Firasat Ayah Praka Dedi Hamdani Sebelum Anak Buah Andika Perkasa Tewas Ditembak KKB Papua

Terungkap firasat ayah Praka Dedi Hamdani sebelum anak buah Jenderal Andika Perkasa itu tewas ditembak KKB Papua.

Editor: Tri Mulyono
Antara Foto/Ahmad Subaidi
Ayah dari Praka Dedi Hamdani, Muhdin (50) menunjukkan foto kenangan saat menunggu kedatangan jenazah putranya di Dusun Bagek Dewe, Desa Pelambik, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (24/1/2021). 

SURYA.CO.ID, JAKARTA - Terungkap firasat ayah Praka Dedi Hamdani sebelum anak buahKepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa itu tewas ditembak KKB Papua.

Ya, kesedihan menyelimuti keluarga Praka Anumerta Dedi Hamdani yang menjadi salah satu prajurit TNI yang gugur akibat ditembak oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Intan Jaya, Papua, Jumat(22/1).

Jenazah prajurit TNI AD Praka Anumerta Dedi Hamdani dimakamkan secara militer di pemakaman keluarga yang berada di Desa Plambek, Lombok Tengah, Minggu(24/1/2020).

Sejumlah karangan bunga dengan ucapan belasungkawa dari petinggi TNI memenuhi halaman rumah almarhum Dedi Hamdani.

Sang ayah, Muhdin tak sanggup menahan air mata menuturkan kesedihannya, perasaan yang tidak karuan, tidak pernah menyangka putranya pergi untuk selamanya.

Walau mengaku telah mendapat firasat dalam mimpi sebelum kepergian putra kebanggannya tersebut.

"Perasaan saya sudah tidak karuan, sedih sekali, memang sebelumnya saya ada firasat mimpi," ujar Muhdin.

Dedi sebenarnya sudah berencana untuk pulang ke rumahnya di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Ia rencananya cuti pada dua bulan mendatang untuk melangsungkan pernikahannya.

"Dua minggu yang lalu dia telepon, dua bulan lagi dia akan pulang ambil cuti untuk menikah," ujar Muhdin dengan berlinang air mata saat ditemui di rumahnya yang berada di Desa Plambek, Lombok Tengah.

Muhdin menuturkan, anak laki-lakinya itu akan menikahi pujaan hati yang merupakan orang satu kampungnya.

"Pacarnya gadis orang sini, dia pacaran sudah lebih 5 tahun," kata Muhdin.

Menurut Muhdin, selama di Papua, Dedi jarang menelepon karena tidak ada sinyal.

"Kalau saya yang telepon susah, sering tidak nyambung, karena tidak ada sinyal.

Jadi saya hanya menunggu telepon," kata Muhdin.

Ia mengenang anaknya itu sebagai sosok yang memiliki tekad kuat untuk menjadi anggota TNI.

"Memang dia niatnya keras menjadi TNI, sejak kecil memang itu cita-citanya, dia latihan selalu latihan gigih," kata Muhdin.

Dedi Hamdani mendapat seragam TNI pun tak mudah.

Sebelum bergabung dengan TNI, Dedi sempat mengikut tes masuk kepolisian.

Tetapi, ia belum beruntung dan tak lolos tes.

Pada kesempatan berikutnya, Dedi mencoba tes masuk sebagai anggota TNI.

Tetapi, ia kembali gagal.

Dedi Hamdani berhasil bergabung sebagai prajurit TNI setelah menjalani tes kedua.

Momen itu sangat dikenang Muhdin.

Saat tes kedua, Muhdin mengantar Dedi mengikuti tes di Singaraja, Bali.

"Yang saya ingat itu, waktu ngantar dia tes di Bali, terus bensin kami habis," kata Muhdin. 

Terima kabar saat menyabit rumput

Muhdin menceritakan, kabar duka kepergian anaknya itu diterima pada waktu yang tak disangka.

Saat itu, Muhdin sedang menyabit rumput tak jauh dari rumahnya.

"Saya waktu itu sedang menyabit rumput, terus ada keluarga yang manggil bahwa ada telpon masuk, ya terus dapat kabar anak saya meninggal," kata Muhdin.(Tribun Network/ayu/kompas.com/wly)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved