Wawancara Khusus
EVP Telkom Regional 5 Pontjo Suharwono: Badai Seroja Haruskan Seminggu Ngantor di NTT
Badai siklon tropis Seroja yang menghantam kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 3 April 2021 lalu membawa dampak yang cukup besar bagi infrastruktur
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Badai siklon tropis Seroja yang menghantam kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 3 April 2021 lalu membawa dampak yang cukup besar bagi infrastruktur telekomunikasi milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom. Banyak jaringan yang mengalami kerusakan.
Hal itu membuat Executive Vice President (EVP) Telkom Regional V, Jatim Bali Nusa Tenggara, Pontjo Suharwono harus ngantor di Kupang selama satu Minggu.
Kerepotan Pontjo sebagai pemilik wilayah kerja terdampak badai Seroja itupun diungkapkan saat hadir di kantor redaksi Harian Surya, kawasan Rungkut Industri III, dan berbincang bersama Pemimpin Redaksi Harian Surya, Febi Mahendra Putra, Sabtu (8/5/2021).
"Proses recovery akibat badai Seroja itu perlu waktu sekitar satu bulan," kata Pontjo, mengawali jawaban terkait penanganan dampak badai tersebut. Dan pejabat yang bertugas di wilayah Regional 5 sejak Februari 2020 itu, mengaku harus berkantor di Kupang, NTT selama satu minggu.
"Tentunya karena dampak badai tersebut membuat saya tidak ngantor di Surabaya tapi harus ngantor di Kupang," cerita Pontjo.
Tapi karena yang terdampak ada di wilayah Adonara, Larantuka, Flores Timur dan sekitar Pulau Timor, tentunya membuat Pontjo juga keliling memantau kerusakan di daerah-daerah tersebut.
Selama satu bulan recovery, diakui Pontjo tidak langsung melakukan pembenahan pada infrastruktur telekomunikasi Telkom. Namun pihaknya lebih dulu selama dua minggu turut serta melakukan pembersihan akses ke infrastruktur yang terdampak.
"Karena daerah yang terdampak badai adalah sisi yang masih banyak pohon-pohon besar. Alat yang dibawa adalah senso (gergaji kayu), dan mobil bak terbuka untuk mengangkut kayu-kayu tersebut," ungkap Pontjo yang sudah tergabung dengan Telkom sejak tahun 1995 tersebut.
Baru setelah dua Minggu, tim teknik atau disebut Bantek (Bantuan Teknik) dari berbagai daerah datang untuk melakukan recovery jaringan.
Selengkapnya, seperti ini yang disampaikan Pontjo menjawab pertanyaan yang diberikan.
Sebulan yang lalu, NTT terdampak badai Seroja. Seperti apa kerug dampaknya bagi Telkom ?
Kami klaim asuransi sekitar Rp 16 miliar, tapi itu masih berjalan, belum selesai. Terutama kerugian material (lost material), itupun belum selesai ya. Belum dihitung lost revenue (kerugian pendapatan). Karena memang alat produksi yang kita gelar, harus dipastikan itu long life. Cara untuk bisa long life kami relakan untuk membayar asuransi. Misalnya satelit kalau rusak, dengan adanya asuransi bisa beli satelit lagi untuk terus melayani. Termasuk ke alat-alat di pinggir jalan itu.
Apa challange atau tantangan di wilayah kerja Jatim, Bali, Nusa Tenggara, terutama NTT.
Challange-nya adalah wilayahnya. Terutama di NTT. Karena tidak terkluster seperti Surabaya. Lokasinya juga berjauhan, sehingga costnya besar.
Namun yang unik di NTT maupun di Indonesia Timur, yang beda adalah mereka tidak sensitif terhadap price. Mereka lapar internet, harga Rp 300.000 - Rp 400.000 mereka mau. Tinggal kami yang harus siap.