Citizen Reporter

Ekosistem Sastra Surabaya Vs Sidoarjo, Salah Satunya Soal Tingkat Keguyupan

Pembahasannya menarik berkat perbincangan Eko Darmoko sebagai pembawa acara dan Ribut Wijoto, pegiat sastra Jawa Timur.

Editor: Musahadah
istimewa
Ribut Wijoto, pegiat sastra Jawa Timur saat memaparkan ekosistem sastra di Surabaya dan Sidoarjo. 

SURYA.CO.ID - Tribun Network menggelar virtual conference yang berjudul Cerita Sastra di Sidoarjo dalam kanal YouTube, Jumat (16/4/2021), pukul 14.00 WIB.

Pembahasannya menarik berkat perbincangan Eko Darmoko sebagai pembawa acara dan Ribut Wijoto, pegiat sastra Jawa Timur.

Pada bagian pembuka, Ribut menceritakan munculnya beberapa masalah yang selama ini menghambat perkembangan ekosistem sastra di Sidoarjo.

Pertama, jika dilihat dari ketersediaan SDM, banyak ditemukan sastrawan yang berkualitas dan berasal dari Kabupaten Sidoarjo.

Akan tetapi, tak jarang juga sastrawan-sastrawan itu justru memiliki kesibukan tersendiri di Surabaya. Entah mereka di Surabaya sebagai mahasiswa, pekerja, atau lainnya.

Kedua, infrastruktur yang tersedia di Sidoarjo dapat dibilang kalah jauh dengan infrastruktur yang ada di Surabaya.

Bagaimana tidak? Di Surabaya terdapat gedung-gedung pertunjukan seperti Balai Pemuda, Taman Budaya Jawa Timur, dan beberapa kampus yang di dalamnya terdapat UKM teater, sastra, dan semacamnya.

Namun, kondisi itu justru bertolak belakang dengan kondisi yang ada di Sidoarjo.

Berikutnya, Ribut menjelaskan beberapa perbedaan di dalam ekosistem sastra Sidoarjo dengan Surabaya yang sering ditemuinya. Itu dapat dilihat pada tingkat keguyubannya.

“Di Sidoarjo, para sastrawan dan beberapa komunitas itu sering ditemui sedang berdiskusi satu sama lain, tak memandang bulu, dan tidak terkesan mengotak-kotakkan. Sedangkan kondisi yang ada di Surabaya sastrawan senior hanya akan berdiskusi dengan sastrawan yang ada pada level yang sama, atau dengan sastrawan lain yang ada dalam satu lingkungannya saja,” paparnya.

Bagi Ribut, itu menunjukkan kehidupan sastra di Surabaya terkesan individualis.

Adanya perbedaan itu juga dimunculkan karena di Surabaya banyak masyarakat urban seperti mahasiswa dan pekerja lainnya, sedangkan di Sidoarjo keguyuban terjalin dengan baik karena budaya yang selalu dibawa oleh masyarakat Sidoarjo.

Belakangan ini, Ribut bersama Dewan Kesenian Sidoarjo mengadakan penulisan puisi yang diikuti pemuda Sidoarjo.

Tujuan diadakannya kegiatan itu untuk meningkatkan peminatan masyarakat Sidoarjo pada dunia sastra.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved