Kenalkan, Ini 4 Kehebatan Pasukan Tontaikam Milik Indonesia yang Turun Tangkap Ali Kalora
Berikut daftar kehebatan pasukan Tontaikam yang turun untuk tangkap kelompok Ali Kalora.
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Adrianus Adhi
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto turunkan sejumlah pasukan khusus untuk menangkap para pelaku kelompok teroris Ali Kalora atau Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Belakangan diketahui salah satu pasukan khusus yang diturunkan adalah pasukan Pleton Pengintai Keamanan (Tontaikam).
Kehebatan pasukan Tontaikam terdiri dari 44 pasukan terlatih, dan dilengkapi senjata canggih.
Kenalkan, ini sejumlah kehebatan pasukan Tontaikam milik Indonesia selengkapnya.
Tugas Pasukan Tontaikam
Melansir dari Wikipedia, Tontaikam merupakan satuan setingkat peleton di bawah Detasemen Markas Brigif Mekanis 1 PIK/Jaya Sakti, Kodam Jaya.
Pasukan ini sangat membantu tugas Brigif khususnya menangani masalah keamanan di daerah – daerah tertentu yang sangat sulit dijangkau kendaraan besar dan harus dijangkau dengan motor serta perlu segera penanganan secara cepat dan tepat.
Sama seperti Yonkav, tontaikam ini diharapkan juga mampu memberikan efek tekanan psikologis kepada para pengacau keamanan.
Sejarah Pasukan Tontaikam
Tontaikam baru dibentuk pada 1992, dengan nama SS 44 A/T (Satuan Khusus Anti Terror), personel berjumlah 44 orang dengan 25 unit sepeda motor (jenis Trail) special engine 125cc.
Para personelnya menggunakan senjata organik satuan, berupa FNC Carbine 5,56 mm, Sub Machine Gun Scorpion 3,62 mm, P1 9 mm pistol, p2 9 mm pistol, CZ 83 9 mm pistol.
Pasukan Tontaikam Bantu Kostrad dan Marinir
Seperti diketahui, pengejaran kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Ali Kalora terus digiatkan setelah terjadi pembunuhan empat warga di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Pasukan khusus TNI yang terdiri dari Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad), Marinir, dan Pleton Pengintai Keamanan (Tontaikam) pun didatangkan ke Sulawesi Tengah, khusus memburu kelompok yang dipimpin Ali Kalora.