Liputan Khusus
Pakar Ekonomi Unair : Jangan Dahulukan Emosional saat Ada Larangan Mudik Lebaran 2021
Larangan mudik ini untuk mengendalikan penularan Virus Corona, tentunya mengaca pada kejadian di India.
News Analysis
Dr Wasiaturrahma SE MSi
Pakar Ekonomi
Universitas Airlangga Surabaya
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Larangan mudik ini untuk mengendalikan penularan Virus Corona, tentunya mengaca pada kejadian di India.
Kenapa melonjak seperti itu, karena lalai merasa bahwa corona sudah mulai turun, lalu juga ada yang sudah vaksin, lalu melakukan ritual keagamaan.
Mereka itu luar biasa euforianya, memiliki suatu kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri, lupa kalau ada virus.
Memang Lebaran ini suatu momen budaya orang Indonesia yang juga nanti bisa mengakibatkan fatal. Karena lupa, kumpul-kumpul.
Belum tentu dia dari mana, lalu pulang ke daerahnya itu membawa risiko. Istilahnya membuat klaster baru.
Sebenarnya menurut hemat saya. Justru kalau itu mengendalikan covid-19, itu malah menyelamatkan perekonomian.
Kalau kita mengumbar, atau memberikan peluang kepada masyarakat untuk mudik, kalau terjadi kasus seperti India, malah semakin ambruk perekonomian kita.
Intinya, kita dalam jangka pendek berpikiran untuk jangka panjang, dalam jangka pendek mengendalikan dulu. Tapi efek positifnya jangka panjang.
Jadi perekonomian itu akan pulih saat pandemi berakhir.
Berakhir yang dimaksud bukan langsung habis, tapi sudah mulai melandai turun kurva jumlah kasusnya. Maka perekonomian akan menggeliat.
Sebenarnya perekonomian sudah mulai bagus. Saya kira itu tepat, kebijakan yang diberikan oleh pemerintah, mengingat tingginya kasus covid-19 setelah liburan panjang, kemarin Natal dan tahun baru.
Dari sinilah kita mengaca kejadian yang telah terjadi. Ini juga pemerintah mengupayakan agar vaksinasi bisa maksimal.
Makanya kita mengendalikan diri sementara, hanya momen lebaran cuma 12 hari. Agar jangka panjangnya kita stabil. Memilih mana? Antara mudik lebaran dan jangka panjang.
Jadi jangan emosional yang didahulukan. Kita harus berpikir cerdas dan rasional dalam pemulihan pandemi ini agar tidak sia-sia setelah vaksin, berapa banyak anggaran belanja negara yang dibuat vaksin kalau itu gagal.
Apalagi, aturan itu per zona, kemudian pariwisata masih dibuka meski dengan protokol kesehatan (prokes) ketat. Banyak perekonomian masih jalan di wilayah-wilayah itu. Tidak mandek. Tidak pengaruh sangat. Ini temporer saja.
Makanya, kebijakan itu dari kemarin dievaluasi. Kemudian dibuat per zona. Jadi orang masih bisa longgar. Karena hanya dari Jakarta ke Jatim aja yang tidak boleh pulang. Enggak akan ngaruh pada perekonomian.
Kalau semua sadar kita dukung kebijakan pemerintah dengan baik, karena dampaknya nanti maka dampaknya pada kita semua, cepat pulih ekonomi, cepat ekspansi, cepat menyerap lagi tenaga kerja yang sudah ter-PHK. (Febrianto Ramadani/Luhur Pambudi)
Dalam Empat Hari 65 Anak di Jatim Tertular Covid-19 |
![]() |
---|
Bahaya Pembelajaran Tatap Muka di Surabaya, Dokter Windhu Purnomo: Situasinya Menakutkan |
![]() |
---|
Beragam Reaksi Orangtua di Surabaya Kalau Pembelajaran Tatap Muka Batal Digelar Juli 2021 |
![]() |
---|
Pemkot Surabaya akan Evaluasi Penghuni Lama Rusunawa |
![]() |
---|
11.000 Orang Antre Masuk Rusunawa di Kota Surabaya |
![]() |
---|