Wawancara Khusus
Cerita GM Angkasa Pura 1 Kolonel Kicky Salvachdie Tentang Kolonel Harry Setiawan, Awak Nanggala 402
Lagu Terakhir Kolonel Laut Harry Setiawan Bed Of Roses Bon Jovi, Diungkap Oleh Kolonel Laut Kicky Salvachdie
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Sejak Januari 2021 lalu, Bandara Juanda punya pemimpin baru. Ia adalah Kolonel Laut (P) Kicky Salvachdie. General Manager (GM) Angkasa Pura I ini bukan hanya pelaut tetapi juga punya keahlian menerbangkan pesawat militer TNI AL.
Selama menjadi pilot ia pernah nyaris celaka di kawasan udara Bangka Belitung ketika menerbangkan pesawat Nomad. "Saat itu tiba-tiba satu mesin mati mendadak. Saya sempat panik dan memikirkan kematian. Tapi alhamdullilah saya bisa fokus lakukan prosedur emergency hingga mendarat selamat di Bandara Tanjungpinang," kenangnya, Kamis (6/5/2021).
Pengalaman lain yang tidak bisa dilupakan adalah harus kehilangan saudara sepupu, Kolonel Laut (P) Harry Setiawan. Komandan Satuan Kapal Selam di Armada II Surabaya ini gugur dalam peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala 402 di Laut Bali.
"Beberapa hari sebelum musibah itu saya sempat main musik bersama Pak Harry. Saya main piano, beliau main gitar dan kami asyik bernyanyi," kenangnya sambil berkaca-kaca.
Saat itu Kol Harry menyanyikan lagu Bed of Roses karya Bon Jovi. "Dalam lagu itu ada lirik soal perpisahan. Saya amat sedih kalau mengenangnya. Sebenarnya kami bersama keluarga sudah mengagendakan buka bersama dengan beliau," tambah pria usia 47 tahun itu.
Selangkapnya simak wawancara Kolonel Kicky dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network/Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra di Bandara Juanda, Kamis (6/5).
Dengan usia yang relatif muda, Anda mendapat kepercayaan sebagai GM Angkasa Pura 1 Juanda. Bagaimana reaksi Anda?
Terus terang ditugaskannya saya menjadi GM Angkasa Pura adalah di luar dugaan. Saya tidak pernah membayangkan akan menjadi pimpinan di bandara sebesar Bandara Juanda. Artinya tidak saja berpikir layanan tapi juga bisnis. Militer yang mengawaki bandara. Saya pelaut yang penerbang.
Artinya, latar belakang pelaut tapi punya keahlian penerbang. Bisa di diceritakan kembali sehingga menjadi GM ini?
Ini sebenarnya lebih karena penugasan atasan. Sebagai prajurit, saya siap menjalankan perintah dan tugas Pak Kasal. Pantang menolak dan harus bisa. Meski harus switc dari pendidik di militer ke bandara.
Bisa disampaikan karier selama ini sehingga sampai pada posisi GM?
Sekali lagi, tidak pernah berpikir saya ada di sini. Terakhir posisi saya adalah Komandan Pusdik Kodiklatal. Artinya mendidik tentara. Saya pernak menjadi Direktur Perencanaan dan Pengembangan Puspenerbal. Jiwa dan pemikiran saya militer. Tapi saya harus bisa.

Jadi pangen tahu detail karir Anda sehingga menjadi perwira menengah seperti saat ini?
Saya besar di lingkungan keluarga tentara TNI AU. Besar di Depok dan SMA di Cibinong. Meski ibu saya ingin saya jadi sarjana komputer, tapi saya memilih mendaftar AAL (dulu Akabri) pada 1992. Diterima. Hasil tes psikologi ditempatkan sebagai pelaut. Saya pun menjalani pendidikan di Bumi Moro Surabaya. Tiga tahun berikutnya atau 1995, saya lulus dari Taruna AAL.