Citizen Reporter

Tips Membuat Buku dalam Klub Literasi Sekolah dengan Metode SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL)

Peningkatan mutu literasi di sekolah menjadi salah satu fokus utama SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) dengan membentuk Klub Literasi Sekolah (KLS).

Editor: irwan sy
SMPN 6 Surabaya
Ilustrasi Klub Literasi Sekolah (KLS). 

Eka Fadiyah Wati
Guru Bahasa Inggris SMPN 6 Surabaya

SURYA.co.id - Revolusi Industri 4.0 mendorong peningkatan literasi data, teknologi, dan sumber daya manusia.

Itu sejalan dengan upaya memberikan bekal dan meningkatkan mutu sekolah, khususnya siswa dan guru, dalam pengembangan literasi.

Peningkatan mutu literasi di sekolah menjadi salah satu fokus utama SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) dengan membentuk Klub Literasi Sekolah (KLS).

SEAQIL diharapkan dapat memberikan dukungan nyata terhadap program pemerintah dalam pemajuan literasi, yakni Gerakan Literasi Nasional serta penguatan literasi dalam komponen penilaian asesmen nasional.

SEAQIL telah meluncurkan KLS secara virtual, Kamis (18/2/2021) melalui channel YouTube Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Melalui program itu, Direktur Luh Anik Mayani mengungkapkan, KLS diharapkan dapat mengintegrasikan tercapainya beberapa tujuan.

Tujuan itu adalah (1) meningkatkan literasi baca-tulis/tutur siswa; (2) meningkatkan kemampuan 4C siswa yang harus dimiliki pada abad ke-21 yaitu berpikir kritis, kolaboratif, kreatif, dan komunikatif; (3) mengasah kemampuan siswa berbahasa asing; (4) mendukung kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka; serta (5) memperluas jejaring kemitraan.

Tujuan itu direalisasikan menjadi sebuah kegiatan konkret dengan produk dari aksi nyata  yang melibatkan sekolah, guru, siswa, komunitas literasi dan praktisi, media massa, serta pemangku kepentingan lainnya.

KLS akan dilaksanakan dalam satu siklus dengan durasi selama tiga bulan.

Dalam prosesnya, komitmen dari semua pihak akan menentukan keberlangsungan KLS.

Melalui program itu, sekolah akan berperan aktif dalam pembentukan KLS, komunitas literasi atau asisten KLS, institusi pendidikan tinggi dan mahasiswanya juga akan berperan aktif sebagai pembimbing atau pengajar KLS.

“Selain itu, siswa memiliki peran dalam meningkatkan minat dan literasi dalam membaca, menulis, atau berbicara. SEAQIL akan berperan aktif sebagai koordinator dan fasilitator KLS,” jelasnya.

Siswa maupun mahasiswa yang menjadi anggota KLS akan membaca satu buku atau menghasilkan suatu karya dengan tema tertentu.

Itu seperti karya sastra, pertunjukkan seni, karya jurnalistik (reportase dan penyiaran), atau poster.

Selama prosesnya, komitmen seluruh pihak akan menentukan keberlangsungan KLS.

Secara keseluruhan, SEAQIL berharap KLS menjadi media bagi siswa dan mahasiswa untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan penggunaan bahasa asing dalam konteks kehidupan nyata.

KLS juga bisa memberikan alternatif bagi sekolah atau siswa dalam mendukung kegiatan ekstrakurikuler pada saat pandemi sebagai implementasi kerja sama antara SEAQIL dengan dinas pendidikan provinsi.

“Sekolah itu tidak hanya dari dinas pendidikan yang bermitra dengan SEAQIL seperti DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara. Akan tetapi, juga dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatra Selatan serta dinas perpustakaan dan kearsipan daerah. KLS menjadi terobosan dan penambahan kegiatan unggulan pada kondisi pandemic,” pungkas Luh Anik Mayani.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved