Contoh Khutbah Sholat Idul Fitri 1442 H atau Lebaran 2021: Tata Cara Sholat Id Sendiri & Berjamaah

Berikut contoh Khotbah Sholat Idul Fitri 1442 H atau Lebaran 2021, simak juga tata cara Sholat Ied sendiri.

Penulis: Abdullah Faqih | Editor: Iksan Fauzi
surabaya.tribunnews.com/kukuh kurniawan
Ilustrasi Sholat Idul Fitri 

Penulis: Abdullah Faqih | Editor: Iksan Fauzi

SURYA.co.id,- Berikut contoh Khotbah Sholat Idul Fitri 1442 H atau Lebaran 2021, simak juga tata cara Sholat Id sendiri & berjamaah

Lebaran 2021 atau Idul Fitri 1442 H tinggal menghitung hari.

Umat Islam akan merayakan hari kemenangan pada 1 Syawal 1442 H mendatang.

Adapun, ini merupakan Idul Fitri kedua di masa pandemi di Indonesia.

Beberapa wilayah di Indonesia masih dianjurkan untuk tidak menggelar sholat Idul Fitri berjamaah di lapangan ataupun masjid.

Sholat Idul Fitri 2021
Sholat Idul Fitri 2021 (SURYA.CO.ID)

Berikut SURYA.co.id merangkum tata cara Sholat Idul Fitri Sendiri maupun berjamaah beserta contoh khutbah

Tata cara Shalat Ied

1. Sebelum shalat, disunahkan untuk memperbanyak bacaan takbir, tahmid, dan tasbih.

2. Shalat dimulai dengan menyeru "as-shalatu jami'ah", tanpa azan dan iqamah.

3. Memulai dengan niat shalat Idul fitri, yang jika dilafalkan berbunyi:

Ushalli sunnata li'idil fithri rak'ataini ma'muman/imaman lillahi ta'ala

"Aku berniat shalat sunah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala."

4. Membaca takbiratul ihram (Allahu akbar) sambil mengangkat kedua tangan.

5. Membaca takbir sebanyak 7 (tujuh) kali (di luar takbiratul ihram) dan di antara tiap takbir itu dianjurkan membaca: Subhanallah walhamdu lillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar.

Membaca surat pendek

6. Membaca surah Al Fatihah, diteruskan membaca surah yang pendek dari Al Quran.

7. Rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.

8. Pada rakaat kedua sebelum membaca Al Fatihah, disunahkan takbir sebanyak 5 (lima) kali sambil mengangkat tangan, di luar takbir saat berdiri (takbir qiyam), dan di antara tiap takbir disunahkan membaca: Subhanallah walhamdu lillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar.

9. Membaca Surah al-Fatihah, diteruskan membaca surah yang pendek dari Al Quran.

10. Rukuk, sujud, dan seterusnya hingga salam.

11. Setelah salam, disunnahkan mendengarkan khotbah Idul Fitri.

Sebagai catatan, jika jemaah kurang dari empat orang atau jika dalam pelaksanaan shalat di rumah tidak ada yang berkemampuan untuk khutbah, maka shalat Idul Fitri boleh dilakukan berjemaah tanpa khotbah.

Sholat Idul Fitri sendiri

1. Berniat shalat Idul Fitri secara sendiri yang jika dilafalkan berbunyi:

Ushalli sunnata li'idil fithri rak'ataini lillahi ta'ala

"Aku berniat shalat sunah Idul Fitri dua rakaat karena Allah ta’ala."

2. Dilaksanakan dengan bacaan pelan.

3. Tata cara pelaksanaannya seperti poin di atas.

4. Tidak ada khotbah.

Tata cara Sholat Idul Fitri Berjamaah di Rumah 

1. Sholat Idul Fitri yang dilaksanakan di rumah dapat dilakukan secara berjemaah dan dapat dilakukan secara sendiri.

2. Jika sholat Idul fitri dilaksanakan secara berjemaah, maka ketentuannya sebagai berikut:

a. Jumlah jemaah yang shalat minimal 4 orang, satu orang imam dan 3 orang makmum.

b. Kaifiat shalatnya mengikuti ketentuan angka III ( Panduan Kaifiat Shalat Idul Fitri Berjamaah) dalam fatwa ini.

c. Usai sholat Id, khatib melaksanakan khutbah dengan mengikuti ketentuan angka IV dalam fatwa ini.

d. Jika jumlah jamaah kurang dari empat orang atau jika dalam pelaksanaan shalat jamaah di rumah tidak ada yang berkemampuan untuk khutbah, maka shalat idul fitri boleh dilakukan berjamaah tanpa khutbah.

Contoh Khutbah Sholat Idul Fitri

Berikut ini contoh khutbah Idul Fitri 2021 atau Lebaran 1442 Hijriah yang dikutip dari halaman resmi Buya Yahya, pendiri Pondok Pesantren Al Bahjah :

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله اكبر الله اكبر الله اكبر
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
ولله الحمد

الحمد لله رب العالمين

Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia,

Allah SWT mewajibkan kepada kita berpuasa di bulan Ramadhan agar kita sampai kepada pangkat ketakwaan yang sesungguhnya, dan takwa adalah kesuksesan seorang hamba dalam menjalin keharmonisan dengan Allah dan kepada sesama manusia.

Sungguh orang yang baik kepada Allah namun tidak baik kepada sesama bukanlah orang yang bertakwa, dan begitu sebaliknya yang baik kepada sesama manusia. Tetapi durhaka kepada Allah bukanlah orang yang bertakwa.

Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, hari untuk mewujudkan keindahan antara sesama, sebagai hari penyempurna dari apa yang kita lakukan di bulan Ramadhan.

Sebulan penuh di bulan Ramadhan kita berusaha untuk berdamai dengan Allah SWT dengan meningkatkan ketaatan kita dan mengurangi kemaksiatan serta memohon ampun kepada Allah siang dan malam, dan bulan itu telah berlalu, semoga Allah SWT menerima amal kita dan memberikan pahala yang berlipat ganda serta mengampuni dosa-dosa kita.

Hari ini adalah saatnya kita berdamai dengan sesama, merajut kembali persaudaraan yang terurai, mempererat kembali persahabatan yang sudah mulai renggang dengan bersilaturahmi, dengan harapan bersama bulan Ramadhan dan disambung dengan hari raya, kita bisa menjadi hamba yang telah sukses memperbaiki hubungan baik dengan Allah SWT dan sesama, itulah ketakwaan yang sesungguhnya.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Ada di antara kita yang pada tahun-tahun yang lalu bisa berjumpa dengan sanak kerabat dan sahabat untuk bersilaturahmi. Akan tetapi, saat ini kebiasaan baik tersebut tertunda karena adanya pandemi yang sudah pasti ada hikmah besar dibalik itu semua.

Maka dari itu kita pun tidak perlu berkecil harapan dengan tidak bisa bersilaturahmi dengan jasad kita, karena ada silaturahmi yang jauhlebih penting, yaitu silaturahmi batin

Dalam bersilaturahmi batin tersebut ada yang kita tuju dan kita cari, yaitu terjalinnya cinta kasih karena Allah SWT. Dalam menjalin cinta dan kasih, seseorang tidak harus bertemu jasad. Namun, ada banyak jalan menuju cinta bagi yang mengerti makna cinta yang sesungguhnya

Kita bisa menemukan cinta biarpun dengan jarak yang memisahkan, atau di sela-sela kesibukan kita, bahkan di tengah-tengah kekerasan dan kebejatan sebagian umat manusia yang senantiasa menanamkan kebencian.

Kita harus sadar bahwa cinta adalah di dalam hati, bukan sekadar gebyar lahir, seperti semarak hari raya dan berbagai tradisi yang lebih menonjolkan kegiatan rutin serta basa-basi sosial. Akan tetapi, bertemunya hati dalam cinta dan kasih itulah yang akan menghadirkan gebyar hari raya dengan penuh makna

Ada yang perlu dicermati, ketika cinta tidak kunjung terwujud di dalam kebersamaan, yaitu saat cinta tersembunyi di balik tabir kedengkian, kesombongan, dan kerakusan yang tak terkendalikan.

Maka, sesemarak apapun gebyar silaturahmi dzohir yang kita adakan, jika tabir-tabir tersebut tidak kita singkap dan singkirkan, sungguh sinar cinta tidak akan kunjung memancar di hati kita.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia,

Silaturahmi adalah sebuah istilah yang sering kita dengar, khususnya di saat kita memasuki hari raya ‘Idul Fitri.

Akan tetapi, istilah itu akan menjadi tidak ada artinya jika hanya dilaksanakan dengan gebyar dzohir dengan saling bertemu, bercengkerama, dan bersenda gurau semata tanpa dibarengi dengan bertemunya hati.

Silaturahmi dzohir adalah sekadar upaya dan sarana untuk sampai kepada silaturahmi batin. Yang harus benar-benar disadari bahwa silaturahmi yang sesungguhnya adalah menghadirkan makna kerinduan dan saling cinta di antara sesama manusia, yang tidak cukup hanya dengan sekadar bertemunya jasad.

Silaturahmi adalah hal yang mendekatkan antara hati dengan hati, yang saling bermusuhan menjadi orang yang saling mencintai, yang saling dendam menjadi orang yang saling merelakan. Sungguh silaturahmi yang sesungguhnya akan menumbuhkan rasa cinta di antara sesama.

Rasulullah bersabda:

“Demi Allah kalian tidak akan masuk surga kecuali sudah beriman, dan tidak akan beriman secara sesungguhnya sehingga kalian saling mencintai, maukah kalian aku beri tahu suatu hal yang jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai? Yaitu, tebarkanlah salam di antara kalian!”(HR. Muslim)

Menebarkan salam baik dengan cara saling mengunjungi atau yang lainnya adalah sarana menuju cinta. Akan tetapi, tujuan yang terpenting adalah terwujudnya rasa saling mencintai seperti yang disabdakan baginda Nabi Muhammad SAW. Saling mencintai itulah yang menghantarkan kita kepada keindahan di hadapan manusia dan keridhoan di hadapan Allah SWT.

Maka dari itu, bagi yang memahami makna silaturahmi yang sesungguhnya tidak akan merasa terhalangi silaturahminya dengan adanya pandemi karena untuk membangun cinta tidak hanya seseorang bertemu jasad dengan saling mengunjungi.

Akan tetapi, kita bisa menjalin silaturahmi dan merajut cinta dengan bermacam-macam cara, seperti mengirim hadiah, mengucapkan selamat hari raya melalui telepon dan media-media sosial yang lainnya, disertai panjatan doa kebaikan dengan penuh kekhusyu’an dan ketulusan, khususnya untuk orang-orang yang berbuat dzolim kepada kita dan semua yang bermasalah dengan kita.

Ada hal lain yang amat perlu untuk dihadirkan di dalam hati kita dalam rangka mewujudkan silaturahmi batin tersebut, yaitu kita harus pastikan bahwa kita adalah orang yang mudah untuk memaafkan kesalahan saudara kita, bisa merasakan sakit yang mereka rasakan, dan merasa senang atas kegembiraan yang mereka dapatkan.

Ini semua adalah yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW untuk mewujudkan keindahan dalam kebersamaan.

Mukmin sejati akan senantiasa mampu untuk menjalin silaturahmi dalam keadaan apa pun. Jangankan dengan adanya pandemi seperti saat ini, jika dimusuhi sekalipun, bahkan dijauhkan ke ujung dunia dia masih mampu menghadirkan cinta dan kasih sayang karena ia memahami hakikat silaturahmi. Baginya tidak ada penghalang untuk bersilaturahmi, bahkan tidak boleh ada halangan untuk bersilaturahmi biarpun jasad tidak dipertemukan, kesempatan tidak didapat, dan kedzoliman selalu dihunjamkan, seperti yang disabdakan baginda Nabi SAW:

Bukanlah menyambung silaturahmi itu adalah dengan membalas kebaikan seseorang. Akan tetapi, yang dimaksud menyambung silaturahmi itu adalah jika hubungannya diputus, maka ia memulai untuk menyambungnya.”

Begitu sebaliknya, si kotor hati yang keropos iman dalam keadaan apa pun ia akan selalu menyimpan dengki, benci, dan dendam kepada sesama, kendati kunjungan, reuni, dan beragam silaturahmi dzohir dihadirkan.

Bahkan, bisa jadi kunjungan silaturahmi tersebut akan menjadikan sebab saling menggunjing saat berpisah, yang menjadikan sebab saling bermusuhan, karena semua itu dilakukan hanya dalam rangka kegiatan rutin dan basa-basi sosial semata tanpa adanya kesadaran akan makna silaturahmi batin.

Maka dari itu, dengan keterbatasan kita untuk bisa bersilaturahmi dzohir karena adanya pandemi atau hal-hal yang lain, marilah kita hadirkan makna doa kebaikan dengan tulus kepada Allah SWT untuk orang yang kita cintai bahkan orang-orang yang membenci dan mendengki kita sekalipun.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia,

Dengan inilah kebersihan hati akan segera kita rasakan dan akan terwujud hakikat silaturahmi di antara kita. Untuk menggapai hidup dalam kebersamaan dengan penuh kasih dan cinta tanpa dengki dan dendam.

Dan di saat jasad tidak bisa saling kunjung, masih banyak hal yang bisa kita lakukan yang akan mewakili kunjungan kita. Seperti mengirim hadiah terbaik dan bantuan yang paling bermanfaat di dunia dan di akhirat untuk sanak kerabat dan saudara.

Memanjatkan doa kebaikan, menghaturkan kalimat terindah, memberi maaf yang sesungguhnya, dan meminta maaf setulus-tulusnya.

Ikuti Berita Terkait Ramadan 2021 dan Lebaran 2021 lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved