Berita Surabaya
Pembelajaran Tatap Muka SMKN 2 Surabaya Mulai Tambah Kapasitas Siswa
Dindik Jawa Timur meningkatkan jumlah kapasitas sekolah jenjang SMA/SMA dan SLB yang dapat melakukan uji coba pembelajaran tatap muka.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA - Dindik Jawa Timur meningkatkan jumlah kapasitas sekolah jenjang SMA/SMA dan SLB yang dapat melakukan uji coba pembelajaran tatap muka.
Hal ini dilakukan setelah tidak adanya daerah yang berstatus zona merah di Jatim.
Untuk itu, sejumlah sekolah yang telah melakukan uji coba tatap muka mulai menambah kapasitas siswa dalam pembelajaran tatap muka, seperti di SMKN 2 Surabaya yang menambah jumlah kapasitas hingga 50 persen siswa per kelasnya dengan 48 ruangan yang disediakan.
Kepala SMKN 2 Surabaya, Djoko Pratmodjo, mengungkapkan sebelumnya sekolah menggelar uji coba dengan kapasitas siswa 25 persen dalam satu kelas.
"Untuk simulasi selama sebulan sebelumnya kami evaluasi dan mengingat protokol kesehatan yang masih berjalan ketat jadi kami tambah hingga 50 persen," ujarnya.
Kapasitas tersebut, kata Djoko mulai diterapkan pekan lalu.
Ia juga menambahkan, pentingnya asah skill dan kompetensi siswa di jenjang SMK jadi pertimbangan untuk menerapkan PTM ini.
"Kami khawatir jika ini tidak segera dilakukan selama satu semester siswa tidak akan mendapatkan kompetensi yang mereka miliki. Kegiatan prakerin (praktik kerja industri) pun juga mulai berjalan untuk enam jurusan yang tersebar di sekitar Surabaya," ungkapnya.
Sementara di SMA 17 Agustus 1945 (Smatag) kesiapan pembelajaran tatap muka disiapkan dengan beberapa skema yang telah diterapkan, baik protokol kesehatan, teknis tatap muka hingga masalah keamanan.
Menurut Kepala Sekolah Smatag Surabaya, Prehantoro meski siap, pihaknya tetap menunggu keputusan pemerintah untuk memulai pembelajaran tatap muka.
Dari koordinasi antara Yayasan dan komite Sekolah lanjutnya memang disepakati mengikuti aturan Pemerintah.
"Kami tetapkan akhir Desember, bulan Januari masuk pembelajaran new normal, namun kembali lagi melihat aturan pemerintah biar enak, tanpa mengurangi mutu pendidikan," terangnya.
Ia menjelaskan, selain teknis belajar tatap muka, peralatan kesehatan juga penting untuk disiapkan, termasuk pintu keluar dan masuk bagi siswa.
Sekolah lanjutnya tidak ingin ada keraguan dari orangtua jadi segala sesuatunya telah disiapkan jauh-jauh hari, begitu juga mengatur jaga jarak antara siswa, jika sekolah kembali dibuka sebagai tempat belajar mengajar.
"Tapi sistem daring kita tidak mengurangi kualitas belajar mengajar, kalau guru tidak mengajar atau siswa tidak belajar akan mudah diketahui ada presensinya," pungkasnya.