Berita Tulungagung

Setahun Terdampak Pandemi, Kini Industri Alat Dapur di Kaliwungu Tulungagung Mulai Bangkit

Usaha pembuatan peralatan dapur di Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, kembali menggeliat.

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/David Yohanes
Wiwit Sugiarto (50) salah satu perajin alat dapur di Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. 

“Saya tidak pernah menjual langsung lewat online atau apa, lebih memilih lewat para pedagang itu. Karena ini bagi-bagi rezeki, lebih banyak yang mendapat keuntungan,” tuturnya.

Saat ini kapasitas produksi Wiwit rata-rata 9.000 lusin per bulan.

Produk terbanyak adalah ceplok buah atau pengerok kelapa muda.

Hasil produksi rumahan Wiwit dijual hingga ke Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan.

“Jadi ada pedagangnya sendiri-sendiri. Misalnya yang ke Sumatera, lewatnya pedagang dari Jawa Tengah,” tutur Wiwit.

Wiwit merinci, dalam satu hari bisa memproduksi 100 lusin per produk.

Sementara setiap hari ada 3 produk, sehingga total ada 300 lusin.

Sehingga dalam satu bulan ada 9000 lusin produk, di luar modifikasi panci.

Wiwit mematok harga jual Rp 13.000 per lusin, sehingga nilai produksinya sebesar Rp 117 juta.

“Jumlah itu tentu nilai kotornya. Karena masih dipotong ongkos pekerja, beli bahan dan lain-lain,”katanya.

Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut menjadi sentra industri rumahan aneka alat dapur.

Usaha ini sudah dimulai turun temurun dari generasi sebelumnya.

Para pengusaha ini mengandalkan alat pond, baik manual maupun digerakkan listrik.

Namun hal berbeda dialami Bambang Dwijono, pembuat spatula dan anake perabot lain.

Menurutnya, selama pandemi 2020 usahanya masih berjalan meski ada pengurangan produksi.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved