Liputan Khusus

Pengamat Transportasi ITS : Park and Ride Satu Paket dengan Angkutan Publik

Manfaatnya untuk menampung kendaraan pribadi sebelum masuk ke transportasi massal, fungsi awalnya seperti itu.

surya.co.id/febrianto ramadani
Kondisi Gedung Park And Ride Jalan Mayjend Sungkono, Kota Surabaya. 

News Analysis
Putu Rudy Setiawan Ir MSc
Pengamat Transportasi
Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan ITS

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Park and Ride sebenarnya satu paket dengan konsep pelayanan MRT atau Mass Rapid Transit.

Manfaatnya untuk menampung kendaraan pribadi sebelum masuk ke transportasi massal, fungsi awalnya seperti itu.

Tapi karena sistem itu belum terbentuk, sedangkan pemerintah kota telah membangun beberapa titik, sehingga kemudian difungsikan tidak sesuai dengan tujuan awal.

Menurut saya kondisi saat ini yang terjadi seperti itu.

Ketika ada yang menggunakan Park and Ride untuk memarkirkan kendaraan pribadinya, sementara di satu sisi, pemilik kendaraan masih belum memiliki garasi, ini disebut kebijakan oportunistik.

Tindakan tersebut adalah menyiasati sumber daya yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Baca juga: Update Virus Corona di Surabaya 22 Februari 2021 Naik 51, Gubernur Khofifah Ungkap Hasil PPKM Mikro

Baca juga: Ada Pandemi Covid-19, Pengguna Fasilitas Terminal Intermoda Joyoboyo Kota Surabaya Turun

Baca juga: Mahasiswi Gresik yang Diacungi Paving saat Kendarai Mobil Masih Trauma, Pilih di Rumah Saja

Karena tidak dirancang sesuai dengan tujuan awal, maka yang terjadi adalah miss map, artinya, kalau difungsikan sebagai garasi, biasanya ada target pendapatan dari parkir itu.

Namanya Park and Ride tidak sekedar menyediakan parkir dengan murah.

Tetapi layanan yang diharapkan oleh pemerintah untuk mendapatkan pendapatan.
Jadi, modelnya tidak dibuat murah bukan hanya kepentingan setiap orang.

Kalau dipakai parkir oleh pemilik kendaraan yang tidak punya garasi, saya menilai itu Oportunistik, itu yang pertama.

Yang kedua, saya merasa ini keliru. Bagi warga yang tidak punya garasi, seharusnya diberikan disinsentif.

Kira0kira apa yang membuat dia tidak mempunyai garasi. Apakah tinggal di tempat yang keliru. Atau dia tinggal di hunian dengan kategori bukan marketnya.

Seperti menetap di rumah padat penduduk atau rumah susun.

Halaman
123
Sumber: Surya Cetak
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved