Berita Surabaya

Jelang Ramadan, Aktivitas Jual Beli di Pasar Tradisional Surabaya Masih Lesu

Delapan hari menjelang Ramadhan 2021, aktivitas jual beli di Pasar Tradisional Surabaya terpantau masih lesu.

Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Fikri Firmansyah
Bu Eko (65) pedagang penjual daging sapi di Pasar Pucang Anom Surabaya, nampak menawarkan dagangannya kepada pengunjung pasar yang lewat, Senin (5/4/2021). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Delapan hari menjelang bulan suci Ramadan 2021, aktivitas jual beli di Pasar Tradisional Surabaya terpantau masih lesu.

Hal tersebut diduga akibat naiknya sejumlah harga pangan, hingga semakin memperburuk krisis keuangan dan permasalahan yang sudah ada akibat hantaman pandemi Covid-19 selama setahun di Indonesia.

Satu di antara pedagang penjual bahan pokok (Pokok) di Pasar Wonokromo, Eko (28) mengatakan, dirinya sangat menyayangkan tidak terkendalinya maupun fluktuatifnya harga-harga pangan yang terjadi, terlebih jika terjadi saat menjelang momen Ramadan 2021.

"Seharusnya kehadiran bulan puasa ini bisa menjadi angin segar bagi kami sebagai pedagang pasar. Tapi, faktanya di lapangan sekarang ini kami pedagang di Pasar Wonokromo masih sepi pembeli," ujar Eko kepada SURYA.CO.ID, Senin (5/4/2021).

Sementara itu, Umi (50) penjual daging ayam mengatakan, dirinya kini hanya bisa pasrah dan sabar.

"Serba salah mas, pas kondisi stabil aja selama ada pandemi Covid-19 dagangan saya saja sepi pembeli, apalagi saat harga daging ayam naik begini, malah drastis. Padahal bulan Ramadan sebelum ada pandemi merupakan momen terbaik meraih untung banyak, tapi nyatanya ya sekarang gak bisa, sulit. Jadi ya harus sabar aja," terang Umi.

Hal serupa juga dikatakan oleh, Bu Eko Sulasmorno (65) pedagang penjual daging sapi di Pasar Pucang Anom Surabaya.

Ditemui SURYA.CO.ID, wanita paruh baya itu tak ada lelahnya bersuara menawarkan daging sapi yang ia jual kepada pengunjung pasar yang lewat didepannya.

Bu Eko mengatakan, kondisi sekarang benar-benar membuatnya terpuruk.

Naiknya harga sapi yang ia beli dari distributor pun kian memperkeruh kondisi ekonominya ditahun kedua pandemi.

"Jelang puasa ini saya serba salah mas, kulakaan daging sapi di distributor harganya naik, ketika mau saya jual ke konsumen kalau saya ikut naikkan takutnya gak laku. Hari ini aja saya masih sepi pembeli mas, padahal mulai pagi tadi jam 8 saya sudah buka jualan, tapi belum laku sama sekali," terangnya.

Sepinya pembeli, membuat Bu Eko hanya berjualan sampai pukul 13.00 saja akhir-akhir ini.

Berbeda saat menjelang datangnya Ramadan saat sebelum pandemi.

"Dulu sebelum ada virus Corona, kalo pas mendekati Ramadan, dagangan selalu laris mas. Saya juga jualan dari pagi hingga setengah 5 sore. Tapi sekarang udah tidak, cuma sampai jam 1 siang," curhat Bu Eko.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved