Liputan Khusus
Melihat Polisi Muslim Puasa Sunnah dan Salat Diawal Waktu, Mantan Komandan JI Asia Tenggara Tobat
Kini, ia aktif sebagai konsultan Senior di Lembaga Riset Division for Applied Social Psychology Research (DASPR)
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Nasir Abbas bukan orang baru dalam fenomena gerakan kelompok teror mengatasnamakan agama di Indonesia.
Sejak usianya 16 tahun, ia sudah berkenalan dengan Abu Bakar Ba'asyir dan Abdullah Sungkar dalam majelis di sebuah masjid di Malaysia, jauh sebelum Jamaah Islamiyah (JI) dibentuk.
Ia tercatat sebagai satu di antara pimpinan yang pernah didapuk menjadi Ketua JI Wilayah Mantiqi ke-III Asia Tenggara.
Enam tahun ditempa dalam Akademi Militer Afganistan, jabatan itu dipegang pemilik nama samaran Chaerudin ini tatkala masih memegang komando pasukan JI di Asia Tenggara.
Abbas juga melatih ratusan kader simpatisan JI yang berasal dari negara-negara Asia Tenggara, bahkan Timur Tengah; Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kashmir, Pakistan, dan Yaman, dengan kemampuan militer, di camp militer yang dibangunnya di Filipina.
Sebut saja insiden teror yang terjadi di beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, yang teridentifikasi anggota JI sebagai pelakunya.
Mungkin itu salah satu murid Abbas, tatkala masih mengajar di akademi militer JI.
Di banyak kesempatan berbicara, Abbas selalu berujar, seandainya ia tak dicokok oleh anak buah Jenderal Polisi Da'i Bachtiar, Kepala Polisi RI (Kapolri) di tahun 2003, silam.
Entah sampai kapan dirinya terus dalam belenggu kelompok yang bakal selalu menjebaknya dalam kesempitan berfikir, dan rasa lelah lari dari kejaran aparat kemananan di seluruh negara.
Kisah kebesaran Abbas sebagai pimpinan kelompok JI itu berhenti saat dirinya dicokok dalam sebuah penyergapan di sebuah tempat persembunyian di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (18/4/2003) silam.
Enam orang anggota polisi dari unit khusus penanggulangan terorisme Mabes Polri, yang saat itu dikomandoi Saud Usman Nasution, Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT-RI), kini Purnawirawan berpangkat Komisaris Jenderal Polisi itu, menyergapnya di rumah tersebut.
Rencana Abbas untuk kabur dari penyergapan sore hari itu ternyata menemui jalan buntu.
Belasan anggota polisi berseragam ataupun tidak, mengepung kawasan permukiman tempat ia sembunyi.
"Diam jangan bergerak," ujar Abbas seraya menirukan pekikan suara parau nan lantang dari mulut petugas polisi yang mungkin berhari-hari tak tidur untuk mengintai dirinya, kala itu.
Dalam Empat Hari 65 Anak di Jatim Tertular Covid-19 |
![]() |
---|
Bahaya Pembelajaran Tatap Muka di Surabaya, Dokter Windhu Purnomo: Situasinya Menakutkan |
![]() |
---|
Beragam Reaksi Orangtua di Surabaya Kalau Pembelajaran Tatap Muka Batal Digelar Juli 2021 |
![]() |
---|
Pemkot Surabaya akan Evaluasi Penghuni Lama Rusunawa |
![]() |
---|
11.000 Orang Antre Masuk Rusunawa di Kota Surabaya |
![]() |
---|