Berita Surabaya
Mami Vera Ceritakan Kisah Jatuh Bangunnya Mengurus Anak-anak yang Terjangkit HIV/AIDS di Surabaya
Lilik Sulistyowati menghabiskan sepanjang hidupnya menjadi aktivis HIV/AIDS. Pengabdian itu dilakukan sejak tahun 1994 hingga kini.
Penulis: Firman Rachmanudin | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Lilik Sulistyowati menghabiskan sepanjang hidupnya menjadi aktivis HIV/AIDS. Pengabdian itu dilakukan sejak tahun 1994 hingga kini.
Perempuan yang juga akrab disapa Mami Vera itu kini menginjak usia senja.
Namun, semangat mengabdi untuk mengurus anak-anak yang terjangkit HIV/AIDS nampaknya tak pernah padam.
Di sebuah rumah kontrakan berukuran 6×15 meter di Jalan Dukuh Kupang Timur XI/41 Surabaya itu, ia bertahan hidup bersama lima anak penyandang HIV/AIDS berikut penyakit lainnya.
"Beberapa ada yang sakit katarak, kemudian virus itu menyerang imun pada bagian mata dan kepala anak-anak ini," kata Lilik, Jumat (23/4/2021).
Kepada SURYA.CO.ID, Lilik bercerita bagaimana jatuh bangunnya mengurus Yayasan Abdi Asih yang kini menginjak usia ke 27 tahun.
"Paradigma sosial masyarakat cenderung mendiskriminasikan korban HIV/AIDS. Bahkan, jika meninggal dunia saja pemakamannya harus dibedakan, ini yang saya prihatin," katanya.
Bukan hanya itu, lingkungan sosial di tempat saat ini yayasan itu berdiri juga masih melakukan diskriminasi-diskriminasi.
"Awalnya kami ngontrak rumah di belakang. Sudah dibayarkan uangnya dikembalikan karena tahu jika yayasan ini untuk anak-anak HIV/AIDS. Mereka belum bisa sepenuhnya diterima masyarakat," imbuhnya.
Anak-anak yang berjejaring dengan Yayasan Abdi Asih memiliki jumlah ratusan.
Namun, saat ini yang tinggal di dalam Yayasan tersebut hanya berjumlah lima anak.
"Orang tuanya meninggal semua karena AIDS. Mereka juga positif AIDS. Mereka datang dari Blitar, Gresik hingga Papua. Kebanyakan tidak ada yang mau menerima anak-anak ini," terangnya.
Lilik berharap kepedulian pemerintah dan dermawan untuk dapat menghidupi anak-anak yatim piatu penyandang HIV/AIDS tersebut.
Melihat hal itu, dua pengusaha muda asal Surabaya, Grady Letik dan William Kevin berinisitaif mengunjungi yayasan tersebut.
Dua pengusaha itu memang konsen terhadap isu HIV/AIDS seperti produk liquid vape yang baru saja diproduksi oleh perusahaan mereka, Spiltz.