Techno
6 Fakta Penting Kebijakan Baru WhatsApp yang Berlaku 15 Mei 2021, Pengguna Tidak Bisa Menolak
Berikut 6 fakta penting tentang kebijakan baru WhatsApp yang berlaku mulai 15 Mei 2021. Pengguna tak bisa menolak.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Berikut 6 fakta penting tentang kebijakan baru WhatsApp yang berlaku mulai 15 Mei 2021.
Pengguna WhatsApp tidak bisa menolak kebijakan baru tersebut, karena pengguna tak bisa kirim pesan jika tidak menyetujuinya.
Diketahui sebelumnya, WhatsApp sempat jadi perbincangan karena rencana pembaruan kebijakan WhatsApp bisnis menuai kontroversi.
Baca juga: Muncul Notifikasi Whatsapp, Jika Tak Disetujui Pengguna Terancam Diblokir WA Pada 15 Mei 2021
Baca juga: Info Terbaru WhatsApp Semakin Tegas Terapkan Kebijakan Baru, Begini Nasib Pengguna yang Menolak
Pihak WhatsApp lantas menunda pembaruan hingga 15 Mei 2021.
Berikut 6 fakta penting tentang kebijakan baru WhatsApp yang perlu diketahui pengguna, dilansir dari Kompas.com dalam artikel '6 Poin soal Kebijakan Baru WhatsApp, Berlaku 15 Mei 2021'
1. Pesan enkripsi tidak dibaca pihak ketiga
Pihak WhatsApp tidak bisa membaca atau mendengarkan percakapan pribadi, selama terenkripsi secara end-to-end.
Enkripsi end-to-end adalah metode komunikasi yang mencegah pihak ketiga mengakses data saat ditransfer dari satu sistem, atau perangkat ke perangkat lainnya.
Berdasarkan kunci pembaruan di laman resmi WhatsApp, pihaknya berusaha membuat informasi soal syarat dan kebijakan privasi yang lebih mudah dipahami.
WhatsApp menjelaskan, pihaknya tidak menyimpan pesan setelah terkirim.
Jika dienkripsi secara menyeluruh, maka WhatsApp dan pihak ketiga tidak dapat membacanya.
2. Opsi WhatsApp bisnis
WhatsApp mengklaim, membuat pesan bisnis lebih mudah, termasuk memberikan pertanyaan dan jawaban secara cepat.
Adapun percakapan melalui akun bisnis bersifat opsional.
Pembaruan kebijakan privasi ini hanya berlaku untuk akun WhatsApp Business.
Untuk akun WhatsApp pribadi, kebijakan privasinya tetap sama sehingga perubahan ke akun bisnis bersifat opsional.
3. Tanggung jawab WhatsApp soal penjelasan
WhatsApp mengaku bertanggung jawab atas perubahan yang terjadi, dengan memberitahukan ini kepada penggunanya.
Sementara itu, pada halaman kedua, WhatsApp menegaskan tidak mengubah privasi dari percakapan personal.
4. Akun bisnis terkoneksi dengan Facebook
Kebijakan privasi baru akan membantu Facebook mendapatkan data WhatsApp Business dan akan memberikan akses ke obrolan bisnis, untuk membantu pengguna WhatsApp Bisnis memonetisasi layanannya dengan lebih baik.
WhatsApp bergabung dengan Facebook pada 2014.
Pihak WhatsApp mengaku memerangi spam di seluruh aplikasi, membuat saran produk, dengan menampilkan penawaran dan iklan yang relevan di Facebook.
Perlu ditekankan, tidak ada yang pesan, foto, dan informasi akun WhatsApp, yang akan dibagikan ke Facebook.
5. Informasi cara kerja WhatsApp
Dalam pembaruan ini, WhatsApp melakukan penambahan soal informasi cara kerja aplikasi.
Pembaruan ini termasuk bagaimana data diproses dan menjaga data pengguna tetap aman.
6. Contoh spesifik kerja sama dengan Facebook
WhatsApp akan memberi contoh spesifik untuk menggambarkan kerja sama dengan pihak Facebook, terutama soal penawaran produk dan jasa.
WhatsApp mencoba memperbarui akun bisnis melalui informasi pemesanan, transaksi, dan janji temu, pemberitahuan pengantaran dan pengiriman, pembaruan produk dan layanan, serta pemasaran.
Misalnya, pengguna mungkin menerima informasi status penerbangan untuk perjalanan yang akan datang, tanda terima untuk sesuatu yang sudah beli, atau pemberitahuan saat pengiriman akan dilakukan.
Pengguna juga mungkin akan menerima pesan berisi konten pemasaran.
Melalui kunci pembaruan di laman WhatsApp, pihaknya dalam upaya menghindari spam, maka pengguna diberi pilihan untuk dapat mengelola model komunikasi ini.
Pengguna tak bisa menolak
Sementara itu, WhatsApp juga semakin tegas menerapkan kebijakan barunya.
Bahkan bagi pengguna yang menolak kebijakan baru WhatsApp tersebut, akan kehilangan sejumlah fasilitas.
Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Pengguna WhatsApp Tidak Bisa Baca dan Balas Pesan jika Tolak Kebijakan Baru'
Dalam laman FAQ, WhatsApp mengatakan, tidak akan menghapus akun pengguna yang tidak menyetujui kebijakan barunya.
Hanya saja, beberapa fungsi tidak akan bisa digunakan.
WhatsApp mengatakan, pengguna masih akan dapat menerima panggilan dan notifikasi.
Namun, pengguna tidak akan bisa mengirim dan membaca pesan yang diterima.
WhatsApp tidak mejelaskan lebih detail, berapa lama pengguna akan mendapati pesan tersebut, sebelum akhirnya tidak bisa lagi menggunakan WhatsApp.
WhatsApp akan terus mengirimkan pemberitahuan, sehingga pengguna bisa meninjau dan menerimanya.
Pengguna yang tidak menyetujui kebijakan baru akan dipertimbangkan sebagai pengguna tidak aktif.
Jika melihat laman FAQ, akun WhatsApp yang tidak aktif selama 120 hari akan dihapus, sebagaimana KompasTekno rangkum dari Gizmodo, Senin (22/2/2021)..
"Untuk menjaga keamanan, membatasi retensi data, dan melindungi privasi pengguna kami, akun WhatsApp akan dihapus setelah tidak aktif selama 120 hari.
Tidak aktif berarti pengguna belum terhubung ke WhatsApp," tulis WhatsApp.
WhatsApp APAC Communications Director Sravanthi Dev mengatakan, WhatsApp ingin transparan dengan penggunanya, selain membantu meningkatkan pengalaman layanan di aplikasi percakapan mereka.
Menurut Sravanthi, pembaruan tersebut sebenarnya untuk memfasilitasi perusahaan yang menggunakan API WhatsApp, atau yang terhubung dengan layanan analitik, seperti yang dimiliki Facebook.
"Semua terserah Anda (pengguna WhatsApp), apakah ingin berinteraksi dengan bisnis (perusahaan yang menggunakan API WhatsApp) atau tidak," kata Sravanthi kepada KompasTekno pekan lalu. S
ebagai informasi, Application Programming Interface (API) adalah salah satu bisnis layanan WhatsApp untuk perusahaan-perusahaan besar.
API ini berbeda dengan akun WhatsApp Business yang lebih menyasar usaha kecil.
Pengguna API WhatsApp adalah perusahaan yang mengelola pelanggan dalam jumlah besar, seperti operator seluler, maskapai penerbangan, atau e-commerce.
Para perusahaan tersebut bisa memanfaatkan API dari WhatsApp untuk mengetahui minat dan kebutuhan pelanggan demi meningkatkan pelayanan.
Dengan demikian, data percakapan itu tak hanya diakses oleh WhatsApp, tetapi oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pengguna API tadi.
Oleh sebab itu, WhatsApp lebih dulu meminta izin kepada pengguna, jika mereka sewaktu-waktu berkomunikasi dengan akun bisnis maka data tidak lagi dilindungi enkripsi dari ujung ke ujung (end-to-end encryption) dan bisa dikelola pihak lain.
Meski demikian, WhatsApp menegaskan bahwa data percakapan itu tetap tidak bisa diintip oleh perusahaan/bisnis pengguna API WhatsApp.
Sebab, untuk menggunakan API, WhatsApp memiliki persyaratan yang ketat tentang pengelolaan data.
Sravanthi mengatakan, data yang tersimpan di server perusahaan pihak ketiga diklaim tetap aman karena perusahaan tidak bisa membaca percakapan atau file-file yang dikirim melalui WhatsApp.
"Kami memiliki persyaratan yang ketat untuk menyetujui seseorang (perusahaan) menggunakan API kami, perusahaan harus memiliki standar praktis yang tinggi," ujar Sravanthi kepada KompasTekno.(*)
