Berita Surabaya

5 Buku Tandai Setahun RS Lapangan Indrapura Surabaya Beroperasi, Pasien Non-PMI Pulang Hari Ke-10

Perayaan Satu Tahun beroperasinya Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya, Rabu (2/6/2021).

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Parmin
surya.co.id/febrianto ramadani
Perayaan Satu Tahun beroperasinya Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya ditandai dengan peluncuran lima buku, Rabu (2/6/2021). 

SURYA.co.id | SURABAYA -  Tepat setahun Rumah Sakit Lapangan Kogabwilhan II atau yang lebih dikenal sebagai Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya beroperasi setelah diresmikan Menkes, Kepala BNPB, dan Gubernur Jatim pada Juni 2020 lalu.

Mengingat masih dalam suasana pandemi Covid 19 dan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan, RSLI mengadakan Peringatan satu tahun secara sederhana dan terbatas pada Rabu (2/6/2021).

Peringatan dihadiri beberapa undangan dari Pemprov dan Dinkes Jatim, BPBD, IDI, PPNI.

RSLI didirikan untuk membantu rumah sakit menangani pasien Covid-19.

Total 7.000 lebih pasien yang ditangani dari seluruh Jawa Timur.

Penanggung Jawab RSLI, Laksamana Pertama dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara menjelaskan, selama setahun berdiri, pihaknya terus melakukan modifikasi untuk pelayanan pasien.

Bila sebelumnya pasien dirawat satu hingga dua bulan, kini pengelola RSLI sudah menemukan cara supaya pasien cukup dirawat 10 hari.

"Kami banyak lakukan modifikasi. Teman spesialis diskusi bikin aturan. Akhirnya bisa menentukan sikap. Pasien non-PMI (Pekerja Migran Indonesia) bisa pulang hari ke-10 sesuai peraturan Kemenkes," jelasnya.

Meski pernah mendapat hujatan, dr Nalendra menjelaskan, para pasien tersebut sempat tidak melakukan PCR Swab.

Para nakes mempelajari sifat virus itu, ternyata hari ke-10 dan 14 dirawat, kekuatan virus bisa lemah. 

"Ini bisa disembuhkan. Di era sekarang kita tidak takut Covid-19 lagi. Ini Keberhasilan. Ternyata outcome-nya dari varian yang ditakutkan tidak ada. Ini hadiah setahun RSLI berdiri," jelasnya.

Ia menuturkan, pihaknya sudah mengantisipasi masuknya varian baru dengan mengirimkan sampel dari PMI ke Balitbangkes dan laboratorium di Universitas Airlangga Surabaya. 

Ke depannya, ia berharap warga Indonesia dapat hidup berdampingan dengan virus.

Artinya, makin aware dan waspada dengan kesehatan.

"Kami nggak berharap herd immunity. Soalnya vaksin baru berapa persen. Kunci transmisi penyebaran adalah memutus rantai dengan prokkes, imunitas, olahraga, makan, istirahat sesuai waktunya," tegasnya

Nalendra memaparkan, RSLI memiliki kapasitas 400 tempat tidur untuk pasien.

Ia menegaskan akan selalu mencari sistem untuk memutus mata rantai.

"Kami buat sistem bagaimana yang penting anggota aman. Dan mereka bisa bekerja. Karena tenaga dan pengabdian luar biasa. Kalo nggak dirawat, dapat dari mana nanti. Alhamdulillah semua bisa," jelas dia.

Ditanya soal peningkatan pasien Covid-19 di Jawa Timur, Nalendra mengaku memang banyak.

Hanya, ia tidak berani memaparkan jumlahnya, termasuk kasus covid-19 di Kabupaten Madiun.

"Saya nggak berani bicara soal Madiun. Saya ngomong by data. Coba tanya ke teman-teman RS di Madiun.

Jadi tahu kondisi Madiun, Magetan. Karena tahu benar. Kita antisipasi sendiri," jelas dia.

Ia menegaskan bahwa RSLI tidak akan menolak pasien. Saat ini, ketersediaan kamar atau bed occupancy rate masih normal sesuai anjuran World Health Organization (WHO).

"BOR masih normal. Saat ini ada 108 pasien. OMI ada 60, warga lokal ada 48," pungkasnya.

Momentum satu tahun beroperasinya RSLKI kali ini juga tidak disia-siakan oleh para dokter, nakes, relawan pendamping.

Mereka mengabadikannya dalam bentuk peluncuran 5 buku sekaligus, yakni dua buku dari nakes dan tiga buku dari relawan.

Radian Jadid, selaku ketua pelaksana Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 RSLI mengatakan  selama setahun relawan memberikan layanan pendampingan kepada para pasien dan keluarganya.

Mereka dapat mendokumentasikannya dalam tiga buah buku.  

“Dedikasi Relawan Pendamping Keluarga Pasien Covid-19 dalam Upaya Penyembuhan dan Rehabilitasi Pasien RS Lapangan Indrapura merupakan buku pertama dengan ketebalan hampir 500 halaman.

Buku berisi tentang berbagai aktivitas dan peran yang telah dilakukan oleh relawan dalam melakukan pendamping dan menangani berbagai permasalahan non-medis," ujarnya.

"Buku kedua berjudul Support and Education Relawan Pendamping Keluarga Pasien Covid-19 RS Lapangan Indrapura dan buku ketiga berjudul Kiprah Relawan dalam Pendampingan Non-Medis Pasien Covid-19 RS Lapangan Indrapura," sambungnya.

Jadid menyatakan buku ini merupakan catatan dan dokumentasi perjalanan para relawan pendamping RSLI sepanjang satu tahun beroperasi memberikan layanan non-medis kepada para pasien covid-19. 

Banyak yang sudah dijalankan oleh mereka, yang tidak akan cukup diuraikan satu persatu dalam lembaran-lembaran kertas yang ada.

Namun setidaknya melalui buku ini bisa memberikan gambaran atas kerja kerelawanan mereka. 

“Semoga buku ini bisa dijadikan bahan referensi serta dapat memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya bagi semua pihak yang mendedikasikan dirinya dalam kerja-kerja kemanusiaan,” pungkas Jadid.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved