. Jadi, di situlah triknya. Termasuk saya selalu mengatakan, Mas Emil masih muda.

Tapi itu bahaya jika saya terus menanamkan di diri saya terus muda. Karena saya akan semakin tua. Kalau kelebihannya karena muda, itu gak jadi sebuah (kelebihan). Usia tidak lagi jadi faktor, dan saya lebih setuju memang usia tidak menjadi faktor. Tua pun kalau masih progresif tentu oke. Gak ada kata terlalu muda, tapi gak ada juga terlalu tua.

Siapapun yang masih punya relevansi terhadap perkembangan zaman, dia boleh dapat kesempatan.

Di banyak survei, Anda levelnya dianggap sudah waktunya ke Jakarta artinya ke level nasional. Kalau ada pertanyaan, di 2024, Anda diminta ikut kontestasi jawaban Anda bagaimana?

Jalan menuju ke sana ke kontestasi nasional itu sangat terjal. Memang gak ada yang salah bahwa ada preseden, pernah ada Wakil Gubernur maju di kontestasi nasional di Pemilu 2019. Tapi jalannya sangat terjal.

Artinya, terlalu merancang itu, apalagi sampai fokus, adalah sesuatu yang mengalihkan kita dari apa yang seharusnya menjadi tugas utama kita hari ini.

Banyak orang-orang hebat di negeri ini, hari ini, yang mungkin juga pantas berada di sana. Jadi, menurut saya berpikir ke situ adalah sesuatu yang sangat sulit bagi saya. Susah dirancang, bagi sebagian orang mungkin bisa dirancang tapi bagi saya itu sesuatu yang tidak jadi prioritas. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved