Hikmah Ramadan 2021

Ketua Komisi Dakwah & Pemberdayaan Masyarakat MUI Jatim Dr KH Reza Ahmad Zahid Lc: Puasa Zakat Diri

Kisah para nabi tentang tradisi dan ritual puasa mengisyaratkan banyak hikmah diantaranya adalah hikmah keselataman bagi diri orang yang berpuasa.

Editor: Parmin
Foto:mui jatim
Dr. KH. Reza Ahmad Zahid, Lc. MA, Ketua Komisi Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat MUI Provinsi Jawa Timur. 

SERINGKALI kita mendengar bahwasannya kita berpuasa ini sama halnya dengan para umat-umat sebelum kita yang juga diwajibkan puasa.

Diwajibkan puasa atas kita semuanya itu sesuai dengan arti QS Al Baqarah ayat 133, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian
bertakwa.” [Al-Baqarah/2: 183].

Dalam masalah ini, para ulama para mufassirin memiliki beberapa pendapat, yang pertama ayat tersebut mengatakan bahwa kita sama dengan orang-orang sebelum kita yaitu min haitsu shiyamihim. Dilihat dari sisi puasanya karena memang sama-sama berpuasa.

Kemudian satu tinjauan lain, al-mufassirin mengatakan yang dimaksud dengan sama adalah umatnya. Dimana para umat zaman dahulu itu pun juga diwajibkan kepada mereka untuk berpuasa.

Menurut sejarah, semua nabi itu memiliki ritual berpuasa mulai dari zaman Nabi Adam ‘alaihissalam sampai Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam.

Nabi Adam ‘alaihissalam ketika turun dari surga kemudian ada di bumi melakukan puasa karena biasanya di surga sejuk biasanya di surga itu anginnya semilir ketika sampai di bumi terkena sinar matahari maka kulitnya menghitam.

Kemudian datanglah Malaikat Jibril ‘alaihissalam yang berkata, “wahai Adam jika kamu ingin merawat diri sendiri, cukup kamu berpuasa tiga hari setiap bulan”.

Karena puasa itu akhirnya Nabi Adam ‘alaihissalam kulitnya memutih dan semakin bening. Oleh karena itu, puasa tanggal 13, 14, dan 15 hijriyah ini kemudian dinamakan dengan ayyaamul biidl yaitu hari-hari putih karena memang sejarahnya Nabi Adam ‘alaihissalam membersihkan diri dengan puasa tersebut.

Dan hingga akhir hayatnya, Nabi Adam ‘alaihissalam melakukan puasa di tanggal-tanggal tersebut di setiap bulannya.

Selain itu, Nabi Adam ketika akan bertemu dengan Siti Hawa ‘alaihassalam tepatnya pada tanggal 10 Muharram pun juga berpuasa yang kemudian di pertemukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan kekasihnya yang telah lama berpisah yaitu Siti Hawa ‘alaihassalam di Jabal Rahmah.

Tapi pertemuan Nabi Adam ‘alaihissalam dengan Siti Hawa ‘alaihassalam bukan pertemuan biasa yang tanpa ada tirakat.

Nabi Adam ‘alaihissalam berpuasa terlebih dahulu untuk menemukan cinta sejatinya. Maka kita dapat mengambil i’tibar dari apa yang dilakukan Nabi Adam ‘alaihissalam, sepatutnya kita melakukan tirakat dalam rangka untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.

Nabi Nuh ‘alaihissalam dalam rangka untuk menyelamatkan dirinya dan umatnya yang ikut di perahunya selama berbulan-bulan semuanya diwajibkan untuk berpuasa.

Tidak hanya sekadar berpuasa menahan nafsu makan minum, namun juga menahan syahwat.

Bahkan menurut Imam Ibnu Katsir, puasa nabi Nuh ‘alaihissalam dilakukan selama satu tahun penuh kecuali dua hari raya.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved